Indahnya Bunga Aggrek
Mari kita semua belajar untuk berlapang dada sehingga kehidupan akan damai penuh sejahtera!
Alkisah, di sebuah padepokan yang asri, tampak sang Guru
sedang bersantai memandangi pohon-pohon bunga anggrek yang tertata
artistik, terawat, dan sedang mekar dengan indahnya.
Pada suatu hari ketika hendak berkelana, dia berpesan kepada muridnya,
"Anakku, gurumu akan pergi mengunjungi kakek guru dan saudara-saudara
seperguruan lainnya. Tetaplah rajin belajar dan berlatih. Dan jangan
lupa untuk hati-hati merawat tanaman bunga anggrek kesayangan gurumu
ini."
Murid yang menerima pesan itu, dengan teliti memelihara pohon-pohon
bunga anggrek tersebut. Namun, pada suatu hari, ketika sedang merapikan
dan menyiram bunga-bunga anggrek, tanpa sengaja dia menyenggol rak-rak
pohon tersebut. Prang! Bunyi keras mengiringi berjatuhannya pot
-pot bunga anggrek yang pecah berantakan dan tanaman anggrek pun
berserakan di sekitarnya.
Murid itu dengan rasa panik dan ketakutan berusaha membenahi sebisanya.
Tetapi apa daya, hanya sedikit yang terselamatkan. Dengan rasa was-was,
dia pun menunggu gurunya pulang untuk meminta maaf dan siap menerima
hukuman apapun yang akan diberikan nantinya.
Setelah sang Guru pulang dan mendengar kabar itu, ia lalu memanggil
para muridnya. "Guru, ampun Guru! Saya mengaku salah telah mengecewakan
dan merusak bunga anggrek kesayangan Guru. Saya siap menerima
hukuman..." sela si murid dengan penuh sesal.
Sambil tersenyum bijak sang Guru berkata, "Muridku. Memang bunga
anggrek adalah bunga kesukaan Gurumu ini, maka Guru merawatnya dengan
baik sehingga berbunga dengan indah. Perlu kamu ketahui, Gurumu menanam
bunga anggrek, alasan utamanya adalah untuk menikmati indahnya
warna-warni bunga-bunga anggrek sekaligus untuk memperindah lingkungan
di sekitar sini. Bukan demi untuk marah Guru menanam pohon anggrek ini.
Walaupun menyukai bunga anggrek tapi Guru tidak terikat akan
bunga-bunga itu, karenanya Guru tidak perlu marah karena anggrek. Tetapi
lain kali mengerjakan apapun harus lebih hati-hati. Bunga anggrek bisa
ditanam lagi, tapi ketidakhati-hatian adalah sikap yang harus selalu
diwaspadai karena bisa berakibat negatif dan berdampak buruk bagi siapa
pun."
Netter yang Luar Biasa!
Perkataan sang Guru sungguh benar, "Bukan demi untuk marah menanam tanaman anggrek".
Kita pun bisa belajar dari sini. Seandainya amarah sedang menguasai
kita, cobalah berhenti sejenak dan berpikir, "Bukan demi marah menjadi
sahabat," "Bukan demi marah menjadi suami istri," dan "Bukan demi marah
melahirkan dan mendidik anak."
Dengan demikian, sikap toleransilah yang akan muncul. Kemarahan akan
mencair dan damai pun akan menyertai hati kita. Ketika kita hendak
bertengkar dengan sahabat, orang rumah, atau keluarga, hendaklah perlu
diingat, perjumpaan yang telah terjadi, bukan demi untuk rasa marah,
tapi sepatutnya untuk disyukuri.
Oleh Andrie Wongso
0 komentar:
Posting Komentar