Meminta dan Memberi Maaf
Berdasarkan sebuah penelitian, salah satu hal yang paling sulit
dilakukan orang adalah meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain.
Walaupun seseorang menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada orang
yang telah disakiti bukanlah perkara mudah. Ada rasa gengsi ataupun ego
yang menghalangi seseorang untuk bisa berkata,
“Aku telah bersalah. Aku meminta maaf atas tindakan yang telah kulakukan dan berharap kamu dapat memaafkan aku.”
Sama halnya meskipun seseorang sudah bisa menahan rasa sakit akibat
kesalahan yang dibuat orang lain, memaafkan orang tersebut juga bukan
perkara mudah. Rasa yang tergores seolah tak bisa lepas dari ingatan dan
terus membekas. Dalam sebuah judul lagu disebutkan, “Forgiven not Forgotten”. Aku memaafkan tapi aku tidak bisa melupakan kesalahanmu. Apakah ini yang dinamakan memberi maaf?
Urusan meminta dan memberi maaf yang sulit ini tidak hanya terjadi
antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Bahkan tak jarang
seseorang sulit meminta dan memberi maaf kepada orang-orang terdekat
yang hidup serumah sekalipun. Seorang anak sulit memaafkan orangtuanya,
seorang suami enggan meminta maaf kepada istrinya, seorang adik tidak
bisa melupakan kesalahan kakaknya.
Jadilah Engkau Pemaaf
Agama mengajarkan kita agar dengan lapang dada memberi maaf kepada
orang yang telah berbuat salah. Bagaimanapun juga manusia sering lupa
dan khilaf. Memberi maaf kepada orang atas ketidaksengajaannya adalah
keutamaan buat orang yang sempat tersakiti. Dan memberi maaf atas
tindakan buruk orang lain juga sebuah keutamaan jika itu bisa dilakukan.
Adalah Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersifat
pemaaf. Ketika beliau melewati jalan dan sering diganggu oleh orang yang
tidak suka dengannya, beliau selalu memaafkan. Sampai akhirnya ketika
orang yang suka mengganggu itu sakit maka Rasulullah adalah orang
pertama yang datang menjenguknya. Jika kita bicara sejarah lain
dikisahkan bagaimana Nabi Muhammad mendapat perlakuan yang buruk dari
masyarakat Thaif, sampai-sampai malaikat datang dan menanyakan apakah
perlu masyarakat yang berlaku buruk tersebut dihukum, Nabi meminta untuk
memaafkan mereka karena mungkin mereka belum tahu.
Memberi maaf bukanlah menunjukkan seseorang itu lemah atau tidak
mampu membalas. Suka memaafkan justru menunjukkan sifat keutamaan dan
kemuliaan seseorang karena ia belajar dari sifat Allah yang Maha Pemaaf
dan Maha Pengampun seberapa besar pun kesalahan yang pernah dilakukan
hamba-Nya. Sikap pemaaf menunjukkan seseorang memilih jalan yang dekat
dengan keridhoan Allah ketika sebenarnya dia bisa menuntut balas atas
kesalahan orang lain.
Meminta Maaf Dengan Segera
Jika kita telah belajar memaafkan orang lain, maka kita pun harus
belajar untuk meminta maaf atas kesalahan dan kekeliruan kita. Banyak
orang lebih rela melakukan apa saja yang lebih sulit daripada harus
meminta maaf. Inilah bentuk-bentuk kesombongan di mana seseorang merasa
dirinya sedemikian besar sehingga malu dan tidak bersedia meminta maaf.
Dalam interaksi suami istri tak jarang hal tersebut juga sering
terjadi. Dalam rumah tangga tentu terkadang ada perselisihan, perbedaan
pendapat, atau hal-hal yang tidak disukai dilakukan oleh seseorang
kepada pasangannya. Yang paling berbahaya adalah jika salah satu
diantara mereka tidak ada yang berinisiatif meminta maaf terlebih
dahulu. Memilih jalan ishlah daripada mempertahankan ego dan
perselisihan. Situasi seperti ini sangat berbahaya karena setan akan
menghembuskan benih-benih pertentangan yang lebih besar lagi ketika
pasangan suami istri masing-masing enggan meminta maaf kepada
pasangannya.
Agama mengajarkan kita untuk segera meminta maaf ketika menyadari
kesalahan. Kita beristighfar mohon ampun kepada Allah segera setelah
menyadari adanya perbuatan dosa, kekeliruan, niat yang buruk yang sempat
muncul dan kita lakukan. Kita juga bersegera mendatangi orang yang
terlanjur tersakiti akibat perbuatan kita dan meminta maaf darinya.
Dengan meminta maaf, kita sebenarnya sedang menyelamatkan diri kita dan
berusaha menghapus kesalahan yang telah terjadi.
Bagaimana Agar Mudah Meminta Maaf dan Memaafkan?
Banyak orang berkata, “Ya, meminta maaf atau memafkan orang lain mudah diucapkan, tapi kan tidak mudah dilakukan.”
Benar, memang hal tersebut tidak mudah dan butuh perjuangan sampai
Allah membantu kita mudah melakukannya dalam keseharian. Tips
sederhananya adalah biasakan segera meminta maaf atas apapun yang kita
rasa tidak tepat. Misalkan kita terlambat 5 menit untuk menghadiri suatu
janji dengan teman, mintalah maaf atas keterlambatan tersebut meskipun
teman kita bisa saja menganggap tidak ada masalah. Ketika kita berbicara
sesuatu yang bisa menyinggung orang lain, segeralah minta maaf jika
kita menyadarinya, meskipun orang yang kita khawatirkan tersinggung bisa
jadi tidak merasa apa-apa. Dengan cara ini kita berusaha mengikis ego
pribadi, meruntuhkan rasa ingin dihormati, dan berhati-hati dalam
bertindak.
Hal serupa dapat dilakukan untuk memaafkan orang lain. Bersegeralah
memafkan orang lain meskipun kita dalam posisi mampu membalas
perbuatannya. Ingatlah bahwa seseorang yang bersalah tidak selalu karena
kesengajaan. Mungkin orang tersebut sedang khilaf, tidak menyadari
bahwa ucapannya menyinggung, atau tidak tau bahwa perbuatannya berakibat
buruk.
Kalau pun orang tersebut melakukan kesalahan dengan sengaja,
bisa jadi saat itu dia dikuasai oleh sifat buruknya dan kita mendoakan
semoga dia dapat berubah. Tak jarang memaafkan lebih sulit karena hati
telah tergores, perbuatan salah yang dilakukan orang telah membekas di
diri kita. Untuk itu ingatlah bahwa Allah Maha Pemaaf kepada kita.
Berapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan kepada-Nya? Dan seberapa
sering Allah telah memafkan kita atas kesalahan tersebut? Bukankah kita
ingin menjadi hamba-Nya yang juga bisa memaafkan kesalahan makhluk-Nya?
Semoga Allah membimbing saya dan Anda agar senantiasa bersegera meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain.
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. QS. Al-A’raf 7:199
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. QS. Al-Fushilat 41:35
Yang paling patut mengampuni ialah orang yang paling memiliki kemampuan untuk menghukum. Ali bin Abi Thalib dalam Nahjul Balaghah
Written by
0 komentar:
Posting Komentar