Jumat, 15 Mei 2015

Agama Melarang Menjadi Pengemis

Sepasang Tua Renta Bau di Kereta

Hari itu, tampak sepasang tua renta naik kereta dari Stasiun Jakarta Kota. Kereta tersebut hendak menuju ke Depok. Belakangan diketahui, kakek dan nenek tersebut menumpang kereta dengan sebutan commuter line tersebut hanya sampai Stasiun Gondangdia.


Bukan hanya penampilan luar yang membuat pasangan renta tersebut diduga sebagai pengemis olehh penumpang lainnya. Namun juga bau badan yang mereka bawa membuat penumpang lainnya enggan untuk duduk bersebelahan dengan mereka. Jangankan bersebelahan, bau sangat mengganggu tersebut hampir memenuhi seisi gerbong.

Setidaknya ada seorang ‘korban’ akibat bau badan tersebut. Seorang Ibu yang awalnya duduk bersebelahan dengan pasangan tua renta tersebut, terpaksa harus keluar dari kereta dan memuntahkan isi perutnya karena tidak tahan dengan bau yang ada.

Menjelang kereta hendak melaju, seorang pemuda dengan gaya ‘anak kuliahan’, menenteng ransel, bercelana jeans dan menggunakan headset di telinganya, tiba-tiba saja masuk dan duduk di sebelah kakek dan nenek tersebut. Apakah anak muda itu tidak terganggu dengan bau yang ditimbulkan oleh pasangan tua di sebelahnya?

Pemuda tersebut justru memulai perbincangan dengan si kakek tua yang persis di sebelahnya. Pertanyaan seperti nama nya siapa pak?, tinggal dmana?, mau kemana?, punya anak berapa? diajukan pemuda tersebut kepada si kakek. Pemuda tersebut tampak mencoba mengakrabi si kakek bau tersebut.

Saat kereta menjelang tiba di Stasiun Gondangdia, tampak pasangan tua renta tersebut bersiap untuk turun. Si Pemuda sejurus kemudian mencoba mengeluarkan lembaran uang kertas dari sakunya. Uang seratus ribu rupiah di sodorkan kepada si Kakek.

“Pak,saya punya sedikit rejeki buat bapak dan Ibu mungkin bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup bapak dan Ibu beberapa hari kedepan”, kata si Pemuda sambil menyodorkan uang dari kantong celananya.

Namun si Kakek bau tesebut menolaknya dengan kata-kata yang sungguh menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya.

Kereta sebentar lagi tiba distasiun gondangdia, kudengar dari percakapan pemuda dan bapak itu, stasiun gondangdia adalah stasiun tujuan pasangan suami istri itu.

Kulihat pemuda itu memasukkan tangannya kedalam tasnya dan mengambil beberapa uang berwarna merah(100.000 rupiah) dalam jumlah yang sangat banyak, sangat banyak saya tak tahu pastinya.

Dengan nada yang sangat sopan pemuda itu berkata : “pak, saya punya sedikit rejeki buat bapak dan Ibu mungkin bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup bapak dan Ibu beberapa hari kedepan”

Tahukah kawan,apa jawaban bapak itu? Beliau menjawab seperti ini.

“Sungguh agamaku melarangku menjadi seorang pengemis yang menengadahkan tangan menunggu bantuan uang dari si Tuan kaya raya,ku yakin Tuhan-ku maha kaya, sangat kaya,” kata si Kakek.

“Saya tahu niat Ananda adalah untuk membantu kami, dan sungguh saya yakin bahwa Allah-lah yang telah mengirimmu kepada kami, namun mohon maaf nak, saya tak bisa menerima itu,” tambah si Kakek.

“Saya tak ingin sebuah kisah dari perjalanan perjuangan hidup kami mencari rezeki, ada sebuah kisah bahwa kami menerima uang dari orang lain dikarenakan kasihan dengan kondisi kami.” tutur si Kakek.

“Saya yakin nak, sebentar lagi Allah akan memberikan rezeki bagi kami dengan cara yang lebih baik dari ini ,iya saya yakin sebentar lagi nak, sebentar lagi.” tutup si Kakek dan meninggalkan Pemuda tersebut untuk keluar dari kereta yang tengah berhenti sejenak di Stasiun Gondangdia.

Menurut Wahyu Hidayat Ar Rasyid penutur asli kisah inspiratif ini, pengalaman dua pasangan renta berbau tersebut sontak menambah keyakinan dirinya bahwa rezeki Allah sungguh sangat dekat. Seperti tutur si Kakek, sebentar lagi, sebentar lagi..



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution