Senin, 04 November 2013

Kesempatan Berbuat Kebaikan

Sebuah Kesempatan Dari Allah

Wahai saudara/saudari, terkadang ketika kita menjalani kehidupan, tiba-tiba Allah S.W.T menjatuhkan sebuah kesempatan untuk berbuat kebaikan di hadapan kalian. Kalian tidak memintanya, kalian tidak bekerja untuk mendapatkannya, dan undangan ini tiba-tiba ada begitu saja di depan mata kalian. Kalian punya pilihan untuk menerimanya atau menolaknya. Jika kalian tidak menerimanya, kesempatan ini mungkin tidak akan hadir lagi kepada kalian. Jadi pilihannya ada di tangan kalian, yaitu menerimanya atau menolaknya. 
Kesempatan untuk berbuat kebaikan ini bisa datang dalam bentuk yang berbeda-beda. Dan inilah taufiq dari Allah Azza wa Jalla untuk kalian. Undangan ini merupakan sebuah rahmat, jika kalian menerimanya, dan Allah bisa menjadi murka jika kalian menyia-nyiakannya.

Contohnya adalah Fir'aun. Allah S.W.T terus mengirimkan tanda-tanda kebesaran-Nya melalui perantaraan Nabi Musa agar dia beriman. Namun Fir'aun terus-menerus tidak mempedulikannya. Dengan demikian, derajatnya menjadi semakin rendah di mata Allah Azza wa Jalla sampai akhirnya dia mencapai derajat yang hina. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang dirinya dan orang-orang sepertinya:


"Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih." (Q.S. Yunus 96-97)

Musa A.S menunjukkan mukjizat-mukjizat kepada Fir'aun, berupa tangan Nabi Musa yang mengeluarkan cahaya, lalu tongkat Nabi Musa bisa berubah menjadi seekor ular, kemudian Nabi Musa juga membelah Laut Merah, namun tidak ada yang dapat meyakinkan Fir'aun untuk beriman kepada Allah. Orang-orang seperti Fir'aun sebenarnya yakin bahwa Nabi Musa memang seorang rasul Allah. Mereka punya tahu bahwa inilah kebenaran, tapi mereka menolaknya mentah-mentah.

Saudara/saudari, Allah Azza wa Jalla mempersembahkan kepada kalian banyak kesempatan untuk berbuat baik. Itulah esensi kehidupan. Kehidupan kita dihiasi dengan banyak kesempatan yang diberikan Allah. Kalian harus meraih kesempatan itu tepat pada saat tangan kalian menyentuhnya. Jangan biarkan kesempatan itu pergi karena beberapa kesempatan itu takkan kembali lagi. Jika kalian melewatkannya sekali, maka kalian telah melewatkannya untuk seumur hidup. 


Misalnya: Seseorang datang kepada kalian dan minta sumbangan untuk pembangunan masjid. Kalian merasa terganggu karena ada banyak orang seperti dia yang meminta sumbangan di sepanjang waktu, ada yang meminta sumbangan masjid, yang lain meminta sumbangan yatim piatu, yang lain meminta sumbangan untuk janda, sehingga kalian tidak mau menyumbang. 

Ini berarti kalian telah menolak kesempatan yang diberikan Allah. Padahal kesempatan itu bisa saja adalah sesuatu yang takkan kalian dapatkan lagi. Karena kalian telah menyia-nyiakan kesempatan itu, Allah S.W.T menahan kebaikan-kebaikan yang akan datang kepada kalian, karena kalian adalah orang yang tidak pantas mendapatkan kesempatan itu.
Allah S.W.T berfirman:

Dan barangsiapa yang menukar ni'mat Allah setelah datang ni'mat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (Q.S. Al-Baqarah:211)

Jika Allah mengirimkan kalian sebuah rahmat, namun kalian menolaknya, maka azab Allah sangat pedih. Dan rahmat terbesar yang diberikan kepada kalian adalah Allah telah menjadikan kalian sebagai seorang Muslim. Sebenarnya orang-orang non-Muslim telah menyia-nyiakan rahmat yang Allah berikan ini. Tapi mengapa sebagian umat Muslim merasa malu untuk menunjukkan identitas Muslimnya? Misalnya, mereka menamai anak mereka dengan nama David, bukannya Daud. Mereka menamai anak mereka Mou, bukannya Muhammad. Mereka menamai anak-anak mereka agar tidak terlihat seperti Muslim. Mereka menggangap nama yang kebarat-baratan seperti itu lebih keren. Allahuakbar, ini sama saja menolak kesempatan yang Allah berikan pada kalian.


 Allah telah mengirimkan penawaran, mereka tinggal menandatangani kontrak yang menandakan bahwa mereka adalah umat Muhammad S.A.W, namun mereka malah membuangnya di tempat sampah. Bayangkanlah bagaimana keadaan orang-orang seperti itu di hari kiamat. Salah satu dosa yang paling buruk adalah kufur nikmat. Allah Azza wa Jalla telah merahmati kalian, jadi kalian harus berterima kasih kepada Allah karena Dia telah menjadikan kalian sebagai Muslim. Salah satu cara bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla adalah dengan menunjukkan rahmat yang diberikan Allah kepada kalian. Allah S.W.T menyukai ketika dia memberikan seseorang suatu nikmat, maka orang itu menunjukkannya. Jadi tunjukkan nikmat itu, bicarakan nikmat itu! Tunjukkan bahwa kalian bangga karena Allah menjadikan kalian sebagai bagian dari umat Muhammad S.A.W.

Demi Allah saudara-saudariku, banyak orang yang berubah kehidupannya setelah Allah memberikan mereka sebuah kesempatan baik dan mereka mengambil kesempatan itu. Kesempatan itu datang dalam berbagai bentuk, bisa saja dalam bentuk undangan masuk Islam, bisa saja dalam bentuk sebuah proyek untuk suatu pekerjaan, dan sebagainya. Kesempatan ini akan datang kepada kalian dan kalian tidak tahu darimana asalnya, seakan-akan ini sudah ditakdirkan kepada kalian. Dan ketika kalian mengambil kesempatan ini, tiba-tiba kehidupan kalian berubah. Hal ini sudah terjadi kepada banyak saudara-saudari Muslim kita.

Kalian tidak pernah tahu apa yang Allah Azza wa Jalla tawarkan kepada kalian, kecuali ketika kalian menerimanya. Jika kalian menolak kesempatan itu, kalian tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi jangan sia-siakan kesempatan ini.


Ada kisah tentang seorang sahabat R.A dari Thaif yang mengunjungi Mekkah pada masa-masa awal Islam. Saat itu Rasulullah S.A.W. baru mendakwahkan Islam, dan Rasulullah masih mendakwahkannya secara sembunyi-sembunyi. Ketika sedang berjalan, dia melihat seorang pria keluar dari tendanya dan berjalan. Kemudian pria itu diikuti seorang wanita, dan wanita itu diikuti seorang pemuda, dan keduanya mengikuti pria itu berjalan. Sahabat ini adalah temannya Al-Abbas, jadi dia bertanya kepada Al-Abbas "Siapa pria itu dan kedua orang yang mengikutinya? 

Al-Abbas berkata "Pria itu adalah Muhammad S.A.W. Dia adalah kemenakanku yang mengaku sebagai seorang rasul yang diutus Allah. Dan wanita itu adalah istrinya, sedangkan pemuda itu adalah Ali bin Abi Thalib. Mereka adalah pengikutnya."

Sahabat itu berkata "Kemudian setelahnya aku pergi." 

Sahabat ini tidak menjadi Muslim sampai Thaif dibuka, kira-kira 20 tahun kemudian. Dia mengenang masa lalunya dan berkata "Andai saja aku menjadi Muslim pada waktu itu, maka aku akan menjadi Muslim keempat di muka bumi. Sekarang aku sudah jauh tertinggal. Aku kehilangan kesempatan yang berharga itu."

Jadi jangan biarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Kalian harus menggapai kesempatan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution