Menjaga Wudhu
Rasulullah saw bersabda; "Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah dan tangan yang berkilauan dari bekas wudlu, maka barangsiapa di antara kamu yang dapat memperpanjang kilauannya hendaklah ia mengerjakannya." (Al Hadits)
Hadits ini Shahih Muttafaq Alaihi, diriwayatkan dari Abu Hurairah dengan lafadz dari Muslim:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Bismillahirahmanirrahiim.
Assalamualaikm warohmatullahi wabarokatuh.
Sahabat pena,
Semoga Allah selalu melembutkan hati hati yang senantiasa mengingat kematian, jiwa yang selalu rindu akan tempat kembali dan senantiasa tunduk dan takut kepada Rabbul Izzati Allah aza wazala.
Wudhu, adalah hal yang sangat biasa kita lakukan tapi menjaganya bagi beberapa pribadi merupakan sesuatu hal yang mungkin sering tidak diperhatikan. Padahal, hal ini dianjurkan Rasulullah saw. seperti redaksi Hadits diatas; kata "hendaklah mengerjakanlah" merupakan sebuah anjuran yang seharusnya kita kerjakan jika kita bisa.
Menjaga wudhu bukan sebuah hal yang sulit ketika kita membiasakannya dan kemudian kelak menjadi kebiasaan yang sehat dan dianjurkan syariat. Ketika kita memiliki wudhu dan kita berniat menjaganya, tentu kita akan hati hati dengan hal hal yang membatalkannya dengan objective bahwa kita harus menjaganya hingga waktu shalat berikutnya.
Manfaat lain yang sangat harus kita sadari adalah, ketika kita masih memiliki wudhu dan adzan waktu shalat beriikutnya kemudian berkumandang kita akan 'bahagia' dan rasa itu mendorong kita, serta mengusir rasa enggan untuk shalat diwaktunya. Atau setidaknya fikiran kita terfokus kesana; shalat.
Alangkah indahnya seorang pribadi muslim/muslimah yang menjadikan waktu waktu shalat sebagai tujuan yang dinanti kedatangannya.
Hal lain yang bisa kita jangkau dengan logika adalah, ketika kita memiliki wudhu, diri kita saat itu ada dalam kondisi bersih. Sedangkan hal hal kotor adalah kesukaan Iblis, mungkin ketika diri kita dalam keadaan bersih apalagi disertai mengingat Allah si Iblis ini akan jauh dan kesulitan untuk menaburkan rasa enggan kepada hati kita untuk beribadah.
Anjuran ini juga tersirat dalam sebuah nasihatnya kepada Ibn ‘Abbas Radiyallahu Anhu yang saat itu berusia 10 tahun.
Ibn Abdas ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda;
"Jagalah Allah, pasti Allah menjagamu, jagalah Allah, pasti kamu mendapatinya di hadapanmu, bila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu minta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, bahwa jikalau ada seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfa’at bagimu, maka mereka tidak akan dapat memberikannya kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu, dan jikalau mereka berkumpul untuk merugikanmu (membahayakanmu) dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa melakukan itu kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (pencatat) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. at-Turmudzy)
Sungguh terdapat banyak nasihat dalam Hadits ini, saya hanya menggaris bawahi tentang kata "jagalah"..
Jagalah Allah artinya, "jagalah" aturan-aturan-Nya dan komitmenlah terhadap segala perintahnya serta jauhilah segala larangannya. Prof. Dr. Faalih bin Muhammad ash-Shaghiir dalam bukunya mengatakan bahwa salah satu perintah secara khusus kata "menjaga" dalam hadits tersebut adalah perintah untuk menjaga Shalat (QS 2:238), dan menjaga thaharah (kesucian) sebagaimana bunyi Hadits Rasulullah SAW., “Beristiqamahlah (mantaplah) sebab kamu tidak akan mampu menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik pekerjaan kamu adalah shalat sedangkan yang bisa menjaga wudlu itu hanya seorang Mukmin.” (HR.Ibn Majah).
Menjaga kita dalam kondisi wudhu, artinya menjaga diri kita tetap dalam keadaan bersih dan menjaga dari hal hal yang membatalkannya hingga shalat berikutnya datang, dan segera berwudhu kembali saat batal.
Meski kedudukannya tidak wajib, tidak diragukan lagi ini adalah sebuah anjuran yang ketika kita bisa harus kita laksanakan. Ini tergantung kepada kecintaan kita kepada Rasulullah saw, dan keinginan kita untuk melindungi dan melepaskan diri kita dari belenggu nafsu syaitan.
Rasulullah saw, adalah sosok yang sangat peduli dan details terhadap kebersihan. Ini terlihat dari sekian banyaknya hadits hadits yang mengutif tentang hal hal kecil ttg kebersihan. Mari kita lihat sejenak saja dari hadits berikut;
"..Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam." (Muttafaq Alaihi, lafadz Muslim).
"Sucikanlah dirimu dari air kencing karena kebanyakan siksa kubur itu berasal darinya." (Riwayat Daruquthni dari Abu Hurairah. Menurut riwayat Hakim: "Kebanyakan siksa kubur itu disebabkan (tidak membasuh) air kencing." Hadits ini sanadnya shahih).
Dua hadits ini cukup menggambarkan kepada kita tentang begitu jelasnya kepedulian kita terhadap kebersihan, dan menjaga wudhu adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap kebersihan diri kita.
Ketika kita membiasakan diri menjaga wudhu kita, kita akan merasa sayang atau merasa risih jika melakukan hal hal yang bersifat maksiat baik kepada manusia atau kepada Allah sendiri karena kita merasa punya wudhu.
Dengan menjaga wudhu,
secara automatic diri kita akan terjaga dan Allah menjaga kita karena kita telah menjaganya.
Dengan menjaga wudhu,
Kita akan teringat ketika mata kita mulai terpikat hal yang menimbulkan syahwat, karena kita merasa punya wudhu
Dengan menjaga wudhu,
Kita akan merasakan dekat dengan Rabb kita, yang akan menimbulkan sikap optimis seorang muslim. Jiwa akan selalu segar dan tegar karena dekat dengan Allah.
Dengan menjaga wudhu,
Kita tidak akan ragu untuk memegang dan membaca mushaf Al Quran yang kita jumpai dimanapun.
Dengan menjaga wudhu,
Kita akan lebih mudah untuk shalat tepat waktu dan secara Reflex telinga kita 'mendengar' panggilan Adzan untuk shalat. Hati kita akan dengan lebih mudah terpanggil, sekali lagi, karena kita merasa punya wudhu.
Jika kita menjaga Allah, tentu Allah akan menjaga kita.
Ketika kita tidak "menjaga" Allah pun, Allah dengan keagunggan Nya telah menjaga kita.
Apa yang bisa kita lakukan tanpa penjagaan Allah?
Semuanya dari Allah, kita tidak bisa berdiri sepersekian detikpun tanpa seizin dan pertolongan Allah.
Sahabat Pena,
Masalah Thaharah ini adalah cerita panjang lebar dan membutuhkan pembahasan yang sangat panjang dan sedikit rumit, dengan berbagai perbedaan dan fiqih fiqih yang mengikutinya. Berikut ini hanya sekelumit Hadits Hadits yang menjadi dasar tata cara wudhu
DIHADIRI MALAIKAT JIBRIL
Sahabat pena,
Tahukah bahwa seseorang yang meninggal dalam keadaan suci dari hadats dan memiliki wudhu akan dihadiri Malaikat Jibril Alaihissalam?
Subhanallah.
Imam al-Shuyuti dalam al-Hawi li al-Fatawa menegaskan bahwa malaikat Jibril masih tetap eksis turun ke Bumi. Dalam kitab itu, beliau mencantumkan sebuah hadits yang riwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Kabir dari Maimunah binti sa'ad, dia berkata:
“Wahai Rasulullah, bolehkah seseorang tidur dalam keadaan junub? Nabi menjawab "Aku tidak suka jika ia (orang yang junub) tidur sebelum mengambil wudlu', aku khawatir ia lantas mati (dalam keadaan berhadats), sehingga tidak dihadiri oleh Malaikat Jibril.”
Hadits ini, menurut al-Suyuthi, secara tersurat menjelaskan bahwa Malaikat jibril selalu turun ke bumi untuk menghadiri setiap orang mukmin yang mati dalam keadaan suci dari hadats.
Ini adalah hal hal kecil yang mungkin tidak kita sadari atau kita lupakan,
Muslim atau muslimah manakah yang tidak berbahagia sekiranya ketika hari terakhir hidupnya dibumi ini dihadiri Malaikat Jibril? Hadits ini memperkuat, tentang betapa berharga nya sebuah nilai wudhu atau makna 'bersih' dalam Islam,
Demikian sekelumit note tentang "Menjaga Wudhu".
Semoga, secara bertahap kita bisa melakukan dan menjaganya.
Tambahan,
WUDHU RASULULLAH SAW.
Rukun Wudhu;
وَعَنْ حُمْرَانَ أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ : رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Humran bahwa Utsman meminta air wudlu. Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini. Muttafaq Alaihi.
Diperjelas oleh Hadits lain, yang artinya:
Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu ia berkata: "Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar kedua telinganya dengan ibu jarinya". (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Ibnu Khuzaimah menggolongkannya hadits shahih).
Mendahulukan yang Kanan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا تَوَضَّأْتُمْ فابدأوا بِمَيَامِنِكُمْ ) أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu sekalian berwudlu maka mulailah dengan bagian-bagian anggotamu yang kanan." Dikeluarkan oleh Imam Empat dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
WUDHU DENGAN SEPATU.
Keterangan ini sengaja saya sampaikan,
Adalah untuk menjawab keraguan kepada siapa saja yang ragu. Mungkin di indonesia, fenomena wudhu dengan sepatu ini tidak begitu mencolok. Tapi ketika antum main ke Saudi Arabia, Riyadh pada khususnya yang ana saksikan sendiri. Hampir lebih dari 90 persent jemaah yang shalat di masjid masjid dilokasi/tempat kerja mereka memakai kaus kaki.
Dan jika diperhatikan, mereka juga berwudhu hanya dengan mengusap bagian atas sepatu.
Ada dari mereka juga yang mengusap kaus kakinya. Tentu saja wudhu seperti ini adalah wudhu setelah merasa yakin bahwa kaki kita bersih, dan dalam keadaan suci sebelumnya.
Meski demikian, saya selalu membuka kaus kaki ketika berwudhu. Meski terlihat aneh ketika berwudhu disamping orang orang arab yang berwudhu tanpa membuka sepatu, tapi ketika saya meminta pendapat mereka, ternyata mereka memuji dan mengatakan bahwa membuka sepatu itu "lebih bagus",
Berikut ini sekelumit hadits hadits yang menerangkannya;
عَنْ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( كُنْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَتَوَضَّأَ فَأَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ خُفَّيْهِ فَقَالَ: دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
لِلْأَرْبَعَةِ عَنْهُ إِلَّا النَّسَائِيَّ: ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَسَحَ أَعْلَى اَلْخُفِّ وَأَسْفَلَهُ ) وَفِي إِسْنَادِهِ ضَعْف ٌ
Mughirah Ibnu Syu'bah Radliyallaahu 'anhu berkata: "Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berwudlu aku membungkuk untuk melepas kedua sepatunya lalu beliau bersabda: Biarkanlah keduanya sebab aku dalam keadaan suci ketika aku mengenakannya Kemudian beliau mengusap bagian atas keduanya". ( Muttafaq Alaihi)
Menurut riwayat Imam Empat kecuali Nasa'i:
bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap sepatu bagian atas dan bawahnya
Dalam sanad hadits ini ada kelemahan tapi diperkuat oleh riwayat Abu daud dari Ali Ra;
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata:
"Jikalau agama itu cukup dengan pikiran maka bagian bawah sepatu lebih utama untuk diusap daripada bagian atas Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap punggung kedua sepatunya" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang baik )
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ: ( جَعَلَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ يَعْنِي: فِي اَلْمَسْحِ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِم
Ali Ibnu Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu berkata:
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menetapkan tiga hari tiga malam untuk musafir (orang yang bepergian) dan sehari semalam untuk orang yang menetap --yakni dalam hal mengusap kedua sepatu" (Riwayat Muslim)
وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ( أَنَّهُ رَخَّصَ لِلْمُسَافِرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ وَلِلْمُقِيمِ يَوْمًا وَلَيْلَةً إِذَا تَطَهَّرَ فَلَبِسَ خُفَّيْهِ: أَنْ يَمْسَحَ عَلَيْهِمَا ) أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
Melalui Abu Bakrah dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: Bahwa beliau memberikan kemudahan bagi musafir tiga hari tiga malam dan bagi mukim (orang yang menetap) sehari semalam apabila ia telah bersuci dan memakai kedua sepatunya maka ia cukup mengusap bagian atasnya Diriwayatkan oleh Daruquthni dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah
Demikian sekelumit dalil dalil yang memudahkan kita untuk berwudhu.
Semoga menjadi Ilmu. Semoga Keridhaan dan Rahmat Allah bersama kita.
Salam bahagia,
Nuruddin Al-Indunissy
0 komentar:
Posting Komentar