Ketika Dizalimi...
Pernahkah Anda merasa dizalimi? Bagiamanakah rasanya? Secara manusiawi
orang yang pernah dizalimi akan merasakan sakit hati setidaknya itu pula yang
pernah saya rasakan. Bagaimana dengan Anda?
Sekilas pertanyaan itu akan mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa tertentu, yang tergolong perbuatan menzalimi diri kita. Bagi yang belum pernah dizalimi mungkin pertanyaan itu tidak begitu berarti dan tidak pula memunculkan kenangan pahit tertentu seperti yang dirasakan oleh sebagian dari kita. Tapi paling tidak, bagi yang belum punya pengalaman dizalimi dapat belajar dari pengalaman orang-orang yang pernah terzalimi dan mampu mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Amin.
Sekilas pertanyaan itu akan mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa tertentu, yang tergolong perbuatan menzalimi diri kita. Bagi yang belum pernah dizalimi mungkin pertanyaan itu tidak begitu berarti dan tidak pula memunculkan kenangan pahit tertentu seperti yang dirasakan oleh sebagian dari kita. Tapi paling tidak, bagi yang belum punya pengalaman dizalimi dapat belajar dari pengalaman orang-orang yang pernah terzalimi dan mampu mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Amin.
Salah satu kezaliman yang amat menyakitkan adalah ketika berasal
dari bagian tubuh yang tak bertulang dan pandai berbohong, apalagi kalau bukan
lisan/lidah. Maka tidak berlebihan jika salah seorang pepatah Arab mengatakan, “Selamatnya
manusia tergantung dengan penjagaan lisannya” salaamatul insaan fii hifzhil
lisaan.
Bahkan Rasulullah Saw pernah menasihatkan kepada Ali bin Abi Thalib
Sungguh dahsat pengaruh lisan atas apa yang telah diucapkannya. Bagaimana tidak, tajamnya pedang pun tak akan mampu menandingi ketajaman lisan manusia. Jika sayatan pedang bisa sembuh dengan hitungan hari, maka lain ceritanya dengan sakit yang ditimbulkan oleh lisan. Sakit yang disebabkan oleh lisan tidak akan sembuh secepat sembuhnya sayatan pedang, ia bisa sembuh dalam setahun, dua tahun, bertahun-tahun, atau malah bisa tidak sembuh sama sekali sampai terbawa mati.
Nah, inilah yang ditakutkan. Jika seseorang masih memendam rasa sakitnya atas diri seseorang karena kezalimannya sampai mati, maka bisa dipastikan perkara tersebut akan diselesaikan oleh Allah di Hari Penghitungan kelak. Sungguh jika sebuah kezaliman sampai terbawa ke akhirat maka kezaliman sekecil apa pun akan mendapatkan balasannya.
Bahkan Rasulullah Saw pernah menasihatkan kepada Ali bin Abi Thalib
karamahullahu wajhah terkait perkara ini. Sabda beliau, “Dengan lisan manusia bisa masuk surga
dan dengan lisan pula manusia bisa masuk neraka.”
Sungguh dahsat pengaruh lisan atas apa yang telah diucapkannya. Bagaimana tidak, tajamnya pedang pun tak akan mampu menandingi ketajaman lisan manusia. Jika sayatan pedang bisa sembuh dengan hitungan hari, maka lain ceritanya dengan sakit yang ditimbulkan oleh lisan. Sakit yang disebabkan oleh lisan tidak akan sembuh secepat sembuhnya sayatan pedang, ia bisa sembuh dalam setahun, dua tahun, bertahun-tahun, atau malah bisa tidak sembuh sama sekali sampai terbawa mati.
Nah, inilah yang ditakutkan. Jika seseorang masih memendam rasa sakitnya atas diri seseorang karena kezalimannya sampai mati, maka bisa dipastikan perkara tersebut akan diselesaikan oleh Allah di Hari Penghitungan kelak. Sungguh jika sebuah kezaliman sampai terbawa ke akhirat maka kezaliman sekecil apa pun akan mendapatkan balasannya.
Ternyata, selain sakit hati yang didapat oleh orang yang dizalimi,
ada segi positif yang akan di dapatkan oleh pihak yang terzalimi, seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah Saw:
Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?
Para shahabat pun
menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham ataupun harta benda.”
Beliau menimpali,
“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa,
dan zakat. Akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela,
menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak
kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan
kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak
kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan
kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (H.r. Muslim, Tirmidzi, dan Imam Ahmad)
Ya, kelak orang-orang yang terzalimi akan mendapatkan keadilan yang
seadil-adilnya di sisi Allah. Tak ada suap-menyuap ataupun pemutusan perkara
yang berat sebelah. Begitu juga sebaliknya, orang yang menzalimi pun akan
mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang pernah dilakukanyya di
dunia dahulu. Maka bersabarlah orang-orang yang terzalimi, kalau di dunia ini
tidak mendapatkan keadilan masih ada negeri akhirat yang akan menggantikannya.
Rasulullah Saw pernah bersabda,
Namun
demikan, memaafkan akan jauh lebih baik karena itu menandakan kita meneladani
sifat-sifat Rasulullah Saw yang memaafkan kesalahan seorang budak bernama
Wahsyi bin Harb yang telah membunuh pamanya, Hamzah bin Abdul Muthalib (Singa
Allah) di perang Uhud. Andai pun kelak engkau masih membawa sakit hatimu ke
negeri akhirat maka memaafkan pun akan jauh lebih bermanfaat bagimu.
Rasulullah Saw pernah bersabda,
“Barang siapa yang di dalam
dirinya ada 3 hal, maka pada hari kiamat nanti Allah akan mudahkan proses hisab
terhadap dirinya dan Allah akan memasukkannya ke dalam surga.” Para sahabat bertanya, “Apa yang 3 hal itu,
wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, “Yaitu engkau tetap
memberi pemberian kepada orang yang menolak pemberianmu, engkau menyambung
silaturrahim kepada orang yang memutuskannya, dan engkau memaafkan orang yang
berbuat zalim kepadamu. Jika engkau lakukan yang demikian, maka engkau akan
masuk surga.” (H.r. Imam al-Hakim)
Semoga
kita diberi kelapangan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan
orang yang pernah menzalimi kita, dan Allah berkenan menjaga hati kita
dari dendam
kesumat yang dihembuskan oleh syaitan yang terkutuk. Adapun bagi yang
pernah melakukan kezaliman kepada orang lain, maka segeralah meminta
maaf kepada yang bersangkutan dan bertaubatlah untuk tidak mengulanginya
lagi di kemudian hari.
Karena jika tidak, maka bisa jadi amal-amalmu yang begitu mengagumkan di dunia ini akan sia-sia di hadapan Allah kelak.
Karena jika tidak, maka bisa jadi amal-amalmu yang begitu mengagumkan di dunia ini akan sia-sia di hadapan Allah kelak.
0 komentar:
Posting Komentar