Terus dan Terus Belajar Ikhlas
Ass.Wr.Wb.
Sahabat ku...
Aku ingin sekali belajar untuk
menjadi diri yang ikhlas..mungkin menulis dan menyebut kata
ikhlas sangat mudah ya...tidak semudah melakukan atau
menjalaninya, kusadari terlalu banyak godaan yang aku dapat
ketika ingin mencobanya. Tetapi kenyataan
memang tidak semudah bicara. tetap kembali ke yang namanya belajar dan terus belajar, selebihnya aku serahkan sama Allah aja.
Ikhlas yang ku baca dan selalu
kudengar artinya melakukan sesuatu semata-mata hanya
mengharap Ridho dari Allah dan SWT. Rasulullah saw. bersabda, “Innamal
a’maalu bin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu
tergantung niatnya.”(Bukhari dan Muslim).
Banyak yang bisa kita
lakukan dalam keseharian hidup kita terutama dalam
bergaul, bersosialisasi atau bermasyarakat baik dalam
lingkungan umum, rumah atau juga perkantoran, semua itu bisa
kita niatkan perbuatan baik sekecil apapun kita dengan niat ikhlas, agar kita tidak menjadi orang yang merugi.
Aku sadari banyak yang telah
kulakukan dengan niat kebaikan tetapi pada akhirnya kadang tidak
sesuai dengan harapan ku masih disitulah batas kemampuan
dan pemahamanku tentang Ikhlas. Karena itu ingin aku terus berusaha dan
belajar untuk bisa dan menerima apapun hasilnya, yang penting ikhlas dengan
keyakinan Allah Maha tau dan pasti akan memberi
aku sesuatu pada saat aku membutuhkan. Amiin
Banyak catatan kecil ini yang kurasakan dan
kualami sendiri walaupun mungkin sudah umum
sahabatku mendengarnya atau mungkin pernah mengalaminya, mau tau... nih aku tulis di bawah ini jika tidak sempurna maafkan karena kesempurnaan hanya milik Allah.
- Kadang aku merasa telah berbuat
sesuatu, tetapi tidak sesuai, sehingga tidak ada yang memujinya dan aku merasa kecewa! disiitulah masalahnya kadang kita
melakukan sesuatu dengan harapan akan dipuji orang. dihargai orang dll. padahal setiap orang ada yang suka atau tidak suka juga pandangan dan penilaian orang tidak sama. Tersadarlah aku untuk tidak berharap pujian
itu dari orang lain tapi dari Allah. Damainya hatiku ...Amiin
- Aku pernah merasa sudah
melakukan kebaikan tapi
kok sebaliknya, orang itu tidak membalas kebaikanku.
kecewa dan kesal itu hadir dalam hatiku, tapi karena aku mau menyimpan ikhlas itu dalam hatiku pula, maka aku jangan mengharap
apa-apa dari kebaikan yang telah ku lakukan pada orang tersebut, tetapi Allah yang akan
membalasnya bisa didunia atau
bekal di akhirat, itu pasti! apalagi berbuat baik, Pasti ada kebaikan pula.
Ikhlas itu bikin perbuatan kita jadi sempurna
Amiin.
- Kadang Aku merasa menjadi orang
tua selalu mengharapkan anak-anak aku hidupnya jadi baik, penurut, dll seperti layaknya
harapan orang tua lainnyalah...itu tanda aku tidak ikhlas! seharusnya aku serahkan hidup segalanya kepada Allah,
selanjutnya terserah Allah, karena hidup ini
Allah yang punya dan mengatur, kita sebagai manusia
hanya bisa menjalani serta berdoa berharap Baik dan
mencoba berbesar hati untuk yakin dan percaya Allah lah yang menentukannya,
karena kita tidak bisa melawan takdir yang Allah berikan. Jujur
memang berat, Insyaallah jika kembali ke Ikhlas, Allah itu maha
baik ...Amiin
- Nah kalo yang satu ini, aku juga merasa
punya sifat pamer, kadang pamer materi,
ilmu, kebaikan dll. heee...semoga
tidak dilakukan oleh sahabatku ... semua itu
agar aku dipuji teman, dilihat orang yang paling baik
paling sempurna hiii...serem yah!, Nah sekarang perlahan untuk
menghilangkan perasaan ku itu, belajar jangan pamer dengan apapun yang kita lakukan kepada orang lain,
cukup dalam hati mengucapkan syukur Alhamdulillah
selebihnya kembalikan sama Allah, karena semua
punya Allah kita cuma sebagai perantaranya,
untuk mendapatkan bonus pahala. Amiin.
Gimana cerita itu menurut
teman-teman...adakah yang sama dengan ceritaku diatas heee...jika ada!,
yuk kita sama-sama belajar perlahan-lahan untuk merangkum
kata Ikhlas itu dengan hati yang bersih. dan setiap saat
mengecek apakah rasa ikhlas itu sudah mengisi hati kita atau
belum. kebetulan aku baca artikel dari
salah satu Web. pastinya sangat bermanfaat buat
mendukung kita yang isinya tentang "Delapan Tanda
Keikhlasa" ini dia :
1. Keikhlasan hadir bila Anda
takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri
berkata, “Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan
jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia
tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak
segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu
tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai
popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika
Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak
merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda
tidak disanjung ornag lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi
orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan
terhormat di sisi Allah.”
Meski demikian, ucapan para ulama
tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah).
Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak
terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para
nabi dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular. Yang dilarang
adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada
kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu
tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak
siap menghadapinya.
2. Ikhlas ada saat Anda mengakui
bahwa diri Anda punya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa
dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan
segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa
ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa
yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis. Aisyah r.a. pernah bertanya
kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang-ornag yang
mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut
bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang
yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang
mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla? Rasulullah saw.
menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang
rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal
mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka
orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).
3. Keikhlasan hadir ketika Anda
lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang
yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka
lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan
pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang
keseluruhan bangunan. Suatu hari Umar bin Khaththab
pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam
Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku
telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya
sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi
kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal.
Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada,
mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk.
Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak
masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe
orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang
tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu.
Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan
jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.” Itulah yang terjadi pada diri
Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari
jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia
berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah.
Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.
5. Keikhalasan ada ketika Anda
mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di
bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah,
sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya
untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita
diuji. Memilih keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi
diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir
anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah
Fir’aun.
6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan
marah karena Allah
Adalah ikhlas saat Anda
menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada
seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela
agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela
orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang
mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya,
mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya,
dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat Anda
sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh
waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan
kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya
belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya
orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan
panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun
berdakwah. Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid
berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid
berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid
berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang
di medan juang, itulah aku!”
8. Ikhlas ada saat Anda merasa
gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima
orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior
kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita.
Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan
kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari
tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih
baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada
rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi
tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan. (http://mulyliani.blogspot.com
)
Tulisan ini memang tidak baik dan jauh dari sempurna tetapi aku punya harapan semoga bermanfaat sampai kita benar-benar terbiasa melakukannya dan Allah menyukainya. Amiin.
Wassalam,
0 komentar:
Posting Komentar