Dari dulu dan sampai saat ini, banyak
orang yang bertanya tentang hidupku sebegitu penasarankah mereka
tentang bagaimana hidupku? sebegitu menarikkah hidupku untuk dijadikan
sebagai bahan obrolan mereka bukannya aku pengen diacuhkan orang lain,
bukannya aku ingin orang tak peduli denganku aku juga butuh kepedulian
dari orang lain tapi pernahkah kalian berpikir pertanyaan yang kalian
anggap sebagai pertanyaan bentuk kepedulian kalian terhadapku sama
sekali tidak terbentuk sebagai hasil dari rasa peduli pertanyaan-pertanyaan itu
cenderung menyudutkan,
seakan mencoba mencari titik kelemahanku dan
ketika aku mencoba menjawab, kalian mengejar-ngajariku apa alasannya kenapa aku
harus seperti itu dan kalian mulai menyalahkanku kenapa aku bertindak
seperti itu dan harusnya aku seperti ini pernahkah kalian berpikir
betapa ‘kesalnya’ aku dengan pertanyaan-pertanyaan itu, berbagai ‘vonis’ dan
kritikan kalian terhadap hidupku berpikirlah positif.
Setiap orang
memiliki alasan dan memiliki tujuan hidup masing-masing jadi jangan
pertanyakan lagi dengan nada-nada menjatuhkan….kita cukup mendukung dan
mendoakan yang terbaik saja.
Kalian harusnya berpikir apakah kalian sudah yakin bahwa hidup kalian
sudah benar? pernahkah kalian berpikir betapa ‘kesalnya’ diri kalian
ketika hidup kalian diusik orang lain hidup di dunia ini hanya
sekali…bisakah kita gunakan untuk berbagi kebaikan untuk meraih
cinta-Nya. Tak perlulah mengusik hidup orang lain bahkan men-judge orang
lain buruk kemudian menjadikannya bahan obrolan kita berkacalah, liat
seberapa buruk kita sudah pantaskah kita untuk jadi hamba yang dicintai
Allah?
Suatu hari saya pernah bertanya
dengan seorang teman, “Kok ada ya orang yang senengnya mengusik hidup
orang lain dengan segala caranya?” Teman saya itu menjawab, “Ya ada lah…
Orang kayak gitu ada di sekitar kita.” “Emang mereka nyari apa sih? Toh
yang diusik juga belum tentu lebih hebat dari dia.”Jawab teman saya,
“Justru itu… Dia melihat orang lain bisa adem tenterem. Seolah-olah
nggak ada masalah. Sementara dia, siapa yang tahu kalau ternyata
menyimpan banyak masalah pribadi?”.
“Jadi, maksudnya…” “Dia iri bukan
karena kemapanan seseorang. Tapi, karena kenyamanan orang itu.” Sampai
di situ saya diam. Baru kali ini saya menemukan jenis iri dan dengki
manusia. Kalau seseorang iri dan dengki sebab melihat orang lain yang
lebih sukses, saya mengerti. Tapi, kalau dia iri dan dengki karena
melihat kenyamanan orang? Bahwa ada orang yang iri bukan karena
kemapanan seseorang.
Tapi, justru karena kenyamanan orang
itu. Kesejahteraan orang bisa dan mungkin saja mudah didapat. Tetapi,
kedamaian diri seringkali susah dicari, apalagi dibeli. Maka ketika ada
orang yang kita lihat lebih damai dari kita sendiri, tanpa sadar rasa
iri itu bisa saja muncul. Jika kesadaran diri sudah pada tempatnya, saya
pikir rasa iri itu bisa diganti energinya untuk mencari kedamaian diri
sendiri yang pada dasarnya selalu kita cari agar hidup bisa lebih
berarti. Dengan segala caranya. Tapi, jika kesadaran diri belum juga
didapat, ya mulai deh aksi-aksi dari rasa iri terpendam itu keluar.
Menambah beban pribadi serta menjauhkan rasa damai itu sendiri.
So, apakah perlu kita mengusik kenyamanan orang lain sehingga justru lebih menjauhkan rasa damai dalam diri kita sendiri?
Jangan terlalu mengurusi hidup orang lain
sehingga melupakan kewajiban terhadap Sang Khaliq jangan menganggap
kehidupan orang lain lebih buruk karena bisa jadi kehidupanmu jauh lebih
kotor darinya hiduplah sesuai dengan harapanmu sendiri dan jangan
mencoba untuk merusak harapan orang lain lakukan pekerjaan yang kamu
sukai dan jangan merugikan orang lain berilah manfaat pada
sesamamu jangan hanya mencari-cari kesalahan orang lain tapi lihatlah
seberapa benar dirimu di hadapan orang lain KRITIK-LAH dirimu sebelum
kau mengkritik orang lain, berkacalah kamu ke sebuah cermin dan
perhatikan sudah berapa kali kau menyakiti orang lain.
Lalu andaikan kita telah merasa ‘care’
dengan orang lain memang menjadi hal yang wajar bila kita ingin memberi
nasihat, saran atau bahkan kritikan yang bersifat membangun agar orang
tersebut bisa hidup lebih baik lagi, tapi tak perlu kita terlalu
mengusik dengan pertanyaan menyudutkan, perkataan menyalahkan atau malah
kritikan yang pedas kita bisa mengatakannya secara
baik-baik mengkritik boleh-boleh saja asalkan kritikan itu bersifat
membangun andaikan orang tersebut sudah memiliki jalan sendiri yang tak
sesuai dengan pikiran kita, apa kita akan terus menyalahkannya kita
tidak boleh memaksakan kehendak belum tentu pendapat kita benar dan
belum tentu jalan yang ditempuhnya salah.
Bisakah kita membedakan kritikan yang
membagun dan menjatuhkan? Aku mengambil dari artikel di blog lainnya
tentang perbedaan kedua kritikan di atas Perbedaan antara kritik
membangun dan menghancurkan sangat tipis. Kritik membangun biasanya
diawali dengan pujian yang murni, tulus, ucapan terima kasih, walaupun
diakhir kritik itu disisipkan kritik bernada negatif namun dibungkus
dengan kata-kata yang memotivasi, membangun. Sementara kritik
menghancurkan cenderung ditunjukkan dengan sikap mengadili, sedikit
arogansi. Mencari kelemahan orang lain. Bila kritik itu dilontarkan di
depan umum, maka kita tahu maksudnya kurang baik. Kritik yang membangun
umumnya dingkapkan secara pribadi, secara privat, bukan untuk konsumsi
publik. Kritik yang dilontarkan di depan umum cenderung hanya untuk
menonjolkan diri, bahkan mencela.
Mengapa kritik itu
diberikan? Ini ada hubungannya dengan sikap pengkritik itu. Ia
mengkritik karena rasa sakit hati, iri atau demi keuntungan pribadi?
Kritik yang cenderung meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang
lain merupakan bentuk pemuasan ego yang paling rendah. Orang seperti ini
biasanya punya kesulitan dalam berasosiasi dengan orang lain,
berpandangan negatif akan orang lain sehingga dia akan bergaul dan
berkomunikasi dengan cara yang tak bagus dan penuh kritik pula.
Tidak semua orang suka
dikritik. Namun bila mendapat kritik, hadapi dengan rileks, jangan
terlalu serius. Biasanya, kalau kritik yang tidak adil kita respon
dengan amat sangat serius, kita, secara pribadi, di dalam hati, remuk
secara emosional, ingin balas dendam dan sakit hati meski di luar kita
nampak menghargai kritik itu. Maka rilekslah, hadapi dengan manis. Kalau
perlu tanggapi dengan humor segar. Menanggapi kritik dan orang yang
negatif dengan emosional hanya akan membuat kita terbawa arus negatif.
Sangatlah mudah untuk bertindak seperti
seorang bos, selalu mengetahui apa yang benar sesuai dengan pandangan
anda sendiri. Mengkritik membuat anda merasa enak dan seakan-akan
andalah yang benar. Namun pada akhirnya, orang yang mengkritik bertujuan
untuk menghancurkan orang lain tentunya tidak akan memperoleh
keuntungan atau manfaat apapun dari sikapnya tersebut.
”Jangan mengkritik apa yang tak kau pahami. Kau tidak akan pernah berada pada posisi orang itu.” – Elvis Presley –
”Setiap orang bodoh bisa mengkritik, menuduh dan mengeluh; dan kebanyakan orang bodoh melakukan hal itu.” – Benjamin Franklin –
“Bukanlah kritik yang anda berikan
untuk diperhitungkan; bukan orang yang menjatuhkan seseorang yang kuat
atau seseorang yang hanya berniat untuk melakukan yang lebih baik namun
tidak melakukannya.
Manfaat dari kritik akan diterima oleh orang yang
sedang berada di arena; yang wajahnya dipenuhi oleh debu, keringat, dan
darah, yang berjuang, yang melakukan kesalahan dan gagal berulang kali;
karena tidak ada usaha tanpa adanya kegagalan dan kesalahan. Namun
manfaat terbesar diterima oleh seseorang yang meraih keberhasilan;
seseorang yang memiliki antusiasme, dedikasi, seseorang yang
menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang berharga; seseorang yang
mengetahui bahwa pada akhirnya ia akan memperoleh kemenangan. Dan
kalaupun ia gagal, setidaknya ia gagal setelah berusaha dengan sangat
keras. Sehingga tempat ia berada bukanlah bersama dengan orang-orang
yang negatif dan penakut yang tidak pernah mengenal apa arti kemenangan
atau kekalahan.” – Theodore Roosevelt –
”Kritik bukanlah sesuatu yang bisa
kita hindari dengan mudah dengan tidak mengatakan sesuatu, dan tidak
menjadi diri anda sendiri.” – Aristoteles –
Ketika kita mengkritik seseorang, apa
arti kritik tersebut bagi kita? Dan ketika seseorang mengkritik kita,
siapa yang sedang menunjukkan dirinya yang sebenarnya? Ketika kita
merasa harus mengkritik; tanyakan alasannya pada diri kita terlebih
dahulu. Ketika kita mengkritik orang yang sebenarnya tidak perlu kita
kritik, ingatlah bahwa anda menyakiti diri sendiri dan memaksakan
pemikiran serta ego dengan sikap semacam ini.
Apa yang bisa dilakukan seseorang selain
mengkritik orang lain agar mereka memperbaiki diri? Salah satunya adalah
dengan menyemangati, mendoakan mereka, dan bagaimana mereka bisa terus
memperbaiki diri dan tidak mengacaukan segalanya. Seseorang mungkin
berpendapat bahwa kritik tajam akan membantu dan memberikan hasil. Namun
sebenarnya kritik akan mengecewakan orang lain dan mengganggu emosinya.
Namun apapun yang kita lakukan, beberapa orang memiliki kebutuhan untuk mengkritik.
Apapun yang kita kerjakan, akan selalu ada orang-orang yang tidak menyukai hal-hal yang kita kerjakan, dan hal itu merupakan sesuatu yang wajar.
Apapun yang kita kerjakan, akan selalu ada orang-orang yang tidak menyukai hal-hal yang kita kerjakan, dan hal itu merupakan sesuatu yang wajar.
Seperti yang dikatakan oleh Eleanor Roosevelt:
”Lakukan sesuai dengan apa yang hati anda katakan – karena anda akan tetap menerima kritikan. Anda akan dikutuk jika anda melakukannya, dan dikutuk jika anda tidak melakukannya.”
Ambil sisi positif dari sebuah kritikan
dan buang sisi negatifnya, tetap introspeksi diri dan tetap jadilah diri
sendiri dengan memfokuskan pada hal-hal positif yang kita pikirkan dan
lakukan. Kenalilah diri sendiri, bukan apa yang orang lain pikirkan
mengenai diri kita. Kritik memang akan selalu ada selama kita hidup. Tak
perlu takut ataupun marah terhadap kritik. Jangan pula fokus pada
kritik yang bersifat melemahkan karena hanya membuat kita ragu. Tetap
yakin bahwa jalan yang kita tempuh itu benar dan teruslah melangkah.
Pepatah berkata, berterima kasihlah pada
orang yang mengkritik, karena ia telah menguatkan kemampuan kita. Banyak
orang besar dan berhasil, tidak melihat kritik sebagai penghalang
cita-citanya melainkan sebagai alat untuk menambah kebijaksanaan,
kearifan dan kedewasaan untuk menambah kualitas diri.
Anggap semua ‘pertanyaan menyudutkan’,
‘usikan yang mengganggu’, dan ‘kritikan yang melemahkan’ sebagai
bumbu-bumbu untuk maju meraih keberhasilan. Nikmati bumbu-bumbu hidup
itu dengan santai sebagai bahan pembelajaran untuk menguatkan kekebalan
mental, kesabaran dan keikhlasan.
Semangat!!!! ”Biarkanlah orang berkata apa hooo hooo yang penting aku bahagia”.
0 komentar:
Posting Komentar