Selasa, 01 September 2015

Dari Hati yang Tenang

Tentang Hati
Syukur adalah sikap batin yang merasa puas dengan apa yang telah didapat. Orang yang bersyukur hatinya dipenuhi rasa nyaman, enjoy dan damai. Tidak ada yang dirasakan kurang dari hasil usahanya. Tidak juga merasa ada kekeliruan dalam bagian yang diperoleh. Sehingga tidak terbetik sedikitpun rasa iri dengan yang telah didapatkan orang lain.


Merasa puas dalam arti paripurna sememangnya tidak mudah, meskipun tidak berarti tidak mungkin. Karena, hati yang diliputi rasa nyaman, enjoy dan damai sudah cukup menjadi bukti kesyukuran. Dan sikap batin yang bersyukur bagi pemiliknya adalah energi yang akan menumbuhkan sikap positip. Diantara sikap positip yang yang terlahir dari rasa sukur adalah optimis.

Pada gilirannya, optimisme akan melahirkan kerja yang lebih produktif dan mendapatkan hasil yang melebihi target. Seperti dijanjikan Tuhan: "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, maka pasti Aku (Tuhan) akan memberi lebih. Sebaliknya, jika engkau kufur, sesungguhnya azabku sangat pedih."

Dalam menjalani roda kehidupan, optimisme harus diawali dari niat karena Allah. Apapun target yang telah ditentukan di awal, semua harus tertuju karena Allah atau untuk Allah.

Dengan demikian, Allah akan senantiasa mengawasi setiap langkah kerja yang dilakukan. Dalam kondisi hati yang bersama Allah, maka akan terbentuk energi positip yang menyemangati diri, sehingga tidak mengenal lelah dalam bekerja.

Energi positip yang ditanamkan dari niat karena Allah, pada gilirannya akan memberi hasil kerja yang melampau target yang ditentukan.

Seperti kerja harian yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Semua orang melakukan kerja dengan tujuan yang sama. Tetapi niat yang tulus karena Allah, memberi suasana kerja yang lebih baik, jujur dan bersungguh-sungguh. Akibat positip dari itu, terbentuk kepribadian yang bersikap menyenangkan, dan sifat pantang menyerah. Jika bekerja dengan senang dan tekun, maka hasil yang didapat pasti akan melebihi target.

Tuhan maha adil dalam penciptaannya. Semua manusia telah dibekali kemampuan di awal penciptaan. Kemampuan dasar yang dimiliki manusia bisa sama, bisa juga berbeda. Semua kembali kepada manusianya. Apabila kemampuan yang dimiliki terus dibina dan dikembangkan, maka akan dibalas dengan hasil yang tidak terbayangkan. Ya, kerja keras dan kerja cerdas yang dilakukan dengan baik dan tekun, akan dibalas oleh Tuhan dengan pemberian yang melampaui.

Di antara cara melatih potensi diri yang dimiliki adalah dengan melakukan pekerjaan yang melebihi biasanya. Dan, jangan melakukan pekerjaan yang sudah biasa dan dengan cara biasa. Jika melakukan sesuatu yang biasa, sudah pasti, hasil yang didapatkan juga biasa.

Cobalah melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan. Menjadilah manusia yang berani berfikir beda, melakukan sesuatu yang lain atau dengan cara yang tidak biasa. Boleh juga melakukan sesuatu yang berbeda dan tidak biasa. Awali dengan berfikir beda dan diteruskan dengan tindakan lain yang berbeda, dipastikan akan mendapatkan hasil yang berbeda.

Untuk perubahan yang lebih baik dan hasil yang berbeda, haruslah diawali dari berfikir yang baik dan berbeda. Begitu juga hasil yang banyak dan berbeda, harus diawali dengan bekerja sungguh-sungguh dan dengan cara yang berbeda. Artinya, haruslah diawali dengan berfikir dan melakukan sesuatu yang tidak biasa.

Pastikan dalam diri bahwa, itu bisa terjadi. Semua berpulang kepada diri sendiri. Karena Allah telah berfirman dengan sangat tegas: "Allah tidak akan merubah kondisi suatu masyarakat, sebelum masyarakat itu merubah diri mereka sendiri."

Karena, apabila kita sudah berani melakukan sesuatu yang berbeda, maka alam bawah sadar atau energi Tuhan akan membimbing kepada sesuatu yang kita inginkan. Begitulah energi Tuhan bekerja lewat pikiran dan tindakan manusia.

Tidak ada kebersamaan dengan Tuhan yang sia-sia. Tuhan maha pemurah, pengasih dan penyayang. Semua yang diinginkan manusia akan diberikan. Bahkan Tuhan akan memberi sesuatu yang melampaui, jika manusia mahu melakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas.

Kehidupan beragama juga begitu. Katakanlah ketika beribadah. Sesungguhnya semua manusia memiliki kemampuan untuk khusuk.

Apabila mau serius untuk khusuk, maka Tuhan akan memberikan yang diinginkan, yakni khusuk. Begitu juga sebaliknya, apabila merasa tidak mampu khusuk, maka Tuhan tidak akan memberi kemampuan untuk itu.

Menjadi khusuk dalam beribadah, ditentukan oleh manusia itu sendiri. Manusia sendirilah yang harus mengecohkan spiritualitas diri. Yaitu dengan berani meninggalkan semua persoalan hidup yang dihadapi. Jadikan dunia ini sampah yang tidak perlu diingat, apalagi dipikir. Lupakan semua kemewahan, juga kesusahan. Semua, selain Allah harus di tenggelamkan, bahkan dibuang dari pikiran. Sehingga, hanya kedekatan dengan Allah itulah yang dituju. Maka akan dirasakan bahwa, kebersamaan dengan Allah itulah kebahagaiaan sejati.

Ya, apabila semua pengecoh yang menghalangi kekhusukan sudah dihilangkan dari hati dan pikiran, dan yang ada disana hanya Allah, dan manusia merasa kebahagian sejati hanya saat bersama Allah. Kondisi demikian itulah khusuk dalam ibadah.

Dan kekhusukan dalam ibadah itu, pada gilirannya akan memberi perasaan yang lebih nyaman, sikap hidup yang lebih tenang dan langkah hidup yang lebih terarah. Karena Tuhan telah menjanjikan bahwa, kebersamaan dengan Tuhan (zikir) akan memberikan ketenangan hati. 

Dan dari hati yang tenang, akan terlahir sikap hidup yang santai dan langkah kehidupan yang tentram dan bahagia.


Selamat mencoba...
Oleh Robby Andoyo
Masdarudin Ahmad


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution