Semoga Menjadi Renuangan buat para pemimpin kita
dan khususnya buat diri kita sendiri.....Amiin
Rassul bertanya “mengapa engkau menangis ya Umar?” Umar menjawab, “bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera“.
Nabi berkata, “mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya. “
Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya yaitu Akherat.
Kisah Nenek Yang Ikhlas
Seorang nenek harus berjalan jauh ke pasar di kota untuk menjual bunga cempaka. Itulah kerja hariannya. Selepas berjualan, beliau singgah dahulu ke masjid di kota untuk bersolat zuhur. Selepas berdoa dan berwirid sekadarnya, nenek itu akan terlebih dahulu
membersihkan dedaun yang berselerakan di halaman masjid. Ini
dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua dedaun
itu dibersihkan barulah beliau pulang ke desanya.Jemaah dan pengelola masjid kasihan melihat rutin nenek yang demikian.
Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaun yang
berselerakan di halaman masjid sebelum nenek itu datang. Fikirnya,
usaha itu akan membantu nenek tadi agar tidak perlu bersusah payah
membersihkan halaman masjid itu. Rupanya, niat baik itu telah membuat nenek tersebut menangis sedih. Dia bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa. Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak lagi hiba.
Satu ketika apabila ditanyakan seorang kiai mengapa nenek tersebut perlu melakukan hal itu, nenek tersebut menjawab:
“Saya ini perempuan bodoh, kiai. Saya tahu amal-amal saya
yang kecil ini mungkin juga tidak benar dijalankan. Saya tidak mungkin
selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah sollallahu `alaihi
wasallam. “Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu selawat
kepada Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam. Kelak jika saya mati,
saya ingin Rasulullah menjemput saya. “Biarlah semua dedaun ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat kepadanya.”
Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih).
Mudah-mudahan kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu. Amin!
0 komentar:
Posting Komentar