Empat Pola Pikir Yang Menandakan Kedewasaan Seorang Pria
Masa lalu, saat ini, dan masa depan.
All the time your soul is craving and longing for something else. The past, present, and future mingle and pull us backward, forward, or fix us in the present. Sudah cukup lama rasanya saya tidak bercermin melihat diri sendiri.
Saat perayaan Tahun Baru, wajar rasanya jika setiap orang melambungkan
sejuta asa dan harapan agar tahun ini lebih baik dari tahun-tahun yang
lalu.
Tapi kemudian pikiran saya terhenti sejenak, seolah waktu
menyentil imajinasi yang sedang girang membayangkan kesuksesan dan
kebahagiaan. Resolusi, hanya sebuah resolusi. Resolusi, bukanlah solusi.
Dan titik terakhir pemberhentian imajinasi saya berujung pada satu
kesimpulan... resolusi adalah aksi.
Namun, sampai saat ini menjalani kehidupan sebagai seorang pria yang
sebentar lagi menginjak usia tiga dekade, terkadang masih saja saya
terbentur dengan permasalahan emosional yang sama. Entah dengan Anda,
tetapi di saat saya harus berhadapan dengan situasi yang membutuhkan
kepastian dan ketepatan, tak jarang itu semua berakhir dengan
kebingungan. Saya masih suka berpikir bahwa segala sesuatu di dunia ini
itu sifatnya relatif. Hingga detik ini kata "childish" alias
kekanakan masih suka menghinggap di diri ini. Tidak hanya satu, tapi
kata itu masih terlontar dari banyak orang yang begitu mengenal diri
saya.
Manusia memang membutuhkan momentum di mana ia kembali pada titik nol
dalam kehidupannya. Bekal pengalaman serta jatuh bangun seseorang dalam
hidup adalah pondasi yang akan terus tumbuh membentuk pola pikir yang
baru. Lelah dengan sebutan "childish" tadi, saya pun mencoba
untuk membenamkan nurani, kembali pada titik terendah kemanusiaan yang
saya yakin dimiliki oleh setiap orang. Sampailah saya pada satu
pemikiran, beranjak dewasa bukan masalah angka yang terus berganti di
atas kue ulang tahun. Bagi saya, kedewasaan pria bisa ditandai dengan
empat prinsip sederhana yang mungkin Anda pun bisa memahaminya.
Anda adalah ilustrator masa depan
Mendengar kata ilustrator, boleh jadi yang terlintas di pikiran Anda adalah sebuah software
untuk mendesain atau merancang suatu gambar. Prinsipnya sama, bukan?
Ini adalah fase awal yang seharusnya Anda miliki sebelum beranjak pada
pola pemikiran yang lebih jauh. Jadilah ilustrator bagi masa depan Anda
sendiri. Sebut ini cita-cita atau asa, namun sifatnya lebih realistis.
Jika di masa kanak-kanak dulu ilustrasi masa depan Anda adalah menjadi
dokter atau insinyur, kali ini wujudnya lebih selaras dengan apa yang
telah Anda jalani. Bagaimana Anda mengilustrasikan masa depan,
setidaknya untuk lima tahun ke depan? Rancangan Anda mungkin meraih
jenjang karier yang lebih tinggi, menaikkan taraf hidup, dan membina
rumah tangga. Sederhana? Coba terapkan.
Anda adalah konseptor bagi diri sendiri
Tahap ini lebih pada penekanan temuan jati diri yang sesungguhnya.
Setelah mempunyai ilustrasi masa depan yang realistis, temukan konsep
apa yang cocok untuk diterapkan guna merancang ilustrasi tersebut dalam
kehidupan nyata. Permainan prinsip dan benturan realita adalah
tantangannya. Tapi di situlah seninya. Bayangkan Anda adalah seorang
insinyur yang akan membangun gedung kehidupan Anda sendiri. Sebagai
seorang konseptor, bisa saja Anda menemukan visi misi yang baru sebagai
bekal hidup ke depan. Anda tak akan menemukannya di Google,
karena pada akhirnya Anda lah konseptor bagi diri sendiri. Dengan
sendirinya, pengalaman hidup Anda akan menentukan konsep terbaik untuk
mewujudkan ilustrasi masa depan yang telah Anda rancang sebelumnya.
Jadilah provokator bagi diri sendiri
Jangan buru-buru salah kaprah dengan kata provokator. Sama sekali Anda tidak harus menjadi pembuat onar dan trouble maker
untuk siapapun. Anda lah yang harus menjadi provokator bagi diri
sendiri. Apa gunanya Anda menyusun segala ilustrasi dan konsep masa
depan yang matang tanpa aksi nyata? Buang-buang waktu saja namanya.
Provokasi diri sendiri untuk mewujudkan itu semua dengan strategi yang
tepat, tak perlu harus muluk-muluk dan terobsesi, jika gagal berujung
sakit hati. Tahap kedewasaan ini sangat membutuhkan kemampuan Anda
menjaga sikap dan emosi. Percayalah, proses ini akan membuat Anda lebih
mengenal diri sendiri yang kelak menghasilkan kemantapan jati diri.
Anda sang eksekutor
Anda telah merancang ilustrasi masa depan, membuat konsep secara
matang, dan memprovokasi diri sendiri untuk menjalankan itu semua. Well...
tidak ada pilihan lain, jika Anda merasa mampu, lakukan, wujudkan,
buktikan! Perhatikan setiap langkah dari titik mana Anda akan
memulainya. Bila target Anda adalah meraih jenjang karier yang lebih
tinggi, gunakan naluri tanpa harus merugikan orang lain. Ya, politik
karier itu memang kejam, tapi jika Anda yakin mempunyai kredibilitas
yang menjanjikan pasti akan ada jalan. Sudah mapan dan berencana
membangun rumah tangga? Buktikan bila memang sudah mampu untuk meminang
wanita pilihan Anda agar ia tahu bahwa Anda lah pria yang tepat
baginya.
At the end... "Age" is the acceptance of a term of years. But maturity is the glory of years.
0 komentar:
Posting Komentar