“Satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.”
Para pembaca pasti sudah seringkali mendengar ayat berikut,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).
Kita
sering mendengar ayat ini, namun kadang hati ini lalai, sehingga tidak
betul-betul merenungkannya. Atau mungkin kita pun belum memahaminya.
Padahal jika ayat tersebut betul-betul direnungkan sungguh luar biasa
faedah yang dapat kita petik. Jika kita benar-benar mentadabburi ayat di
atas, sungguh berbagai kesempitan akan terasa ringan dan semakin mudah
kita pikul. Marilah kita coba merenungkan bagaimanakah tanggapan para
pakar tafsir mengenai ayat di atas. Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Alam Nasyroh ayat 5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”
Perkataan yang sama disampaikan oleh Qotadah. Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Lihat Tafsir Ath Thobari, 24/496)
Sahabat mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
pernah berkata, “Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka
kemudahan pun akan mengikutinya karena Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya),
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dalam tafsirnya, 24/496)
Ibnul Mubarok berkata dalam “Al Jihad”
bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah
yang baru tiba di Syam dan dihadang oleh musuh kala itu. Isi tulisan
‘Umar adalah, “Amma ba’du, tidaklah Allah menurunkan kesulitan pada
seorang mukmin melainkan setelah itu Allah akan datangkan kegembiraan
padanya. Karena ingatlah, satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.” Kemudian dalam surat tersebut ‘Umar menyebutkan ayat (yang artinya),
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron: 200) (Lihat Siyar A’lam An Nubala, 1/15 dan Tarikh Dimasyq, 25/477)
Berbagai
riwayat di atas, semuanya menerangkan maksud yang sama yaitu di balik
kesulitan ada kemudahan yang begitu dekat. Itulah maksud dari perkataan “satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan”. Kemudahan akan terus mengikuti kesulitan dalam keadaan sesulit apa pun. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7).
Ibnu Katsir mengatakan, “Janji Allah itu pasti, tidak mungkin Allah menyelisihinya” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/42) Yakinlah
bahwa dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang begitu dekat.
Mujahid mengatakan, “Kemudahan akan senantiasa mengikuti kesulitan” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari, 24/497)
Tawakkal Jadi Sebab Utama Keluar dari Kesempitan
Di
awal-awal kesulitan, kadang belum datang pertolongan atau jalan keluar.
Namun ketika kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka
setelah itu datanglah kemudahan. Mengapa demikian? Karena di puncak
kesulitan, hati sudah begitu pasrah. Hati pun menyerahkan seluruhnya
pada Allah, Rabb tempat bergantung segala urusan. Itulah hakekat
tawakkal. Tawakkal dengan bersandarnya hati pada Allah-lah, itulah sebab
semakin mudahnya mendapatkan jalan keluar dari kesulitan yang ada. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,
“Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka
seorang hamba jadi putus asa. Demikianlah keadaan hamba ketika tidak
bisa keluar dari kesulitan. Ketika itu, ia pun menggantungkan hatinya
pada Allah semata. Akhirnya, ia pun bertawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab keluar dari kesempitan yang ada.
Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang
bertawakkal pada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)” (Jaami’ul wal Hikam, 238)
Butuh Adanya Kesabaran
Setelah
kita mengetahui berita gembira bagi orang yang mendapat kesulitan dan
kesempitan yaitu akan semakin dekat datangnya kemudahan, maka sikap yang
wajib kita miliki ketika itu adalah bersabar dan terus bersabar.
Artinya, ketika sulit, hati dan lisan tidak berkeluh kesah, begitu pula
anggota badan menahan diri dari perilaku emosional seperti menampar
pipi dan merobek baju sebagai tanda tidak ridho dengan ketentuan Allah (Lihat ‘Uddatush Shobirin wa Zakhirotusy Syakirin, 10). Sabar
menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi
masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah. Imam Asy Syafi’i
pernah berkata dalam bait syair,
Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat. Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan. Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/ 392)
Dalam syair Arab dikatakan,
“Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, namun akhirnya lebih manis daripada madu.”
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita meraih kelapangan dari kesempitan yang ada. Haruslah kita yakin badai pasti berlalu: “After a storm comes a calm”. Hanya Allah yang memberi taufik.(*)
0 komentar:
Posting Komentar