Mengambil Pelajaran dari Shaum (Puasa) yang Kita Kerjakan
Ketika tidak ada seorang pun yang melihat kita, dan kita mampu makan
dan minum; tapi kita tidak makan dan minum, karena kita sedang shaum,
dan kita tahu bahwa Allaah Maha Mengawasi lagi Maha Melihat perbuatan
kita Maka ini pertanda ada keikhlashan dalam amalan kita.
Maka hendaknya tingkatkan keikhlashan tersebut, dengan MENGERJAKAN
perkara-perkara yang DIWAJIBKAN, serta MENINGGALKAN perkara-perkara yang
DIHARAMKAN baik saat kita shaum, maupun diluar shaum
Jika kita tidak berani untuk sengaja membatalkan shaum kita, ketika
tidak dilihat makhluq. maka sudah semestinya kita pun jangan
berani-berani untuk meninggalkan kewajiban, dan/atau mengerjakan
larangan Terlebih lagi jika kita sedang shaum… Apakah kita menyangka Allaah
hanya mengawasi kita dalam perkara makan, minum dan jima’ saja? dan
Allaah lalai dari amalan wajib yang kita tinggalkan, dan perbuatan
mungkar yang kita kerjakan?
Maka hendaknya kita shaum, bukan hanya sekedar menjaga diri dari
makan, minum, serta jima’ saja Tapi LEBIH DARI ITU menjaga diri dari
segala perbuatan yang diharamkanNya (baik itu meninggalkan kewajiban,
dan/atau mengerjakan keharaman) Karena sesungguhnya, maksiat yang kita
kerjakan, hanyalah akan mengurangi bahkan mungkin membatalkan pahala
shaum kita Sudah kita berdosa dengan maksiat tersebut, batal pula
pahala shaum kita Sehingga kita hanyalah mendapatkan lapar dan
dahaganya saja, pahala tidak kita raih, dan tujuan shaum [yaitu agar
kita bertaqwa] tidak tercapai!
Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang shaum, namun dia tidak mendapatkan dari shaum-nya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy; terdapat dalam shahiihut targhiib)
Dan jika kita mampu, hendaknya kita berbuat LEBIH LAGI daripada itu…
Bahkan meninggalkan segala perkara yang tidak ada manfa’at aakhiratnya
Bahkan itulah TANDA KEBAIKAN ISLAAM yang ada dalam diri kita.
Allaah memfirmankan sifat orang-orang MUKMIN:
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang BERPALING dari perkara yang tidak ada manfa’atnya (al Mu’minuun: 3)
Rasuulullaah bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
‘Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah MENINGGALKAN perkara yang TIDAK BERMANFA’AT bagi (urusan aakhirat)nya’.” [Hasan; HR at-Tirmidzi dan selainnya]
Sehingga hari-hari kita hanyalah dipenuhi ketaatan kepadaNya yang
mereka inilah orang yang paling sempurna pahala shaum-nya Ingat! khusus
untuk amalan shaum Allaah sendiri-lah yang akan membalasnya.
Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus
kali lipat
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
Allaah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali shaum. shaum
tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan
dia telah meninggalkan syahwat dan makanan (serta minuman, az)
karena-Ku’(HR. Muslim)
Maka hendaknya kita mengagungkan maqam-Nya setinggi-tingginya, agar
Dia menerima shaum kita, dan memberikan balasan kepada kita dengan
balasan yang tanpa batas Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar