Lupakan Jasa dan Kebaikan Diri
Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Menatap,
menjadikan kita hamba-Nya yang terampil menjaga kebersihan niat dalam
setiap amal kita. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada
Rosululloh Saw.
Saudaraku, semakin kita sering menganggap diri
banyak jasa dan banyak kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan
orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita itu, lalu berharap
orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya, maka berarti kita sedang
membangun penjara untuk diri kita sendiri. Dan kita pun berarti sedang
mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.
Semakin
banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah Swt., maka akan semakin
banyak kita merasa kecewa. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat
terjadi tanpa ijin Alloh. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk
namun Alloh tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati kita
akan kecewa karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum
lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus
dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Alloh Swt.
Selayaknya
kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap
orang lain, sesungguhnya bukanlah kita yang berjasa melainkan Alloh-lah
yang berkehendak. Kita hanya menjadi jalan kebaikan Alloh. Menjadi
jalannya saja sudah lebih dari cukup, karena jika Alloh menghendaki
kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat
ganjarannya.
Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu
sembuh karena usaha seorang dokter. Maka, sesungguhnya Alloh yang
menyembuhkan. Sang dokter hanya menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat
berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang
pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rezeki dari
Alloh baginya.
Namun, andaikata sang dokter jadi merasa hebat
karena usahanya, dan menuntut penghormatan dan balas jasa yang
berlebihan, maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya,
juga semakin tampak rendah kepribadiannya. Selain itu, di akhirat nanti
niscaya dia akan termasuk orang yang merugi karena tidak mendapat
pahala.
Percayalah saudaraku, bahwa kemuliaan dan
kehormatan serta kewibawaan seseorang justru akan cemerlang seiring
dengan ketulusannya menjalani tugas dengan baik, Insyaa Alloh. Alloh yang akan menghujamkan rasa cinta di hati manusia dan menuntun mereka untuk membalas dengan kebaikan pula.
Seorang
guru perlu menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada
murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik.
Dan, itulah rezeki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Setiap
kebaikan yang dilakukan muridnya adalah berkah dari tuntunan sang guru
dan akan menjadi ganjaran tiada terputus di akhirat kelak. Kita boleh
bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat
bersyukur, bukan ujub dan takabur.
Saudaraku, andaikata
ada mobil yang mogok lalu kita bantu mendorongnya hingga mesinnya hidup
dan bisa berjalan dengan baik, namun sang supir tidak berterima kasih,
jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama
sekali. Jika kemudian kita merasa kecewa lalu menggerutu, menyumpahi dan
memaki sang supir, maka lengkaplah kerugian kita lahir maupun batin.
Amal kebaikan kita pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Alloh
disebabkan tidak ikhlas.
Seharusnya yang kita yakini
sebagai rezeki dan keberuntungan kita adalah takdir kita diizinkan oleh
Alloh sehingga bisa mendorong mobil itu. Bayangkan andaikata ada mobil
yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit, lemah
tidak berdaya, maka tentu kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan
mendorong mobil itu.
Contoh takdir mendorong mobil ini
adalah investasi besar. Yaitu kalau dilaksanakan dengan penuh ketulusan
niscaya Alloh Yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang
mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan
kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.
Oleh
karena itu, mari kita bersungguh-sungguh untuk terus beramal kebajikan
sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan,
seakan kita tidak pernah melakukannya. Cukuplah Alloh Yang Maha Melihat
saja yang mengetahuinya.
Alloh Swt. pasti menyaksikan kita dengan
sempurna dan Alloh pasti akan membalasnya dengan balasan yang sangat
tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang
yang ikhlas menurut Imam Ali ra. adalah senang menyembunyikan amalannya
bagai menyembunyikan aib-aibnya.
Selamat berbahagia bagi
siapapun yang sangat gemar beramal dan sangat cepat melupakan jasa dan
kebaikan dirinya. Percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih
ringan, dan lebih indah. Insyaa Allah.
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
0 komentar:
Posting Komentar