Pria Yang Tidak Lalai Dari Ibadah
Inilah sifat pria yang tidak lalai dari mengingat Allah. Kesibukan
dunia mereka tidak membuat mereka berpaling dari ketaatan dan perintah
Allah. Perdagangan dan jual beli pun tidak membuat mereka jauh dari
Allah. Ketika ada panggilan shalat, mereka pun memenuhi panggilan
tersebut. Dan lisan mereka tidaklah lepas dari dzikrullah.
Berbeda dengan anak muda sekarang yang kesehariannya telah lalai dari
dzikir. Tangannya sudah sibuk dengan HP, kesehariannya dengan chating,
dan dzikir pun amat sedikit, apalagi seringnya melalaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ
لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ
الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah,
dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.” (QS. An Nur: 37)
Yang dimaksud dengan dzikir pada Allah (dzikrullah) dalam ayat di atas, ada tiga pendapat:
- Shalat lima waktu
- Mengerjakan hak Allah
- Dzikir pada Allah dengan lisan.
Sedangkan
yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah mengerjakan tepat waktu
dan menyempurnakannya. (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi)
Sa’id bin Abul Hasan dan Adh Dhohak berkata,
لا تلهيهم التجارة والبيع أن يأتوا الصلاة في وقتها
“Yang
dimaksud ayat tersebut adalah mereka perniagaan dan jual beli tidaklah
membuat mereka lalai dari mendatangi shalat tepat pada waktunya.”
Mathor Al Warroq berkata,
كانوا يبيعون ويشترون، ولكن كان أحدهم إذا سمع النداء وميزانُه في يده خفضه، وأقبل إلى الصلاة.
“Yang
dimaksud ayat tersebut adalah mereka biasa melakukan jual beli. Akan
tetapi jika mereka mendengar adzan lalu timbangan dagangan mereka berada
di tangan mereka, mereka pun meninggalkannya. Lalu mereka memenuhi
panggilan shalat.”
As Suddi mengatakan mengenai ayat tersebut,
عن الصلاة في جماعة
“Mereka tidak lalai dari shalat jama’ah” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 252-253)
Dalam ayat disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Yaitu
hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka akan selamat ataukah
celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat kiri dan kanan.
(Tafsir Al Jalalain)
Ayat di atas serupa dengan ayat,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا
أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ
الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang
beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jum’ah: 9)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“(Meraka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS.
An Nur: 38).
Jika disebut seseorang berinfak tanpa batas, maksudnya
karena saking banyaknya sehingga infak yang diberikan tidak bisa
dihitung (Lihat Tafsir Al Jalalain).
Ya Allah, jadikanlah kami seperti yang disebutkan dalam ayat ini.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
0 komentar:
Posting Komentar