Mukjizat dan Kisah Nabi Nuh AS
Nabi Nuh AS. Salah satu mukjizat Nabi Nuh AS adalah kebijaksanaan dan kesabarannya dalam berdakwah.
Nabi Nuh dikaruniai Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh
seorang nabi, yaitu fasih dan tegas dalam kata-katanya, pandai
bersyukur, bijaksana, dan sabar dalam berdakwah. Selain itu, beliau
adalah seorang nabi yang membela dan melindungi kaum yang lemah, miskin,
dan tertindas. Beliau terus memperjuangkan nasib mereka dari
ketertindasan kaumnya yang zalim.
Kaum Nabi Nuh terkenal zalim dan sewenang-wenang. Mereka menganggap
harta adalah satu-satunya tolok ukur untuk meningkatkan martabat dan
harga diri manusia.
Oleh karena itu, mereka sangat meremehkan
fakir miskin. Disamping itu, Kaum Nabi Nuh lebih suka menyembah berhala
dan percaya bahwa berhala-berhala tersebut dapat memberi pertolongan
kepada mereka.
Melihat kondisi seperti ini, Nabi Nuh mengajak
mereka untuk kembali kepada Allah. Suatu ketika, ia berdakwah kepada
kaumnya, “Sesungguhnya aku peringatkan kamu akan siksaan Allah dan aku
jelaskan kepadamu jalan keselamatan maka sembahlah Allah saja dan jangan
menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Aku khawatir apabila kamu
menyembah selain Allah atau menyekutukan dengan yang lain maka Allah
menyiksamu pada hari kiamat dengan siksaan yang pedih.” Nabi Nuh selalu
menyampaikan dakwahnya dengan penuh kebijaksanaan, kecakapan, dan
kesabaran.
Walaupun telah berusaha berdakwah kepada kaumnya dengan
segala kebijaksanaan, kecakapan, dan kesabaran, Nabi Nuh tidak
mendapatkan hasil. Ia hanya mendapatkan ejekan dan penghinaan dari
kaumnya. Bahkan, beberapa pemimpin kaumnya berkata, “Kami tidak melihat
kamu, melainkan seorang manusia seperti kami; kami tidak melihat
orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina di
antara kami yang lekas percaya saja; kami tidak melihat kamu memiliki
sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah
seorang pendusta.”
Setelah sekian lama berdakwah, Nabi Nuh hanya mendapatkan sedikit
pengikut. Kadang-kadang, ia kehilangan harapan, namun Allah selalu
menguatkannya. Nabi Nuh terus berdakwah mengajak kaumnya untuk kembali
ke jalan Allah. Akan tetapi, ajakan tersebut tidak pernah didengar oleh
kaumnya. Akhirnya, Nabi Nuh mulai kehilangan kesabaran, ia memberikan
peringatan kepada kaumnya agar segera kembali ke jalan Allah karena
khawatir Allah akan mendatangkan bencana kepada mereka.
Ancaman
Nabi Nuh justru dianggap permainan. Mereka menantang Nabi Nuh, “Hai Nuh,
sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami. Kamu telah memperpanjang
bantahanmu terhadap kami maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu
ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Nuh
menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika
Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.”
Doa Nabi Nuh AS (QS NA, ’71: 5-12)
Nabi
Nuh sangat sedih dengan sikap kaumnya tersebut. Dia pun segera berdoa
memohon pertolongan Allah, “Wahai Tuhanku, Sesungguhnya aku telah
mengajak kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan
berhala. Aku sangat mengharapkan keimanan maka tidak kulewatkan setiap
kesempatan, melainkan kuajak mereka siang dan malam. Ternyata harapanku
sia-sia. Mereka malah makin membangkang dan durhaka.”
Setiap kali kuajak
mereka untuk menyembah-Mu supaya Engkau bisa memaafkan
kesalahan-kesalahan mereka maka mereka pun menutup telinga karena tidak
suka mendengar ajakanku. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam
membangkang sampai menutup wajahnya dengann baju supaya tidak melihatku
dan tidak mendengar dakwah yang aku berikan.
Wahai Tuhanku, aku telah
mengajak mereka untuk menyembah-Mu berulang kali dengan berbagai cara.
Kadang-kadang, aku mengajak secara terang-terangan dalam
kelompok-kelompok mereka. Kadang-kadang, aku sendirian mengajak
seseorang di antara mereka.”
Aku berkata kepada mereka, “Mintalah ampun
kepada Tuhanmu dan bertobatlah dari kekafiran serta berhentilah
melakukan maksiat. Sesungguhnya, Dia menerima tobat hamba-hamba-Nya dan
memaafkan kesalahan-kesalahan, serta memberi ganjaran atas tobat dan
istigfarmu.
Dia akan menurunkan bagi kamu hujan yang deras, yang akan
menyuburkan tanahmu sesudah kekeringan, memberi rezeki kepadamu berupa
harta benda untuk kamu nikmati, dan mengaruniaimu anak-anak yang akan
membantu kamu. Kebun-kebun yang lebat akan memberi kesejahteraan kepada
hidupmu dan sungai-sungai akan menjamin pengairan bagi tanahmu.”
Doa
Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah. Allah berkata kepada Nabi Nuh, “Buatlah
kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya,
mereka itu akan ditenggelamkan.
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai membuat kapal. Apa yang
dilakukan oleh Nabi Nuh dan pengikutnya ternyata menjadi bahan ejekan
dan cemoohan. Akan tetapi, Nabi Nuh kemudian berkata, “Jika sekarang
kalian mengejekku dan orang-orang yang bersamaku, sebentar lagi kami
akan mengejek kalian karena aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal
menimpa kalian sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang
menghinakan di dunia seperti siksaan yang kekal akan menimpa di
akhirat.”
Setelah pembuatan kapal selesai, Nabi Nuh dan
pengikutnya menyiapkan semua perbekalan. Selain itu, Allah memerintahkan
Nabi Nuh membawa berbagai hewan yang berpasangan, jantan dan betina.
Setelah selesai mempersiapkan perbekalan, lalu Nabi Nuh berkata kepada
pengikutnya, “Naiklah ke dalam kapal dengan menyebut nama Allah di waktu
berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Kemudian, Allah berfirman, “Maka Kami bukakan
pintu-pintu langit dengan air yang tercurah. Kami jadikan burni
memancarkan beberapa mata air, lalu bertemulah air-air itu untuk suatu
urusan yang sungguh telah ditetapkan.”
Hujan pun turun selama
empat puluh hari empat puluh malam. Akhirnya, bencana banjir besar
melanda seluruh kota dan desa. Jeritan dan tangisan manusia terdengar di
mana-mana. Mereka begitu panik karena ke mana pun mereka berlari, air
mengejar dan menenggelamkan mereka. Tiada tempat berlindung dari banjir
yang dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh orang
Mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas
perintah Allah. Kaum Nuh benar-benar telah hancur tersapu banjir yang
dahsyat tersebut.
Sebelum terjadinya banjir, Nabi Nuh mengajak
anaknya yang bernama Kan’an untuk segera menaiki kapal, bersama kerabat
dan pengikutnya.
“Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah
kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Namun, anaknya menolak dan
menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!”
Nabi Nuh begitu sedih dengan sikap
keras kepala anaknya. Ia pun berkata, “Tidak ada yang melindungi hari
ini dari azab Allah selain Allah yang Maha Penyayang.”
Kemudian,
Nabi Nuh berdoa kepada Allah agar menyelamatkan anaknya dan membukakan
pintu hatinya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya.”
Allah memperingatkan Nabi Nuh dan berfirman, “Hai
Nuh! sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. Sesungguhnya,
perbuatannya tidak baik. Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan.”
Nabi Nuh pun berdoa, mengakui kesalahannya,
dan pasrah terhadap takdir Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku
tiada mengetahuinya. Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan
menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang
yang merugi.”
Akhirnya, Kan’an pun tenggelam bersama kaum Nuh yang
zalim. Mereka semua mati ditelan banjir yang dahsyat tersebut. Meskipun
merasa sedih Setelah semua pengikutnya yang zalim tenggelam, Allah
memberi perintah kepada bumi dan langit agar berhenti melaksanakan
tugasnya, “Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan),
berhentilah.”
Surutlah air banjir yang dahsyat itu. Perintah pun
diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Bukit Judy. Judy adalah
sebuah daerah di Negara Armenia.
Lalu, Allah berkata kepada Nabi
Nuh, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan
dari Kami atasmu dan atas umat-umat dad orang-orang yang bersamamu. Ada
umat-umat yang Kami beri kesenangan kepada mereka. Kemudian, mereka akan
ditimpa azab yang pedih dari Kami.” Nabi Nuh dan pengikutnya pun
selamat, termasuk ketiga putra Nabi Nuh yang beriman, yakni Sam, Ham,
dan Yafits. Kelak, ketiganya akan menurunkan keturunan dengan warna
kulit yang berbeda. Sam memberikan keturunan bangsa berkulit putih. Ham
memberikan keturunan bangsa berkulit hitam. Yafits memberikan keturunan
bangsa berkulit kuning.
Lalu, mereka turun dari kapal dan
bersiap-siap membangun kehidupan baru yang lebih balk serta melanjutkan
dakwah menyampaikan ajaran Allah Swt.
Pesan moral dan amanat Cerita ini
- Sosok Nabi Nuh yang melindungi dan membela kaum yang Iemah patut kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
- Pembangkangan terhadap perintah Allah dapat mengakibatkan manusia terkena azab.
- Kita juga patut meneladani ketabahan dan kepasrahan Nabi Nuh dalam menerima takdir yang menimpa putranya yang bernama Kan’an.
- Dalam kisah pembangkangan, Kan’an merupakan anak seorang nabi. Hal tersebut memberi pelajaran bagi kita bahwa yang dapat menyelamatkan manusia adalah keimanannya sendiri, bukan jabatan atau kedudukan orang tua.
0 komentar:
Posting Komentar