Selasa, 19 November 2013

Kebenaran dan Tawakkal

Antara Petunjuk (Kebenaran dan Tawakkal)

Allaah berfirman:

فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ

Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. (An Naml: 79)

Berkata Imam ibnul Qayyim tentang QS an Naml 79 diatas (secara makna) :


“Ini dalil yang menunjukkan petunjuk dan tawakkal memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Maka seorang yang berada dalam kebenaran KARENA PENGETAHUANNYA akan kebenaran itu dan KEYAKINANNYA bagwa Allaah adalah pemilik kebenaran, dan penolongnya. 

Maka ia, mau tidak mau, pasti akan berujung kepada bertawakkal kepada Allaah, karena ia tidak akan menemukan jalan lain untuk tidak mentawakkali sesuatu, melainkan hanya kepadaNya”

Beliau juga berkata:

“Maksudnya, ketika hati berada diatas kebenaran, maka ia akan thuma’niinah; karena keyakinannya yang paling agung bahwa Allaah ta’aala adalah penolong dan pendukung (kebenaran tersebut); sehingga ia merasa tenang denganNya…

Akan tetapi seorang yang berada diatas kebathilan; baik bersifat pengetahuan, amalan, atau salah satu dari keduanya, maka ia tidak memiliki thuma’niinah dan keyakinan pada Rabbnya (meski ia mengaku-ngaku memilikinya, ed). Ia tidak mengharuskan adanya tanggung jawab Allaah atas dirinya, tdak ada pula ada janji Allaah atasnya; karena Allaah tidak akan pernah menerima kebathilan, tidak akan pernah menolongnya dan tidak akan oernah ada keterkaitan terhadap hal tersbut jika ditunjau dari aspek manapun! Dia mutlak terputus darinya!

Allaah subhaanahu wa ta’aala adalah Dzat yang memberikan taufiq, firmanNya, agamaNya, janjiNya, perjumpaan denganNya, dan semua perbuatanNya adlaah haq. Tidak ada barang satupun kebathilan dalam semua perbuatanNya. Bahkan semua perbuatanNya terbebas dari kebathilan. Demikian pula semua perkataanNya.

Ketika kebathilan tidak pernah dekat dengan Allaah, bahkan terputus dariNya. Maka Allaah sama sekali bukan penolongnya, bukan pula pendukungnya, bukan pula walinya”

Beliau berkata:

“Hayatilah rahasia agung ini, yakni berkenaan dengan kaitan keberadaan yang selalu berdampingan antara tawakkal dan kecukupan dengan kebenaran dan petunjuk; dan keterkaitan keduanya terhadap yang lain. Jika dalam risalah ini tiada lain selain faidah rahasia ini, tentu sangat sesuai disimpan didalam hati karena sedemikian mendesak kebutuhan kepadanya, Hanya Allaahlah tempat memohon pertolongan, dan hanya kepadaNyalah kita bersandar/menyandarkan diri kita” [thariq hijratain, 233-240; melalui perantara at tawakkal 'alaLLaah (edisi indonesia, terbitan darul falah)]

Pelajaran lain:

1. Seseorang yang telah menempuh jalan petunjuk, maka janganlah ragu-ragu dengan petunjuk tersebut; bahkan hendaknya tenteramkanlah hati kita diatasnya dan bertawakkallah kepadaNya. Karena Dialah sang pemberi petunjuk, pemilik kebenaran, dan Dialah penolong dan pembela ahlinya. Hanya dengan mengikutiNya hati akan memiliki ketentraman hakiki, dan hana dengan mengikuti petunjuknya, seseorang dapat merealisasikan tawakkal yang hakiki.

2. Sebaliknya, janganlah seorang yang berada diatas kebathilan itu menyangka bahwa ia “tentram” dengan kebathilan tersebut! Bahkan itulah tipu daya syaithan sebenar-benarnya! Bahkan jika ia jujur melihat lubuk hatinya yang paling dalam, maka pastilah ia akan mendapati ketidaktentraman, kegundahgulanahan, kegalauan terhadap apa yang dibawanya; karena kebathilan itu tidak akan pernah sejalan dengan fithrah, yang mana pasti sejalan dengan ketentuan Allaah.

Dan janganlah orang yang berada diatas kebathilan itu menyangka bahwa dia “bertawakkal kepada Allaah”, bahkan hakekatnya ia justru bertawakkal kepada dirinya sendiri dan syaithaan. Karena kebathilan itu tidaklah disandarkan kepada Allaah, yang mana dia terputus dari hal tersebut.

Semoga bermanfa’at

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution