Jumat, 24 Oktober 2014

Sang Putri

Si Tua Rinkrank dan Gunung Kaca

Dahulu, ada seorang Raja yang memiliki seorang putri, dan Raja tersebut membuat sebuah gunung yang terbuat dari kaca, dan membuat sayembara dan mengatakan bahwa siapapun yang bisa menyeberang dan melewati gunung tersebut tanpa terjatuh, dapat menikahi putrinya. Di kerajaan tersebut, ada seorang pemuda yang mencintai putri Raja tersebut, dan pemuda tersebut pun memohon kepada Raja agar dapat menikahi sang Putri.


"Ya," kata Raja, "jika kamu dapat melewati gunung kaca tanpa terjatuh, saya akan menikahkan kamu dengan putriku."

Sang putri yang juga menyukai pemuda tersebut mengatakan bahwa dia akan pergi bersama pemuda itu untuk melewati gunung kaca, dan akan memegang si Pemuda apabila pemuda tersebut terjatuh. Mereka pun berangkat bersama-sama ke gunung kaca, dan ketika mereka telah berjalan setengah jalan ke atas, sang Putri terpeleset dan jatuh, dan gunung kaca tersebut terbuka dan menelannya masuk ke dalam gunung, dan si Pemuda tidak bisa melihat di mana sang Putri tertelan karena gunung tersebut dengan segera tertutup kembali. Ia pun menangis dan meratap, dan Raja yang mengetahui duduk peristiwanya, menjadi sangat menderita juga, dan walaupun sang Raja mengerahkan orang untuk mencari putrinya yang terjatuh, mereka tetap tidak bisa menemukan sang Putri lagi.
 
Sementara putri Raja telah jatuh cukup dalam ke dalam bumi hingga tiba di sebuah gua besar. Sesosok orang tua dengan jenggot abu-abu yang sangat panjang datang kepadanya dan berkata bahwa jika sang Putri bersedia menjadi pelayannya dan melakukan segala sesuatu yang dia perintahkan, sang Putri akan tetap dibiarkan hidup. Sang Putri pun terpaksa melakukan semua yang dia perintahkan. 

Setiap pagi, orang tua itu akan mengambil tangga dari sakunya, dan mengaturnya sedemikian rupa dan naik ke puncak dengan bantuan tangga tersebut, dan kemudian ia akan menarik naik tangga tersebut di atas. Sedangkan Sang putri harus memasak makan malamnya, merapihkan tempat tidurnya, dan melakukan semua pekerjaan rumah, dan ketika si Orang Tua itu pulang, ia selalu membawa tumpukan emas dan perak. 

Tanpa terasa, sang Putri telah tinggal bersama Orang Tua itu selama bertahun-tahun, dan Orang Tua yang dipanggil dengan julukan si Tua Rinkrank, makin bertambah tua.  Suatu hari, saat si Tua Rinkrank keluar, sang Putri yang telah merapihkan tempat tidur dan mencuci piring, menutup pintu dan semua jendela dengan cepat. Sang Putri hanya membiarkan satu celah terbuka pada sebuah jendela kecil. Ketika si Tua Rinkrank kembali, ia mengetuk pintu, dan berteriak, 

"Bukalah pintu untuk saya."
"Tidak," kata sang Putri, "Tua Rinkrank, saya tidak akan membuka pintu untukmu." Lanjut sang Putri.
"Di sini saya berdiri, Rinkrank yang malang,
Dengan kaki yang lelah,
Cucilah piring saya." Kata si Tua Rinkrank
"Aku telah mencuci piringmu," kata sang Putri. 
Kemudian si Tua Rinkrank berkata lagi,
"Di sini berdiri saya, Rinkrank yang malang,
Dengan kaki yang lelah,
Rapihkanlah tempat tidurku."
"Saya telah merapihkan tempat tidurmu," kata sang Putri.
Kemudian si Tua Rinkrank berkata lagi,
"Di sini berdiri saya, Rinkrank yang malang,
Dengan kaki yang lelah,
Bukalah pintu."

Tetapi sang Putri tidak menjawab apa-apa.

Si Tua Rinkrank kemudian berlari mengelilingi rumahnya, dan melihat celah pada jendela kecil yang terbuka, dan dia pun berpikir, "Aku akan melihat ke dalam dan melihat apa yang diperbuat oleh sang Putri, dan mengapa dia tidak mau membukakan saya pintu." Dia pun mencoba mengintip, tapi tidak bisa melewatkan kepalanya melalui jendela itu karena jenggotnya yang panjang. Jadi dia memasukkan janggutnya terlebih dahulu melalui jendela kecil yang terbuka itu, tetapi saat ia memasukkan janggutnya, sang Putri menarik jendela tersebut hingga tertutup dengan tali yang ia telah ikat dan persiapkan untuk itu, sehingga janggut si Tua Rinkrank terjepit di daun jendela. Si Tua Rinkrank pun mulai berteriak memelas karena merasa sangat kesakitan, dan memohon agar sang Putri melepaskan janggutnya. Tapi sang Putri mengatakan bahwa dia tidak akan melepaskan janggut si Tua kecuali si Tua Rinkrank memberinya tangga untuk naik ke puncak gunung. Akhirnya si Tua Rinkrank memberi tahu di mana tangga itu berada. 

Sang Putri kemudian mengikatkan pita yang sangat panjang pada jendela, lalu mendirikan tangga yang didapatkan dari si Tua, dan naik ke puncak gunung. Ketika dia telah berada di atas, dia lalu menarik pita panjang tersebut untuk membuka jendela dan melepaskan daun jendela yang menjepit janggut si Tua. Sang Putri pun pulang dan menghadap ke ayahnya, serta menceritakan semua yang telah terjadi padanya. Raja dan pemuda yang mencintainya, sangat bersukacita, lalu sang Raja memerintahkan pengawal untuk menangkap dan menghukum si Tua Rinkrank. Kemudian Raja pun menyita semua emas dan perak yang ada pada rumah si Tua. Tidak berapa lama kemudian, Sang putri kemudian menikah dengan si Pemuda, dan hidup bahagia selamanya.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution