Rabu, 13 Juli 2016

Bijaksananya Nabi Nuh AS

Mukjizat dan Kisah Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS. Salah satu mukjizat Nabi Nuh AS adalah kebijaksanaan dan kesabarannya dalam berdakwah.


Nabi Nuh dikaruniai Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, yaitu fasih dan tegas dalam kata-katanya, pandai bersyukur, bijaksana, dan sabar dalam berdakwah. Selain itu, beliau adalah seorang nabi yang membela dan melindungi kaum yang lemah, miskin, dan tertindas. Beliau terus memperjuangkan nasib mereka dari ketertindasan kaumnya yang zalim.

Kaum Nabi Nuh terkenal zalim dan sewenang-wenang. Mereka menganggap harta adalah satu-satunya tolok ukur untuk meningkatkan martabat dan harga diri manusia.
Oleh karena itu, mereka sangat meremehkan fakir miskin. Disamping itu, Kaum Nabi Nuh lebih suka menyembah berhala dan percaya bahwa berhala-berhala tersebut dapat memberi pertolongan kepada mereka.

Melihat kondisi seperti ini, Nabi Nuh mengajak mereka untuk kembali kepada Allah. Suatu ketika, ia berdakwah kepada kaumnya, “Sesungguhnya aku peringatkan kamu akan siksaan Allah dan aku jelaskan kepadamu jalan keselamatan maka sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Aku khawatir apabila kamu menyembah selain Allah atau menyekutukan dengan yang lain maka Allah menyiksamu pada hari kiamat dengan siksaan yang pedih.” Nabi Nuh selalu menyampaikan dakwahnya dengan penuh kebijaksanaan, kecakapan, dan kesabaran.

Walaupun telah berusaha berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan, dan kesabaran, Nabi Nuh tidak mendapatkan hasil. Ia hanya mendapatkan ejekan dan penghinaan dari kaumnya. Bahkan, beberapa pemimpin kaumnya berkata, “Kami tidak melihat kamu, melainkan seorang manusia seperti kami; kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina di antara kami yang lekas percaya saja; kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah seorang pendusta.”

Setelah sekian lama berdakwah, Nabi Nuh hanya mendapatkan sedikit pengikut. Kadang-kadang, ia kehilangan harapan, namun Allah selalu menguatkannya. Nabi Nuh terus berdakwah mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan Allah. Akan tetapi, ajakan tersebut tidak pernah didengar oleh kaumnya. Akhirnya, Nabi Nuh mulai kehilangan kesabaran, ia memberikan peringatan kepada kaumnya agar segera kembali ke jalan Allah karena khawatir Allah akan mendatangkan bencana kepada mereka.

Ancaman Nabi Nuh justru dianggap permainan. Mereka menantang Nabi Nuh, “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami. Kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Nuh menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.”

Doa Nabi Nuh AS (QS NA, ’71: 5-12)

Nabi Nuh sangat sedih dengan sikap kaumnya tersebut. Dia pun segera berdoa memohon pertolongan Allah, “Wahai Tuhanku, Sesungguhnya aku telah mengajak kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan berhala. Aku sangat mengharapkan keimanan maka tidak kulewatkan setiap kesempatan, melainkan kuajak mereka siang dan malam. Ternyata harapanku sia-sia. Mereka malah makin membangkang dan durhaka.” 

Setiap kali kuajak mereka untuk menyembah-Mu supaya Engkau bisa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka maka mereka pun menutup telinga karena tidak suka mendengar ajakanku. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam membangkang sampai menutup wajahnya dengann baju supaya tidak melihatku dan tidak mendengar dakwah yang aku berikan. 

Wahai Tuhanku, aku telah mengajak mereka untuk menyembah-Mu berulang kali dengan berbagai cara. Kadang-kadang, aku mengajak secara terang-terangan dalam kelompok-kelompok mereka. Kadang-kadang, aku sendirian mengajak seseorang di antara mereka.”

 Aku berkata kepada mereka, “Mintalah ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah dari kekafiran serta berhentilah melakukan maksiat. Sesungguhnya, Dia menerima tobat hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan, serta memberi ganjaran atas tobat dan istigfarmu. 

Dia akan menurunkan bagi kamu hujan yang deras, yang akan menyuburkan tanahmu sesudah kekeringan, memberi rezeki kepadamu berupa harta benda untuk kamu nikmati, dan mengaruniaimu anak-anak yang akan membantu kamu. Kebun-kebun yang lebat akan memberi kesejahteraan kepada hidupmu dan sungai-sungai akan menjamin pengairan bagi tanahmu.”

Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah. Allah berkata kepada Nabi Nuh, “Buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya, mereka itu akan ditenggelamkan.

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai membuat kapal. Apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh dan pengikutnya ternyata menjadi bahan ejekan dan cemoohan. Akan tetapi, Nabi Nuh kemudian berkata, “Jika sekarang kalian mengejekku dan orang-orang yang bersamaku, sebentar lagi kami akan mengejek kalian karena aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal menimpa kalian sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang menghinakan di dunia seperti siksaan yang kekal akan menimpa di akhirat.”

Setelah pembuatan kapal selesai, Nabi Nuh dan pengikutnya menyiapkan semua perbekalan. Selain itu, Allah memerintahkan Nabi Nuh membawa berbagai hewan yang berpasangan, jantan dan betina. Setelah selesai mempersiapkan perbekalan, lalu Nabi Nuh berkata kepada pengikutnya, “Naiklah ke dalam kapal dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kemudian, Allah berfirman, “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan air yang tercurah. Kami jadikan burni memancarkan beberapa mata air, lalu bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”

Hujan pun turun selama empat puluh hari empat puluh malam. Akhirnya, bencana banjir besar melanda seluruh kota dan desa. Jeritan dan tangisan manusia terdengar di mana-mana. Mereka begitu panik karena ke mana pun mereka berlari, air mengejar dan menenggelamkan mereka. Tiada tempat berlindung dari banjir yang dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh orang Mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah. Kaum Nuh benar-benar telah hancur tersapu banjir yang dahsyat tersebut.

Sebelum terjadinya banjir, Nabi Nuh mengajak anaknya yang bernama Kan’an untuk segera menaiki kapal, bersama kerabat dan pengikutnya.

“Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Namun, anaknya menolak dan menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

Nabi Nuh begitu sedih dengan sikap keras kepala anaknya. Ia pun berkata, “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah yang Maha Penyayang.”

Kemudian, Nabi Nuh berdoa kepada Allah agar menyelamatkan anaknya dan membukakan pintu hatinya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”

Allah memperingatkan Nabi Nuh dan berfirman, “Hai Nuh! sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. Sesungguhnya, perbuatannya tidak baik. Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”

Nabi Nuh pun berdoa, mengakui kesalahannya, dan pasrah terhadap takdir Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahuinya. Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”

Akhirnya, Kan’an pun tenggelam bersama kaum Nuh yang zalim. Mereka semua mati ditelan banjir yang dahsyat tersebut. Meskipun merasa sedih Setelah semua pengikutnya yang zalim tenggelam, Allah memberi perintah kepada bumi dan langit agar berhenti melaksanakan tugasnya, “Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah.”

Surutlah air banjir yang dahsyat itu. Perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Bukit Judy. Judy adalah sebuah daerah di Negara Armenia.

Lalu, Allah berkata kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat dad orang-orang yang bersamamu. Ada umat-umat yang Kami beri kesenangan kepada mereka. Kemudian, mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” Nabi Nuh dan pengikutnya pun selamat, termasuk ketiga putra Nabi Nuh yang beriman, yakni Sam, Ham, dan Yafits. Kelak, ketiganya akan menurunkan keturunan dengan warna kulit yang berbeda. Sam memberikan keturunan bangsa berkulit putih. Ham memberikan keturunan bangsa berkulit hitam. Yafits memberikan keturunan bangsa berkulit kuning.

Lalu, mereka turun dari kapal dan bersiap-siap membangun kehidupan baru yang lebih balk serta melanjutkan dakwah menyampaikan ajaran Allah Swt.

Pesan moral dan amanat Cerita ini
  1. Sosok Nabi Nuh yang melindungi dan membela kaum yang Iemah patut kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Pembangkangan terhadap perintah Allah dapat mengakibatkan manusia terkena azab.
  3. Kita juga patut meneladani ketabahan dan kepasrahan Nabi Nuh dalam menerima takdir yang menimpa putranya yang bernama Kan’an.
  4. Dalam kisah pembangkangan, Kan’an merupakan anak seorang nabi. Hal tersebut memberi pelajaran bagi kita bahwa yang dapat menyelamatkan manusia adalah keimanannya sendiri, bukan jabatan atau kedudukan orang tua.






0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution