Menyambut Bulan Suci Ramadhan
“Allahummabariklanaa fiirajab wa sya’ban, wabalighnaa ramadhaan….”
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan sampaikanlah usia kami menjumpai Ramadhan…”
Itulah do’a yang diajarkan Rasulullah SAW kepada kita semua, tatkala kita memasuki bulan Rajab dan Sya'ban.
Kedua bulan itu, termasuk waktu-waktu yang sangat dianjurkan kepada
kita oleh Rasulullah SAW untuk memperbanyak ibadah. Lebih khusus lagi
pada bulan Sya’ban, terutama ibadah shiyam. Ini tentu dimaksudkan
sebagai waktu pemanasan sekaligus persiapan kita menyambut “tamu
istimewa”, bulan agung nan penuh berkah: Ramadhan.
Persiapan menyambut Ramadhan tidak bisa kita anggap sepele, terlebih
ketika kita telah memasuki bulan Sya’ban. Baik persiapan fisik,
pengkondisian lingkungan, persiapan pengetahuan tentang
Ramadhan/shiyam, persiapan mental/aqidah, dan juga persiapan spiritual.
Dari seluruh aspek yang disebut tadi, kita persiapkan penyambutan
Ramadhan secara optimal. Persiapan secara fisik, tentunya kita harus
bisa menjaga kesehatan diri sebaik mungkin. Dengan cara misalnya,
mengkonsumsi makanan secara selektif (halalanthoyyiban), mengurangi
makanan-makanan yang beresiko menimbulkan sakit, mengurangi jadwal
aktifitas yang bisa menurunkan kesehatan (mandi malam, tidur larut
malam atau begadang, dan lain-lain). Kemudian jangan lupa, berolah raga
secara teratur.
Pengkondisian lingkungan untuk menyambut Ramadhan,
bisa kita lakukan dengan cara misalnya, menempelkan poster-poster
berisi slogan menyambut Ramadhan, khususnya didalam rumah kita.
Menggelar spanduk-spanduk diberbagai lintasan jalan, berisi seruan
menyambut Ramadhan. dengan penuh suka cita kepada khalayak.
Juga, kita harus saling mengingatkan kepada tetangga dan teman untuk menyongsong datangnya Ramadhan. Hal itu bisa dilakukan dengan mengadakan acara ceramah, atau dialog informal yang mengangkat isyu Ramadhan.
Selain itu kepada semua anggota keluarga diharapkan mengurangi
kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat atau mubazir. Seperti menonton
tivi sampai semalaman.
Persiapan pengetahuan, meliputi upaya mengasah kembali wawasan kita
tentang fiqih Ramadhan/shiyam, serta pengetahuan tentang seluruh aspek
yang terkait dengan ibadah shiyam. Hal itu bisa kita lakukan dengan
membaca kembali buku-buku yang berisi tentang itu. Atau dengan
menghadiri kajian-kajian/majelis ta’lim yang mengangkat isyu Ramadhan.
Sedang persiapan aqidah/mental, adalah mengukuhkan niat
sekukuh-kukuhnya, bahwa Ramadhan kali ini, jika Allah ‘AzzawaJalla
mengizinkan kita bersua dengannya, harus menjadi kesempatan emas untuk
kita mengukir amaliyah Ramadhan yang terbaik dalam lembar sejarah
kehidupan kita. Kita lapangkan hati ini dengan menyambut Ramadhan
seriang mungkin dan mensyukurinya, seraya menganggap seolah-olah inilah
Ramadhan terakhir buat kita. Mensyukuri bahwa Allah SWT masih berbaik
hati kepada kita karena memberi kita kesempatan untuk mengikis
dosa-dosa kita dibulan yang penuh maghfirahNya itu.
Kemudian persiapan spiritual. Yang terakhir ini meliputi peningkatan
ibadah mahdhoh maupun ghoirumahdhoh. Dengan cara misalnya memperbanyak
ibadah-ibadah sunnah, meliputi sholat-sholat sunnah, shaumsunnah,
tilawah Al Qur’an, i’tikaf di masjid (kontemplasi diri (muhasabah) dan
berdoa), memperbanyak sodaqoh, berbuat kebajikan kepada orang lain,
memudahkan memberi maaf, menahan amarah, melunasi hutang-piutang, dan
sebagainya.
Dengan persiapan optimal yang komprehensif itu, insya Allah, bukan
hanya kita memasuki Ramadhan dengan lapang dada dan fisik prima, tapi
juga dengan semangat prima untuk berlomba menuju ke puncak kebaikan.
Kondisi fisik dan mental yang prima adalah kondisi yang paling
kondusif untuk kita beribadah secara optimal.
Ramadhan adalah fase dimana kita memasuki dunia spiritual yang
paling dalam. Dunia yang selama ini banyak dilalaikan oleh manusia
lantaran disibukkan oleh dunia materi. Lama sudah barangkali kita
bergulat dibelantara materialistik. Kita mungkin piawai dalam mencapai
prestasi-prestasi material. Sementara kita gagal mengokohkan
pilar-pilar spiritual.
Sehingga sadar atau tidak, kita menjadi manusia
yang lupa diri, lupa pada Pencipta kita, lupa pada tugas-tugas yang
Allah ‘AzzawaJalla embankan pada kita, lupa bahwa kita akan mati, lupa
bahwa kita akan ditanyai tentang nikmat-nikmat yang begitu banyak Allah
berikan pada kita- untuk apakah selama ini kita habiskan seluruh nikmat
itu? Amboi, betapa tiba-tiba kita (para calon mayat), menjadi begitu
congkaknya? Dalam konteks keluarga, kita sebagai ayah/ibu tak ada salahnya mulai
melakukan persiapan itu sejak sekarang. Ciptakanlah iklim Ramadhan
sedini mungkin didalam keluarga kita. Ajaklah anak-anak kita untuk
belajar memasuki dunia spiritual yang indah itu. Mulai membiasakan
sholat berjama’ah dengan mengajak anak-anak kemasjid (atau bisa
dilakukan dirumah untuk latihan), menghidupkan kembali malam-malam
Rajab dan Sya’ban kita dengan tilawah Al Qur'an.
Kurangilah porsi menonton tivi yang biasa dilakukan anak-anak, atau
bahkan kita sendiri. Buatlah celengan/infaq Ramadhan sejak sekarang.
Jauhilah sedapat mungkin pertengkaran antar sesame anggota keluarga.
Sejak sekarang, kita sudah bisa mulai berma’af-maafan dengan orangtua,
anak, teteh, kakek-nenek, tetangga, dan kerabat-kerabat lainnya.
Pendekkata, mulailah berbuat sebaik mungkin pada orang lain. Mulai
sekarang, dan jangan ditunda-tunda!
Mari sama-sama berdoa, mudah-mudahan Allah ‘AzzawaJalla
berkenan menghantarkan kita berjumpa dengan bulan Ramadhan tahun
ini.
0 komentar:
Posting Komentar