Kamis, 19 Juli 2012

Terus dan Terus Belajar Ikhlas

Terus dan Terus Belajar Ikhlas

Ass.Wr.Wb.

Sahabat ku...
Aku ingin sekali belajar untuk menjadi diri yang ikhlas..mungkin menulis dan menyebut kata ikhlas sangat mudah ya...tidak semudah melakukan atau menjalaninya, kusadari terlalu banyak godaan yang aku dapat ketika ingin mencobanya. Tetapi kenyataan memang tidak semudah bicara. tetap kembali ke yang namanya  belajar dan terus belajar, selebihnya aku serahkan sama Allah aja.

Ikhlas yang ku baca dan selalu kudengar artinya  melakukan sesuatu semata-mata hanya mengharap Ridho dari Allah dan  SWT. Rasulullah saw. bersabda, “Innamal a’maalu bin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.”(Bukhari dan Muslim).

Banyak yang bisa kita lakukan dalam keseharian hidup kita terutama dalam bergaul, bersosialisasi atau bermasyarakat baik dalam lingkungan umum, rumah atau juga perkantoran, semua itu bisa kita niatkan perbuatan baik sekecil apapun kita dengan niat ikhlas, agar kita tidak menjadi orang yang merugi.

Aku sadari banyak yang telah kulakukan dengan niat kebaikan tetapi pada akhirnya kadang tidak sesuai dengan harapan ku masih disitulah batas kemampuan dan pemahamanku tentang Ikhlas. Karena itu ingin aku terus berusaha dan belajar untuk bisa dan menerima apapun hasilnya, yang penting ikhlas dengan keyakinan Allah Maha tau dan pasti akan memberi aku sesuatu pada saat aku membutuhkan. Amiin

Banyak catatan kecil ini yang kurasakan dan kualami sendiri walaupun mungkin sudah umum sahabatku mendengarnya atau mungkin pernah mengalaminya, mau tau... nih aku tulis di bawah ini jika tidak sempurna maafkan karena kesempurnaan hanya milik Allah.


 - Kadang aku merasa telah berbuat sesuatu, tetapi tidak sesuai, sehingga tidak ada yang memujinya dan aku  merasa kecewa! disiitulah masalahnya kadang kita  melakukan sesuatu dengan harapan akan dipuji orang. dihargai orang dll.  padahal setiap orang ada yang suka atau tidak suka juga pandangan dan penilaian orang tidak sama. Tersadarlah aku untuk tidak berharap pujian  itu dari orang lain tapi dari Allah. Damainya hatiku ...Amiin

- Aku pernah merasa sudah melakukan kebaikan tapi  kok sebaliknya,  orang itu tidak membalas kebaikanku.   kecewa dan kesal itu hadir dalam hatiku, tapi karena aku mau  menyimpan ikhlas itu dalam hatiku pula, maka aku jangan mengharap  apa-apa dari kebaikan yang telah ku lakukan  pada orang tersebut, tetapi  Allah yang akan  membalasnya bisa didunia atau  bekal di akhirat, itu pasti! apalagi berbuat baik, Pasti ada kebaikan pula. Ikhlas itu bikin perbuatan kita jadi sempurna  Amiin.

- Kadang Aku merasa menjadi orang tua selalu mengharapkan anak-anak aku hidupnya jadi baik, penurut, dll seperti layaknya  harapan orang tua lainnyalah...itu tanda aku tidak ikhlas! seharusnya aku serahkan hidup segalanya kepada Allah,  selanjutnya terserah Allah, karena hidup ini   Allah yang punya dan mengatur, kita sebagai manusia  hanya bisa menjalani serta berdoa berharap Baik dan   mencoba berbesar hati untuk yakin dan percaya Allah lah yang menentukannyakarena kita tidak bisa melawan takdir yang Allah berikan. Jujur
  memang berat, Insyaallah jika kembali ke Ikhlas, Allah itu maha baik ...Amiin

- Nah kalo yang satu ini, aku juga merasa  punya sifat pamer, kadang pamer materi,  ilmu, kebaikan dll. heee...semoga  tidak dilakukan oleh sahabatku ... semua itu  agar aku dipuji teman, dilihat orang yang paling baik   paling sempurna hiii...serem yah!, Nah sekarang perlahan untuk   menghilangkan perasaan ku itu, belajar jangan pamer dengan apapun yang kita lakukan kepada orang lain,   cukup dalam hati mengucapkan syukur Alhamdulillah  selebihnya kembalikan sama Allah, karena semua   punya Allah kita cuma sebagai perantaranya,  untuk mendapatkan bonus pahala. Amiin.
 

Gimana cerita itu menurut teman-teman...adakah yang sama dengan ceritaku diatas heee...jika ada!, yuk kita sama-sama belajar perlahan-lahan untuk merangkum kata Ikhlas itu dengan hati yang bersih. dan  setiap saat mengecek apakah rasa ikhlas itu sudah mengisi hati kita atau belum. kebetulan aku baca artikel dari salah satu Web. pastinya sangat bermanfaat buat mendukung kita yang isinya tentang "Delapan Tanda Keikhlasa" ini dia :

1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas

Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, “Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.

Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung ornag lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”

Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah). Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para nabi dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular. Yang dilarang adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.

2. Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan

Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis. Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang-ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla? Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).

3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan

Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan. Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)

4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit

Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.” Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.

5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia

Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.

6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah

Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)

7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan

Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah. Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”

8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan

Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan. (http://mulyliani.blogspot.com )


Tulisan ini memang tidak baik dan jauh dari sempurna tetapi aku punya harapan semoga bermanfaat sampai kita benar-benar terbiasa melakukannya dan Allah menyukainya.  Amiin.

Wassalam,




 
 
 









0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution