Cara Rasulullah SAW Mengajarkan Kesabaran
Rasulullah SAW diturunkan Allah ke dunia adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Sedemikian pentingnya akhlak hingga membuat Rasul selama
bertahun-tahun mendidik para sahabatnya dalam menyikapi hidup yang
penuh dengan kesabaran. Kita semua tahu kalau bangsa Arab pada masa itu
adalah bangsa yang memiliki akhlak yang tidak terpuji. Bayangkan, mereka
kerap mabuk hingga jalan-jalan di kota Mekah dipenuhi dengan tumpahan
arak. Kemudian mereka kerap membunuh bayi perempuan yang lahir dari
rahim istri-istri mereka. Naudzubillah min zalik. Sebuah akhlak yang di
Indonesia saja hampir jarang terjadi, akan tetapi di sana sudah menjadi
kebiasaan yang dibiarkan.
Termasuk di dalamnya ketika Rasulullah mengajari para sahabat untuk
bersifat sabar dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Salah
satu kisah tentang kesabaran yang cukup masyhur pernah disuguhkan oleh
Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. ketika itu.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shidiq
r.a.. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang
Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian,
kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak
menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat
hal ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini,
makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh
serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut.
Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia
mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini,
selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat
menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan
makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak
dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi
bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam
kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan
kesalahanku!”
Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan
membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan
engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat
mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan
aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan
memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah.”
Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap
membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya.
Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu
dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat
pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan
dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak
memberikan salam kepadanya. Setelah itu menangislah Abu Bakar ketika
diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang
terselubung.
Semoga cerita Rasulullah SAW dan Abu Bakar as-Shiddiq di atas di atas
bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam menyikap sabar hingga kita
mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Meskipun di tengah kerasnya kehidupan
ibukota, namun bukan sesuatu yang mustahil menjalankan sunnah kesabaran
dari Rasul SAW. Bahkan, kita akan mendapat ganjaran pahala yang besar
bila kita mengamalkan sunnah di tengah sangat jarangnya orang menerapkan
ajaran Rasulullah SAW tersebut.
Wallahu’alam bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar