Rabu, 28 September 2016

Kesabaran Rasulullah SAW

Cara Rasulullah SAW Mengajarkan Kesabaran

Rasulullah SAW diturunkan Allah ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sedemikian pentingnya akhlak hingga membuat Rasul selama bertahun-tahun mendidik para sahabatnya dalam menyikapi hidup yang penuh dengan kesabaran. Kita semua tahu kalau bangsa Arab pada masa itu adalah bangsa yang memiliki akhlak yang tidak terpuji. Bayangkan, mereka kerap mabuk hingga jalan-jalan di kota Mekah dipenuhi dengan tumpahan arak. Kemudian mereka kerap membunuh bayi perempuan yang lahir dari rahim istri-istri mereka. Naudzubillah min zalik. Sebuah akhlak yang di Indonesia saja hampir jarang terjadi, akan tetapi di sana sudah menjadi kebiasaan yang dibiarkan.


Termasuk di dalamnya ketika Rasulullah mengajari para sahabat untuk bersifat sabar dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Salah satu kisah tentang kesabaran yang cukup masyhur pernah disuguhkan oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. ketika itu.

Suatu hari, Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shidiq r.a.. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.

Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”

Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah.”

Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.

Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. Setelah itu menangislah Abu Bakar ketika diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang terselubung.

Semoga cerita Rasulullah SAW dan Abu Bakar as-Shiddiq di atas di atas bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam menyikap sabar hingga kita mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Meskipun di tengah kerasnya kehidupan ibukota, namun bukan sesuatu yang mustahil menjalankan sunnah kesabaran dari Rasul SAW. Bahkan, kita akan mendapat ganjaran pahala yang besar bila kita mengamalkan sunnah di tengah sangat jarangnya orang menerapkan ajaran Rasulullah SAW tersebut. 


Wallahu’alam bisshawab. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution