Senin, 26 Mei 2014

Ramadhan Sebentar Lagi

 
Menyambut Bulan Suci Ramadhan

“Allahummabariklanaa fiirajab wa sya’ban, wabalighnaa ramadhaan….”

 “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan sampaikanlah usia kami menjumpai Ramadhan…”

Itulah do’a yang diajarkan Rasulullah SAW kepada kita semua, tatkala kita memasuki bulan Rajab dan Sya'ban. Kedua bulan itu, termasuk waktu-waktu yang sangat dianjurkan kepada kita oleh Rasulullah SAW untuk memperbanyak ibadah. Lebih khusus lagi pada bulan Sya’ban, terutama ibadah shiyam. Ini tentu dimaksudkan sebagai waktu pemanasan sekaligus persiapan kita menyambut “tamu istimewa”, bulan agung nan penuh berkah: Ramadhan.

Persiapan menyambut Ramadhan tidak bisa kita anggap sepele, terlebih ketika kita telah memasuki bulan Sya’ban. Baik persiapan fisik, pengkondisian lingkungan, persiapan pengetahuan tentang Ramadhan/shiyam,  persiapan mental/aqidah, dan juga persiapan spiritual.

Dari seluruh aspek yang disebut tadi, kita persiapkan penyambutan Ramadhan secara optimal. Persiapan secara fisik, tentunya kita harus bisa menjaga kesehatan diri sebaik mungkin. Dengan cara misalnya, mengkonsumsi makanan secara selektif (halalanthoyyiban), mengurangi makanan-makanan yang beresiko menimbulkan sakit, mengurangi jadwal aktifitas yang  bisa menurunkan kesehatan (mandi malam, tidur larut malam atau begadang, dan lain-lain). Kemudian jangan lupa, berolah raga secara teratur.

Pengkondisian lingkungan untuk menyambut  Ramadhan, bisa kita lakukan dengan cara misalnya, menempelkan poster-poster berisi slogan menyambut Ramadhan, khususnya didalam rumah kita.  Menggelar spanduk-spanduk diberbagai lintasan jalan, berisi seruan menyambut  Ramadhan. dengan penuh suka cita kepada khalayak.

Juga, kita harus saling mengingatkan kepada tetangga dan teman untuk menyongsong datangnya  Ramadhan. Hal itu bisa dilakukan dengan mengadakan acara ceramah, atau dialog informal yang mengangkat isyu Ramadhan.

Selain itu kepada semua anggota keluarga diharapkan mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat atau mubazir. Seperti menonton tivi sampai semalaman.

Persiapan pengetahuan, meliputi upaya mengasah kembali wawasan kita tentang fiqih Ramadhan/shiyam,  serta pengetahuan tentang seluruh aspek yang terkait dengan ibadah shiyam. Hal itu bisa kita lakukan dengan membaca kembali buku-buku yang berisi tentang itu. Atau dengan menghadiri kajian-kajian/majelis ta’lim yang mengangkat isyu Ramadhan.
Sedang persiapan aqidah/mental, adalah mengukuhkan niat sekukuh-kukuhnya, bahwa Ramadhan kali ini, jika Allah ‘AzzawaJalla mengizinkan kita bersua dengannya, harus menjadi kesempatan emas untuk kita mengukir amaliyah Ramadhan yang terbaik dalam lembar sejarah kehidupan kita.  Kita lapangkan hati ini dengan menyambut Ramadhan seriang mungkin dan mensyukurinya, seraya menganggap seolah-olah inilah Ramadhan terakhir buat kita.  Mensyukuri bahwa Allah SWT masih berbaik hati kepada kita karena memberi kita kesempatan untuk mengikis dosa-dosa kita dibulan yang penuh maghfirahNya itu.

Kemudian persiapan spiritual. Yang terakhir ini meliputi peningkatan ibadah mahdhoh maupun ghoirumahdhoh. Dengan cara misalnya memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, meliputi sholat-sholat sunnah, shaumsunnah, tilawah Al Qur’an, i’tikaf di masjid (kontemplasi diri (muhasabah) dan berdoa), memperbanyak sodaqoh, berbuat kebajikan kepada orang lain, memudahkan memberi maaf, menahan amarah, melunasi hutang-piutang, dan sebagainya.

Dengan persiapan optimal yang komprehensif itu, insya Allah, bukan hanya kita memasuki Ramadhan dengan lapang dada dan fisik prima, tapi juga dengan semangat prima  untuk berlomba menuju ke puncak kebaikan. Kondisi fisik dan mental yang prima adalah kondisi yang  paling  kondusif untuk kita beribadah secara optimal.

Ramadhan adalah fase dimana kita memasuki dunia spiritual yang paling dalam. Dunia yang  selama ini banyak dilalaikan oleh manusia lantaran disibukkan oleh dunia materi. Lama  sudah barangkali kita bergulat dibelantara materialistik.  Kita mungkin piawai dalam mencapai prestasi-prestasi material. Sementara kita gagal mengokohkan pilar-pilar spiritual. 

Sehingga sadar atau tidak, kita menjadi manusia yang lupa diri, lupa pada Pencipta kita, lupa pada tugas-tugas yang Allah ‘AzzawaJalla embankan pada kita, lupa bahwa kita akan mati, lupa bahwa kita akan ditanyai tentang nikmat-nikmat yang begitu banyak Allah berikan pada kita- untuk apakah selama ini kita habiskan seluruh nikmat itu? Amboi, betapa tiba-tiba kita (para calon mayat), menjadi begitu congkaknya? Dalam konteks keluarga, kita sebagai ayah/ibu tak ada salahnya mulai melakukan persiapan itu sejak sekarang. Ciptakanlah iklim Ramadhan sedini mungkin didalam keluarga kita. Ajaklah anak-anak kita untuk belajar memasuki dunia spiritual yang indah itu. Mulai membiasakan sholat berjama’ah dengan mengajak anak-anak kemasjid (atau bisa dilakukan dirumah untuk latihan), menghidupkan kembali malam-malam Rajab dan Sya’ban kita dengan tilawah Al Qur'an.

Kurangilah porsi menonton tivi yang biasa dilakukan anak-anak, atau bahkan kita sendiri. Buatlah celengan/infaq Ramadhan sejak sekarang. Jauhilah sedapat mungkin pertengkaran antar sesame anggota keluarga. Sejak sekarang, kita sudah bisa mulai berma’af-maafan dengan orangtua, anak, teteh, kakek-nenek, tetangga, dan kerabat-kerabat lainnya. Pendekkata, mulailah berbuat sebaik mungkin pada orang lain. Mulai sekarang, dan jangan ditunda-tunda!

Mari sama-sama berdoa, mudah-mudahan Allah ‘AzzawaJalla berkenan menghantarkan kita  berjumpa dengan bulan Ramadhan tahun ini.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution