Tentang Hati
Syukur adalah sikap batin yang merasa puas
dengan apa yang telah didapat. Orang yang bersyukur hatinya dipenuhi
rasa nyaman, enjoy dan damai. Tidak ada yang dirasakan kurang dari hasil
usahanya. Tidak juga merasa ada kekeliruan dalam bagian yang diperoleh.
Sehingga tidak terbetik sedikitpun rasa iri dengan yang telah
didapatkan orang lain.
Merasa puas dalam arti paripurna
sememangnya tidak mudah, meskipun tidak berarti tidak mungkin. Karena,
hati yang diliputi rasa nyaman, enjoy dan damai sudah cukup menjadi
bukti kesyukuran. Dan sikap batin yang bersyukur bagi pemiliknya adalah
energi yang akan menumbuhkan sikap positip. Diantara sikap positip yang
yang terlahir dari rasa sukur adalah optimis.
Pada gilirannya,
optimisme akan melahirkan kerja yang lebih produktif dan mendapatkan
hasil yang melebihi target. Seperti dijanjikan Tuhan: "Sesungguhnya jika
kalian bersyukur, maka pasti Aku (Tuhan) akan memberi lebih.
Sebaliknya, jika engkau kufur, sesungguhnya azabku sangat pedih."
Dalam
menjalani roda kehidupan, optimisme harus diawali dari niat karena
Allah. Apapun target yang telah ditentukan di awal, semua harus tertuju
karena Allah atau untuk Allah.
Dengan demikian, Allah akan
senantiasa mengawasi setiap langkah kerja yang dilakukan. Dalam kondisi
hati yang bersama Allah, maka akan terbentuk energi positip yang
menyemangati diri, sehingga tidak mengenal lelah dalam bekerja.
Energi
positip yang ditanamkan dari niat karena Allah, pada gilirannya akan
memberi hasil kerja yang melampau target yang ditentukan.
Seperti
kerja harian yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Semua
orang melakukan kerja dengan tujuan yang sama. Tetapi niat yang tulus
karena Allah, memberi suasana kerja yang lebih baik, jujur dan
bersungguh-sungguh. Akibat positip dari itu, terbentuk kepribadian yang
bersikap menyenangkan, dan sifat pantang menyerah. Jika bekerja dengan
senang dan tekun, maka hasil yang didapat pasti akan melebihi target.
Tuhan
maha adil dalam penciptaannya. Semua manusia telah dibekali kemampuan
di awal penciptaan. Kemampuan dasar yang dimiliki manusia bisa sama,
bisa juga berbeda. Semua kembali kepada manusianya. Apabila kemampuan
yang dimiliki terus dibina dan dikembangkan, maka akan dibalas dengan
hasil yang tidak terbayangkan. Ya, kerja keras dan kerja cerdas yang
dilakukan dengan baik dan tekun, akan dibalas oleh Tuhan dengan
pemberian yang melampaui.
Di antara cara melatih potensi diri
yang dimiliki adalah dengan melakukan pekerjaan yang melebihi biasanya.
Dan, jangan melakukan pekerjaan yang sudah biasa dan dengan cara biasa.
Jika melakukan sesuatu yang biasa, sudah pasti, hasil yang didapatkan
juga biasa.
Cobalah melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan.
Menjadilah manusia yang berani berfikir beda, melakukan sesuatu yang
lain atau dengan cara yang tidak biasa. Boleh juga melakukan sesuatu
yang berbeda dan tidak biasa. Awali dengan berfikir beda dan diteruskan
dengan tindakan lain yang berbeda, dipastikan akan mendapatkan hasil
yang berbeda.
Untuk perubahan yang lebih baik dan hasil yang
berbeda, haruslah diawali dari berfikir yang baik dan berbeda. Begitu
juga hasil yang banyak dan berbeda, harus diawali dengan bekerja
sungguh-sungguh dan dengan cara yang berbeda. Artinya, haruslah diawali
dengan berfikir dan melakukan sesuatu yang tidak biasa.
Pastikan
dalam diri bahwa, itu bisa terjadi. Semua berpulang kepada diri sendiri.
Karena Allah telah berfirman dengan sangat tegas: "Allah tidak akan
merubah kondisi suatu masyarakat, sebelum masyarakat itu merubah diri
mereka sendiri."
Karena, apabila kita sudah berani melakukan
sesuatu yang berbeda, maka alam bawah sadar atau energi Tuhan akan
membimbing kepada sesuatu yang kita inginkan. Begitulah energi Tuhan
bekerja lewat pikiran dan tindakan manusia.
Tidak ada kebersamaan
dengan Tuhan yang sia-sia. Tuhan maha pemurah, pengasih dan penyayang.
Semua yang diinginkan manusia akan diberikan. Bahkan Tuhan akan memberi
sesuatu yang melampaui, jika manusia mahu melakukan dengan
sungguh-sungguh dan ikhlas.
Kehidupan beragama juga begitu. Katakanlah ketika beribadah. Sesungguhnya semua manusia memiliki kemampuan untuk khusuk.
Apabila
mau serius untuk khusuk, maka Tuhan akan memberikan yang diinginkan,
yakni khusuk. Begitu juga sebaliknya, apabila merasa tidak mampu khusuk,
maka Tuhan tidak akan memberi kemampuan untuk itu.
Menjadi
khusuk dalam beribadah, ditentukan oleh manusia itu sendiri. Manusia
sendirilah yang harus mengecohkan spiritualitas diri. Yaitu dengan
berani meninggalkan semua persoalan hidup yang dihadapi. Jadikan dunia
ini sampah yang tidak perlu diingat, apalagi dipikir. Lupakan semua
kemewahan, juga kesusahan. Semua, selain Allah harus di tenggelamkan,
bahkan dibuang dari pikiran. Sehingga, hanya kedekatan dengan Allah
itulah yang dituju. Maka akan dirasakan bahwa, kebersamaan dengan Allah
itulah kebahagaiaan sejati.
Ya, apabila semua pengecoh yang
menghalangi kekhusukan sudah dihilangkan dari hati dan pikiran, dan yang
ada disana hanya Allah, dan manusia merasa kebahagian sejati hanya saat
bersama Allah. Kondisi demikian itulah khusuk dalam ibadah.
Dan
kekhusukan dalam ibadah itu, pada gilirannya akan memberi perasaan yang
lebih nyaman, sikap hidup yang lebih tenang dan langkah hidup yang
lebih terarah. Karena Tuhan telah menjanjikan bahwa, kebersamaan dengan
Tuhan (zikir) akan memberikan ketenangan hati.
Dan dari hati yang
tenang, akan terlahir sikap hidup yang santai dan langkah kehidupan yang
tentram dan bahagia.
Selamat mencoba...
Oleh Robby Andoyo
Masdarudin Ahmad
0 komentar:
Posting Komentar