Kamis, 24 April 2014

Kelebihan Yang Memperdaya

 
Dimana Tuhan Ketika Orang Jahat-Berdosa Hidupnya Senang Bahagia, Banyak Harta ?
Dalam kehidupan di dunia ini tak jarang kita dapati orang-orang baik yang hidupnya pas-pas an, terkadang terlihat susah, menderita, dan banyak cobaan, sedangkan sebagian orang yang bergelimang dosa-maksiat, atau jahat terlihat banyak harta, berkedudukan terpandang, dan hidupnya terlihat senang dan bahagia tanpa kesulitan; dimana mungkin di antara kita ada yang bertanya kenapa Tuhan mengizinkan hal demikian atau mengapa tidak diberi hukuman dan kesusahan kepada orang-orang jahat dan banyak dosa tersebut ?

Ketahuilah bahwa dalam Islam, dunia itu adalah fana, sementara, dan tak ada artinya dibandingkan kehidupan setelahnya. Dalam Al Qu’ran seringkali disebutkan perumpamaan kehidupan dunia itu bagaikan permainan dan senda gurau belaka, sedangkan kehidupan di akhirat adalah yang abadi, kekal selamanya, dengan nikmat yang sempurna bagi orang-orang beriman dan beramal sholeh semasa hidupnya, dan kesengsaraan yang tak terkira bagi yang banyak amalan jahatnya. 

Dan sebagian ayat Al Qur’an mengisyaratkan pendapat umat manusia ketika mereka dibangkitkan kelak di akhirat yang menganggap kehidupan mereka di dunia dahulunya tak ubahnya bagaikan hidup dari pagi sampai sore hari saja bahkan lebih kurang dari itu. Tak heran Rasulullah pernah menunjukkan kehinaan dunia dengan mengumpamakannya dengan bangkai busuk yang terlihat para sahabat yang mengikutinya ketika itu, bahkan lebih hina dari itu.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qur’an : Al Hadid ayat 20)

Dan perlu untuk diketahui juga, kenikmatan dunia berupa banyaknya harta, anak, wanita, dan kedudukan terpandang yang dimiliki itu bukanlah sebagai tolak ukur seberapa besar kecintaan Allah dan kemuliaan seseorang disisi Tuhannya. Banyak harta, kedudukan, dsb yang dimiliki itu bisa jadi merupakan fitnah kenikmatan yang diberikan Allah pada seseorang sehingga dibuat terlena olehnya (ISTIDRAJ), lalu ia pun mengira dosa-dosa yang diperbuat selama ini tak ada efek buatnya atau malah menganggap Allah ridho padanya. 

Padahal bisa jadi Allah membencinya sehingga sampai pada tingkat membiarkannya begitu saja sehingga dosa-dosanya makin menumpuk tak terbatas. Kemudian sampai pada masa yang dijanjikan seperti kematiannya, maka binasa totallah ia di hadapan Yang Maha Kuasa yang akan membalas semua amal perbuatan manusia walaupun sebesar atom, atau yang lebih kecil dari itu.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian),……” (Quran Al Fajr ayat 15-17)

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka. Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (Qur’an, Al-Mukminun ayat 55 - 56)

Hendaknya kita berhati-hati dan waspada ketika bermaksiat akan tetapi kenikmatan tetap turun, karena bisa jadi artinya kita sudah mendapat ISTIDRAJ (Kenikmatan / Kelebihan Yang Memperdaya) dimana hidup tetap senang-senang saja padahal sebenarnya hukuman ditangguhkan untuk sekian waktu lamanya atau hingga pada kematian padahal dosa makin lama makin menumpuk sehingga tak ada harapan yang tersisa di hadapan Yang Maha Kuasa kelak, di kehidupan sebenarnya yang abadi.

…..Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari anah yang tidak mereka ketahui.dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (Qur’an Al Qolam ayat 44-45)

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (Al-An’aam 44)

Dan berbahagialah bagi orang-orang yang mendapat “teguran” dengan segera ketika melakukan suatu dosa dan maksiat karena bisa jadi artinya Allah menyayanginya; dan celakalah bagi orang-orang yang dibiarkan Allah bergelimang dosa tanpa perubahan yang berarti dalam hidupnya - malah misalnya semakin banyak hartanya, karena bisa jadi Allah sudah murka dan membiarkan dosa nya menumpuk makin banyak dan banyak, maka ia pun binasa pada akhirnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat. (HR. Muslim)
Maka begitulah Tuhan sudah menetapkan keputusannya untuk menangguhkan hukuman sebagian orang yang penuh dosa dan berbuat jahat sebagai bentuk tipu daya dari Nya sehingga hidupnya tetap senang bahagia padahal hukuman paling dahsyat sudah menantinya tanpa bisa terselamatkan; dan begitu jugalah Tuhan sudah menetapkan memberikan rezeki yang apa adanya bagi sebagian hambaNya karena Ia Maha Tahu bahwa dengan tingkat rezeki seperti itu hambaNya tersebut menjadi pribadi yang baik, atau dengan diberikan musibah kepadanya sebagai ujian ia pun bersabar sehingga dengan kesabarannya pahala yang tiada batas  telah menantinya di dalam taman kenikmatan yang tiada bandingnya dan kekal abadi.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution