Jumat, 10 Oktober 2014

Bekerja Dengan Jujur

Kejujuran dalam bekerja dan bekerja dengan jujur

Di manapun Anda bekerja pasti akan selalu dihantui berbagai macam persoalan. Tak mengherankan, jika banyak pekerja kerap melontarkan keluhan. Masalahnya, keluhan-keluhan ini tidak akan menyelesaikan problem di kantor, malah justru membuat Anda makin tertekan yang bisa menimbulkan stres berat.

Sering kali kita komplain terhadap beban pekerjaan yang diberikan kepada kita, padahal tanpa kita sadari hal tersebut akan menambah berat bagi kita dalam menyelesaikannya, disinilah peran hati yang iklas dibutuhkan. Sebab orang yang iklas itu adalah orang yang berkarakter kuat, sikapnya tidak tergantung oleh ada atau tidaknya pujian maupun penghargaan manusia.

Bekerja dengan hati nurani, kecerdasan dan kejujuran. Sudahkah kita berdoa tiap hari sebelum memulai pekerjaan? suatu pekerjaan akan lebih efektif jika di mulai dengan doa yang pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, suasana hati yang buruk akan berpengaruh pada keadaan hari yang buruk pula. Perasaan yang baik akan membantu kita dalam segala hal, mulai dari rasa percaya diri hingga kemampuan menyelesaikan banyak hal.

Awalilah pekerjaaan dengan menyelaraskan pikiran dan hati nurani, bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas adalah bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas adalah bagian dari hati. Apapun aktifitas dan pekerjaan kita, hendaknya bermodalkan kejujuran.

Karena semua agama sesungguhnya mengajarkan kejujuran di dalam bekerja. Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Seseorang yang bekerja dengan orang lain, maka ia seharusnya berbuat jujur di dalam kerjanya. Dia tidak mau menipu, memperdaya, bersumpah palsu, dan membujuk di dalam berbagai hal apapun. Bekerja dengan orang lain –atau dalam ruang publik—sudah melayaknya mengedepankan kejujuran. Melalui kejujuran tersebut, maka akan menghasilkan trust yang sangat dibutuhkan di dalam kegiatan bekerja bersama.

Konsep Kejujuran Bekerja

Nabi Muhammad pada lebih dari empat belas abad lalu telah mengajarkan konsep kejujuran (al-amin). Yaitu setelah iman, prioritas pertama kita adalah membangun kredibilitas diri. Efeknya akan timbul komitmen. Hal inilah yang dilakukan Nabi dalam berdakwah. Kredibilitas diri beliau sungguh sangat mengagumkan, sehingga banyak yang tertarik, dan berkomitmen pada Islam.

Menurut beliau, minimal ada tiga sebab sehingga seseorang dapat disebut kredibel, yaitu; 

pertama, jujur dan terpercaya. Orang jujur itu adalah orang yang merdeka, tidak takut dengan siapa pun, bebas mengatakan serta berbuat benar. Sedangkan pendusta, dalam hidupnya ia seperti terpenjara. Karena dalam bekerja, memiliki modal uang bukanlah hal utama, tetapi kejujuran adalah modal terpenting. Jika kita jujur, Insya Allah pasti akan banyak orang yang percaya meminjamkan modalnya kepada kita atau pun mempekerjakan kita dalam tim mereka.

Kedua, orang kredibel juga adalah orang yang cakap. Orang-orang akan puas dengan apa yang dikerjakannya. Begitu pun Nabi Muhammad, semua orang yang bertemu beliau, merasa puas dengan kinerjanya, yaitu janjinya ditepati, jujur, dan amanah. Seharusnya, kita senantiasa dapat menambah keilmuan tentang pekerjaan yang kita geluti, agar kualitas pekerjaan (amal) kian meningkat.

Ketiga, kredibilitas juga diperoleh jika kita pandai berinovasi atau kreatif. Jaman terus berubah, orang-orang bergerak maju ke depan. Andai kita tidak berubah, lambat bergerak, kita pasti akan tertinggal, terpinggirkan oleh mereka yang kreatif dan inovatif. Apalagi setiap orang pasti senang dengan hal-hal baru. Untuk itulah, kita sekuat tenaga harus mengembangkan diri, terus menambah ilmu, agar berbuat pekerjaan yang kreatif dan inovatif bagi sesama.

Kenapa Kita Harus Bekerja Dengan Jujur?

Ketika memandang hidup di dunia, kita memang harus bekerja sekuat tenaga. Bahkan, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits, kita beramal duniawi seolah-olah akan berumur panjang. Di saat yang sama, kita pun harus sadar seandainya esok kita meninggalkan dunia ini. Nabi Muhammad juga telah menyebutkan bahwa orang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan mempersiapkan diri menghadapinya Sehingga setiap waktu, selalu dijaga niat dan amal yang terbaik.

Bukankah ada orang yang sudah diberkati dengan pekerjaan sebagai sarana penyejahteraan keluarganya, tetapi bekerja dengan setengah hati, karena belum dibayar sesuai dengan yang dianggapnya pantas atau hanya karena pekerjaan tersebut dinilai secara pribadi kurang mempunyai bargaining dalam lingkungan dimana dia hidup.

Sedangkan pada saat yang sama, ada saudara kita yang lain, yang mencari kerja, dan sudah lama melamar ke sana ke mari dan bersedia melakukan apa pun dengan serajin-rajinnya, bersedia untuk dibayar dengan apa pun, tetapi tidak ada yang bersedia memberinya pekerjaan.

Meminjam bahasa dari sang motivator, Mario Teguh; 

seseorang yang sudah memiliki pekerjaan, tetapi tidak bekerja sepenuh hati dan tidak jujur adalah orang yang tidak bersyukur dan kejam. Tidak bersyukur, karena dia menyepelekan awal baik yang diberikan oleh Tuhan sebagai tangga menuju kesejahteraan yang besar, jika dia bersedia bekerja keras dalam kejujuran. Dan kejam, karena ada banyak sekali jiwa-jiwa jujur dan rajin yang sangat membutuhkan pekerjaan, tetapi yang tidak tersedia tempat baginya, karena telah diduduki oleh orang yang bekerja setengah hati itu.


“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati,
dan bila diamanati dia berkhianat”
***



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution