Ghibah yang Berkembang Menjadi Fitnah
Berbicara tentang aib orang lain, jika aib yang dikatakan benar,
disebut menggunjing atau ghibah, dan disebut fitnah jika yang
dikatakan tidak benar. Manusia memang tidak lepas dari kesalahan dan
lupa, manusia bisa saja berbuat khilaf. Bersyukurlah kita sebagai
manusia, karena kita hidup di balik tabir, yang oleh Allah SWT dengan
kebijakan-Nya digunakan untuk menutupi perbuatan-perbuatan buruk kita.
Seandainya saja tabir Ilahi ini diangkat untuk memperlihatkan semua
kesalahan dan keburukan kita, niscaya semua orang akan mengetahui semua
keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Yang
mengakibatkan masyarakat akan membenci kita.
Coba kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri,
bagaimana rasanya apabila kita yang menjadi orang yang
digunjingkan/dighibah? Pastinya, tidak akan ada seorangpun yang mau
aibnya terbuka. Dan pastinya, tidak ada seorangpun yang senang bila di
ghibah/gunjingkan.
Dan malah biasanya, ada dari kita yang akan
bereaksi marah, apabila mendapati kenyataan dirinya di gunjingkan
orang. Karena itulah agama islam melarang kita untuk saling ghibah,
menggunjing (membicarakan aib orang lain) apalagi, menfitnah.
Kita harus akui dengan jujur, bahwa ada dari kita yang kadang
dalam menyampaikan sesuatu, suka melebih-lebihkan/menambah-nambahkan,
entah kenapa, sehingga jarang sekali, kita bisa menyampaikan sesuatu
dengan pas, tidak ditambah-tambahkan dan tidak dikurangi. Dalam kaitan
dengan ghibah, kalau aib orang
yang kita bicarakan itu benar, maka itu disebut ghibah. Namun seringkali
ghibah berkembang menjadi sebuah fitnah, karena kebiasaan kita yang
suka melebih-lebihkan, menambah-nambahkan omongan. Ketahuilah, omongan
yang kita tambah-tambahkan / lebih-lebihkan itulah, yang termasuk
fitnah.
Banyak ayat suci Al Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang keras segala bentuk ghibah dan fitnah, antara lain:
- “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.Al Hujurat [49] ayat 12)
- Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya mengada-adakan kebohongan
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan
mereka itulah orang-orang pendusta.” (Al-Nahl: 105).
- Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: ”Tahukah kalian apa
itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih
mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang
apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW:
Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah
mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka
kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)
- Muslim dengan muslim lainnya itu bersaudara, tidak boleh mengkhianati, mendustakan dan menghina. Setiap
muslim dengan muslim lainnya haram kehormatan, harta dan darahnya.
Taqwa itu disini ! (sambil nabi SAW menunjuk pada dadanya) Cukup disebut
seorang itu jahat jika ia mencaci saudaranya sesama muslim (HR. Muslim 2564)
- Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka Allah SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450
Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak dari fitnah bukan saja terhadap
seseorang yang difitnah, tapi juga terhadap masyarakat luas. Di tanah
air kita, seringkali terjadi keributan dan kerusuhan yang disebabkan
oleh fitnah dan adu domba. Begitu besarnya bahaya dan dosa fitnah, hingga oleh Islam dikategorikannya sebagai perbuatan lebih kejam dari pembunuhan.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW lebih mempertegasnya lagi dalam sabdanya, ”Tidak akan masuk surga orang yang menghambur-hamburkan fitnah (suka mengadu domba).” (HR Abu Dawud dan At-Thurmudzi).
Untuk itu, marilah kita jauhi segala macam bentuk ghibah, pergunjingan apalagi fitnah. Karena
sebuah masalah besar, berawal dari masalah kecil. Ributnya sekelompok
warga, seringkali terjadi karena kesalahan atau pertikaian satu orang. Untuk
itu, apabila kita mengetahui ada saudara semuslim kita yang melakukan
kesalahan, tegurlah secara langsung dan sampaikanlah dengan baik-baik.
Apabila ia masih belum juga mampu menyadari kesalahannya, kita doakan
semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada-Nya.
Tugas kita sebagai sesama muslim, hanyalah mengingatkan bila ada
saudara kita yang tersesat dari jalan yang benar, tapi kita juga harus
ingat, bahwa kita tidak akan bisa merubah seseorang menjadi lebih baik,
bila orang itu sendiri tidak berusaha merubahnya. Jadi semuanya kita
kembalikan kepada Allah SWT.
Dewi Yana
0 komentar:
Posting Komentar