Ulama
besar, Muhammad Al Ghazali, pernah berkata bahwa pemahaman hidup yang
dangkal adalah sebuah tindak ‘kriminal’ yang keji. Disebut demikian
karena pemahaman yang dangkal ini akan membawa kepada ketersesatan dari
jalan menuju akhirat yang bahagia. Semisal, jika seseorang memandang
hidup dengan dangkal, boleh jadi ia akan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh harta, tidak memperdulikan apakah itu halal ataukah haram.
Makna hidup dalam tinjauan Islam paling tidak meliputi pemahaman bahwa:
1. Hidup ini kesemuanya adalah ujian dari Allah SWT
Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur atau kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”
Ujian
dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah, namun juga
berupa nikmat atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga, suami,
istri, anak-anak, harta, kekuasaan, pangkat, dsb.
Kita bisa meneladani Nabi Sulaiman as. yang diberikan nikmat luar biasa oleh Allah SWT. Allah
SWT memberikan kerajaan yang sangat kaya, luas dan besar, yang
pasukannya terdiri dari manusia, jin, hewan, dan angin. Semua kenikmatan
itu tidak menjadi Nabi Sulaiman as menjadi sombong kemudian
mengingkari Allah SWT, namun menjadikannya sering ber-muhasabah,
melakukan introspeksi diri, berhati-hati jangan sampai menjadi kufur
kepada Allah SWT, sehingga tidak berujung kepada murka Allah
sebagaimana dalam QS. Ibrahim [14]:7, “ dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. “
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb,
“ dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun”. “
Dalam
kondisi tertimpa cobaan atau musibah, Allah berfirman bahwa ada
orang-orang yang layak diberikan kabar gembira dengan surga, yaitu
orang-orang yang bersabar; yang ketika tertimpa bencana itu mengatakan
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, yang artinya : Sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat
tersebut dinamakan kalimat istirjaa atau pernyataan kembali kepada
Allah. Disunatkan menyebut kalimat tersebut ketika ditimpa marabahaya
baik besar maupun kecil.
Rasulullah
saw bersabda bahwa sungguh beruntung seorang mukmin, karena semua
urusan adalah baik baginya, ketika diuji maka dia bersabar ketika ia
diberi kenikmatan ia bersyukur.
Salah
satu doa yang bisa selalu kita ucapkan adalah doa, Allahummaj’alni
shaburan waj’alni syakuran waj’alni fi ‘ainii shaghiran wa fi
a’yuninnasi kabira, yang artinya, Ya Allah, jadikan aku sabar dan
bersyukur kepada-Mu, dan jadikanlah aku kecil di mataku sendiri serta
besar (bermanfaat) di mata orang lain.
2. Kehidupan dunia ini lebih rendah dibandingkan kehidupan akhirat.
Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). ”
Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). “
3. Kehidupan dunia ini hanya sementara
Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat, gagah, cantik, kulit mulus, dll. Tapi ada saatnya ketika kita kemudian menjadi tua, keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke sisi Allah SWT.
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. “
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya
kepada Kami-lah kamu dikembalikan. “
4. Kehidupan ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal bukan untuk hisab (perhitungan) dan esok (akhirat) adalah hari perhitungan bukan untuk beramal. Ketika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya dan ia tinggal menunggu masa untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya di dunia. Bekal kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar sholat atau zakat, tetapi segala aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar