Suka Mencaci dan Melaknat; 2 Sifat Buruk Tak Layak Disandang Muslim
Al-Hamdulillah, segala puji milik
Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam keluarga dan para sahabatnya.
Dua sifat buruk dan dua akhlak tercela
yang tak pantas disandang seorang muslim. Keduanya bukan sifat seorang
mukmin dan bukan akhlaknya. Yaitu, suka mencaci dan melaknat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَيْسَ المؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang sukamencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengucapkan ucapan yang kotor.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi)
Al-Tha’an adalah orang yang merusak nama baik orang dengan ghibah, adu domba, mencela, menghinda dan semisalnya.
Sedangkan la’aan adalah orang yang
sering melaknat manusia supaya mereka dijauhkan dari rahmat Allah.
Prakteknya, bisa dengan kalimat laknat yang gamblang, seperti orang
mal’un (terlaknat), la’natullah ‘alaik (laknat Allah atas dirimu), dan
semisalnya.
Bisa juga dengan kalimat-kalimat yang
menjurus ke sana, seperti mendoakan dengan kemurkaan Allah, dimasukkan
ke neraka, atau supaya dihinakan di dunia dan akhirat, dan semisalnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا تَلَاعَنُوا بِلَعْنَةِ اللَّهِ، وَلَا بِغَضَبِ اللَّهِ، وَلَا بِالنَّارِ
“Janganlah kalian saling melaknat dengan laknat Allah, dengan kemurkaan-Nya, dan jangan pula dengan siksa neraka.” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Abu Dawud, dari hadits Smaurah bin Jundab Radhiyallahu 'Anhu)
Dasar Mu’amalah dengan Manusia
Dalam urusan pergaulan dan mu’amalah
dengan manusia, Islam membangunnya di atas nasihat dan rahmah. Adapun
orang yang sering mencela keburukan manusia bukan melaksanakan nasihat.
Sedangkan yang sering melaknat mereka maka ia tidak bersifat rahmat
(mengasihi) mereka. Karenanya, orang yang memiliki dua sifat buruk ini
pasti tak akan menjadi pemberi syafaat dan menjadi saksi kebaikan untuk
mereka pada hari kiamat kelak.
Dari Abu Ad-Darda` Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang suka
melaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada’ (orang-orang yang
menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa’at pada hari kiamat
kelak.” (HR. Muslim)
Kenapa bisa demikian? Karena saat di
dunia, manusia tidak selamat dari laknat dan cacian mereka sehingga
pada hari kiamat mereka tidak layak memberi kesaksian atas kebaikan
mereka atau menjadi pemberi syafaat untuk mereka di sisi Allah. Padahal
ini adalah kedudukan yang sangat tinggi dan agung. Sedangkan pencaci
dan pelaknat tidak akan mendudukinya.
Teladan nyata diberikan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam
saat menyebutkan umatnya yang durhaka. Beliau tidak mendoakan keburukan
atas mereka, “Ya Allah, hancurkan mereka, hinakan mereka, laknatlah
mereka.” Bahkan sebaliknya, beliau mendoakan agar Allah mengampuni dan
merahmati mereka.
فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Maka barang siapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan
barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 36) inilah keteladanan yang luar biasa dari Abul Anbiya’ (bapak para nabi) Khalilullah Ibrahim ‘alaihis salam.
Teladan dari sahabat, terdapat dalam Adab al-Mufrad milik Imam al-Bukhari, dari Salim bin Abdillah bin Umar Radhiyallahu 'Anhum,
ia berkata: Aku tidak pernah mendengar Ibnu Umar melaknat satu orang
pun. Kemudian Salim berkata: Ibnu Umar berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Orang mukmin tidak layak menjadi pelaknat.”
Setelah mendengar hadits tersebut, Ibnu
Umar tidak pernah melaknat seseorang, kecuali satu kali. Saat itu ia
dibuat jengkel oleh budaknya sehingga ia marah dan akan melaknatnya.
Belum sempurna kalimat laknat (belum sampai huruf nun), ia berkata: aku
tidak suka mengucapkan kalimat ini. Lalu ia bebaskan budaknya itu.
Imam Qatadah Rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya hamba Allah yang terburuk adalah orang-orang
yang pencaci dan pelaknat.” (Dinukil dari tafsir Ibnu Jarir al-Thabari)
Hendaknya kita bertakwa kepada Allah
dan bertekad menjaga lisan kita serta menjauhi dua sifat buruk ini,
yaitu suka mencaci dan melaknat. Kita kedepankan sikap lemah lembut dan
sayang kepada saudara seiman. Jika salah, kita luruskan dengan nasihat
yang lembut, kita mohonkan ampun dan doakan agar mendapat petunjuk.
Tidak kita umbar aib dan keburukannya, mencela kehormatannya, atau
mendoakan kehancuran dan kehinaan atasnya. Sesungguhnya sikap demikian
ini akan mengundang ampunan Allah dan rahmat-Nya.
Wallahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar