Selasa, 23 Oktober 2012

Waktu Adalah Kehidupan Itu Sendiri

( MUHASABAH ) WAKTU BERNILAI MELEBIHI EMAS

Terkadang emas hilang dan habis, namun kita dapat mendapatkannya lagi, bahkan mampu mendapatkan berlipat ganda dari yang telah hilang. Akan tetapi, waktu yang telah hilang dan masa yang telah berlalu tidak mungkin dapat dikembalikan lagi. Dengan demikian, waktu lebih berharga daripada emas, bahkan lebih berharga dari permata apa pun dan kekayaan berapapun, sebab waktu adalah kehidupan itu sendiri. Keberhasilan seseorang tidak hanya bertumpu pada rencana yang matang dan prasarana yang mendukung, namun juga sangat tergantung pada kesempatan dan peluang yang ada. Manusia selalu takut dengan masa depan dan sedih dengan masa yang sudah berlalu, padahal yang mendapat taufik adalah orang-orang yang melakukan amal tepat pada waktunya.


"Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang." (Al-Muzzammil: 20).

Oleh karenanya, manusia yang paling rugi dan yang terancam mendapatkan kegagalan adalah orang-orang yang lalai dan terlena.

"Dan sesungguhnya kami jadikan (untuk isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-Araf: 179).

Di antara doa yang sering diucapkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra Adalah, "Ya Allah, jangan biarkan kami dalam kesengsaraan, jangan siksa kami secara tiba-tiba, dan jangan jadikan kami temasuk orang-orang yang lupa."

Umar bin Khathab ra selalu berdoa kepada Allah agar diberi barokah dalam waktu-waktu yang dilalui dan diberi kebaikan dalam saat-saat yang dilewati. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti kaki hamba tidak akan bergeser dari tempatnya sebelum ditanya oleh Allah tentang umurnya: dalam hal apa ia habiskan; tentang hartanya: darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan.

Di antara gambaran mengagumkan tentang nilai waktu yang dilukiskan oleh Rasulullah saw adalah sabdanya, "Tiada suatu hari pun yang fajar terbit padanya, kecuali berseru, 'Wahai manusia, saya adalah makhluk baru yang menjadi saksi atas amalmu. Karena itu berbekallah dariku, sebab aku tidak akan kembali lagi padamu sampai hari kiamat'."

Waktu utama itu diberikan oleh Allah kepada kita kaum mukmin agar dapat kita gunakan untuk mengusir kabut kelalaian, kembali pada ingatan dan kesadaran, serta meraup keutamaan saat angin keredhaan Allah bertiup. Sebab, terkadang satu kebaikan dilipatgandakan bila dilakukan pada saat-saat yang diberkahi, sehingga Allah mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang saleh, sebagaimana Ia juga membuka pintu taubat seluas-luasnya agar orang-orang yang dikehendaki.

Ayat-ayat Alquran banyak memberikan isyarat pada hari, pekan, serta bulan yang berbarokah tersebut. Sunnah Nabi pun mempertegas isyarat tersebut. Allah SWT berfirman, "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan di saat kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di bumi, dan di waktu kamu berada di petang hari dan di saat kamu berada di waktu zhuhur." (Ar-Ruum: 17-18).

"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Al-A?raf: 205).

"Demi fajar dan malam yang sepuluh (sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan)." (Al-Fajr: 1-2).

"Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (tanggal 10, 11, 12, dan 13 dari bulan Dzulhijjah)." (Al-Hajj: 28). 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution