Rabu, 28 September 2016

Dari Wanita Sepanjang Masa

Tanda cinta dari wanita sepanjang masa ...

wajah cantik, senyum menawan, body ideals seperti gitar spanyol, tinggi semampai, kaki yang jenjang, pipi yang tirus dan rambut lurus hitam yang berkibar itu dulu .... 

iya dulu sebelum kami para wanita mengandung dan melahirkan anak-anak kalian wahai sang suami terkasih ....


kami dulu selalu menyempatkan diri ke salon untuk sekedar membuat rambut kami wangi dan halus, membeli perawatan wajah yang harganya tidak masuk akal demi mendapatkan wajah yang berseri, make up pun selalu jadi anggaran wajib kami tiap bulan membeli produk makeup yang sangat merubah wajah kami bak artis-artis korea dan hollywood di tv, setiap malam sebelum tidur slalu menyempatkan waktu luang kami untuk merawat wajah, maskeran, menggunakan krim malam agar ketika esok hari kami bangun tidur wajah lelah kami seharian bekerja jadi lebih fresh kembali...

dulu agenda pagi kami adalah joging, olah raga, senam untuk sekedar mempertahankan tubuh ideal kami. 

dulu.... iya itu dulu sebelum kami mengandung dan melahirkan anak-anak mu wahai pria ku....

suamiku, ketahuilah untuk saat ini jangan kan kesalon untuk memperbaiki rambut rusak kami, 10 menit saja berlama-lama mandi di kamar mandi dapat menyebabkan anak-anak mu meraju, berdrama minta kami agar cepat-cepat keluar dari kamar mandi untuk menemani mereka bermain mobil-mobilan,  bagimu itu adalah tugas kami mengajak anak-anak mu bermain...

baiklah kami tidak keberatan hanya saja jadi semakin gatal setelah mandi karna sisa-sisa sabun dan shampo yang masih menempel karna belum selesai dibilas tadi ketika
anak-anak mu tantrum...

suamiku untuk saat ini jangankan untuk membeli perawatan wajah yang agak mahal agar menunjang penampilan kami, membeli 1 buah bedak dan lipstik pun kami beli ketika bedak dan lipstik kami benar-benar habis itu pun kami beli ketika produk makeup sedang ada discon besar-besaran, karna bagi kami bisa membeli baju-baju bagus buat anak-anak mu lebih utama dari pada perawatan wajah kami ... apakah kami keberatan ? tidak! sangat ikhlas ia, demi anak-anak mu, iya lagi-lagi demi anak-anak mu....

suamiku yang terkasih mengertilah wajah kusam kami terdapat bukan karna kami malas merawat dan membersihkannya pada malam hari, kadang hanya sekedar maskeran saja tenaga kami sudah tidak ada, dihabiskan siang tadi untuk berlari mengejar anak-anak mu yang lari-lari dilapangan, sudah habis untuk mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan kamar, masak dan sudah habis untuk tadi sore berlari-lari mengambil jemuran yang kehujanan, jadi ketika malam sisa-sisa tenaga kami, kami simpan untuk beristirahat dengan maksud agar esok hari tenaga kami terkumpul lagi untuk lebih baik lagi menjaga dan merawat anak-anak mu dan tugas harian kami dirumah..

suamiku ayah dari anak-anak ku, fahamilah tubuh kami yang semakin menggendut ketika melahirkan anak-anak mu, terus terjadi bukan karna kami banyak makan, bukan karna malas lari pagi untuk membakar lemak ditubuh kami, tapi ketika pagi datang terlintas di otak kami sudah sangat penuh dengan jadwal tugas wajib kami sehari-hari ...

menyiapkan sarapan
anak-anakmu, mencuci pakainan kerjamu, memandikan anak-anak mu membuat anak-anak menjadi wangi agar ketika kau mencium mereka, mereka membuatmu nyaman dengan wanginya, bukan dengan bau yang tak tahu rupanya ....

apakah kami mengeluh untuk pengorbanan-pengorbanan kami, sedang strechmark di perut kami pun bekas mengandung anak-anak mu, kami anggap sebagai tanda cinta kami terhadap mu, tanda cinta yang tak akan hilang oleh waktu, apakah kami keberatan atas ini ? tidak suami ku, kau dan anak-anak adalah perioritas kami, lalu apakah kau mengerti mengapa kami benar-benar sedih ketika kau tak dapat menghilangkan cara menatap mu yang penuh arti pada gadis-gadis cantik itu, dengan kemolekan tubuh, dan wajah cantiknya...

apakah kamu mengerti kecemburuan kami, yang kau anggap cemburu buta yang tak beralaskan, ketika ada teman wanitamu menelpon dan kau beranjak dari kami pada saat mengangkat teleponnya ?

suamiku pengorbanan kami, kami anggap itu pantas terjadi atas pengabdian kami kepada mu kepada pernikahan ini, dan kami pun tidak menghilangkan dan melupakan pengorbanan mu mencari nafkah untuk kami dirumah, namun kami hanya ingin kau sedikit saja mengerti ketika kami lelah ada saatnya kami lepas kontrol ingin marah pada keadaan, namun jangan sebut kami istri durhaka, karna hanya kemarahan kecil kami akibat kelelahan dan banyak nya pikiran kami yang menari-menari lincah dalam otak kami, namun jangan sebut kami hanya menjadikan mu sapi perah ketika kami meminta sedikit rejekimu untuk membelikan baju-baju bagus anak-anak mu.

maafkan salah kami, maafkan kemarahan kami, kami hanya tulang rusukmu yang paling bengkok, apabila kami bengkok dan salah, jangan coba luruskan kami karna kami akan patah, berilah kami pengertian dengan kelembutan maka hati kami akan luluh...untukmu wahai ayah dari anak-anak ku...






0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution