Seringkali kita punya
persepsi terhadap orang lain, kita menganggap bahwa orang lain begini
atau begitu. Tapi tanpa sadar kemudian kita bersikap sama saja dengan
orang itu. Sebagai contoh misal ada tetangga beli mobil baru trus dia
pamer mobilnya ke tetangga-tetangga yang lain dan bawa mobilnya keliling
komplek. Kita kesal dan terganggu dengan itu kemudian kita menganggap
tetangga kita “Sombong” atau “Pamer”.
Karena kesal akhirnya tidak mau kalah, beli mobil baru juga, cerita ke tetangga-tetangga yang lain trus bawa mobil muter keliling komplek. Jadi kita menganggap tetangga kita itu sombong atau pamer tapi kemudian kita melakukan hal yang sama dengan yang dia lakukan. Contoh lain ada orang yang begitu membanggakan kemampuannya dalam suatu bidang. Dia sering membicarakan dan membanggakan kemampuannya, bersikap seolah-olah dia yang terhebat. Karena kita berkecimpung di bidang yang sama dengan orang itu, kita jadi terganggu dan emosi. Kemudian gak mau kalah juga, karena terpancing emosi tanpa sadar kita kemudian juga membangga-banggakan kemampuan kita juga.
Ada banyak contoh lain sejenis yang sering terjadi di keseharian di dalam kehidupan sosial.
Jadi sebenarnya kalau kita menyimpulkan yang dilakukan seseorang itu kurang baik tapi kemudian kita membalasnya itu kita jadi sama saja dengan orang itu. Lalu apa bedanya kita dengan orang itu. Konsekuensi dari kita punya persepsi negatif tentang seseorang itu adalah kita harus bisa lebih baik supaya kita ada bedanya dengan orang itu.
Kalau kita menganggap seseorang sombong ya kita harus lebih rendah hati. Tapi kalau kita menyikapi orang yang “Gw bisa begini” dengan cara “Gw bisa begitu” berarti jadi sama saja. Tidak ada bedanya kita dengan orang itu, Di sisi lain, sebenarnya saya pribadi sering heran kenapa ada banyak orang terganggu dengan yang dikatakan atau dilakukan orang lain sedangkan itu tidak merugikan dirinya atau tidak berhubungan dengan dirinya. Maksud saya begini, seperti contoh di atas ada tetangga beli mobil baru dan pamer, kalau itu adalah tetangga saya, tidak ada hal yang perlu saya permasalahkan tentang itu.
Dia membeli mobil dengan duitnya sendiri jadi apapun yang dia lakukan tidak ada ruginya untuk saya. Kalaupun dia suka memamerkan itu ya sebagai orang lain saya kan tinggal melihat saja ‘Aksi’ itu. ” Ooo mobilnya bagus…” sekedar menyimpulkan begitu sudah cukup bagi saya. Tidak ada hal yang perlu dipikirkan atau dipermasalahkan secara berkepanjangan soal itu. Dia suka pamer juga tidak merugikan saya, apakah kalau dia pamer trus saya opname kan tidak. Bahwa mungkin itu hal yang kurang baik dan dosa ya dia sendiri yang akan menanggung itu, bukan orang lain atau kita. Jadi untuk apa kita mempermasalahkan sesuatu yang toh kita juga tidak akan menanggungnya.
Jadi sikapilah sikap-sikap yang tidak baik dengan sikap yang baik, itu baru namanya kebaikan. Kalau kita membalas sikap tidak baik orang lain dengan sikap tidak baik yang lainnya, itu berarti sama saja atau tidak ada bedanya kita dengan orang itu.
Bagi saya pribadi apapun yang dikatakan dan dilakukan orang lain, selama itu tidak mengganggu dan merugikan orang lain tidak perlu dipermasalahkan. Misal ada orang sombong, saya kan cuma tinggal mendengarkan kata-katanya saja. Tapi kalau tidak ada hal yang secara konkrit merugikan saya, tidak perlu saya permasalahkan. Kita tidak bisa menyikapi keburukan dengan keburukan karena itu berarti sama-sama buruk. Apapun yang kita lihat, dengar dan rasakan ingat bahwa kita punya pilihan bagaimana menyikapi itu. Kita bisa memilih untuk menyikapi dengan positif atau negatif. Pada dasarnya sesuatu hanya akan menjadi masalah kalau sebuah masalah ketemu masalah yang lain. Orang yang bermasalah hanya akan menjadi masalah kalau bertemu dengan orang yang bermasalah juga. Tapi orang yang bermasalah tidak akan menjadi masalah kalau bertemu dengan orang yang tidak bermasalah.
Di sisi lain kalau kita punya itikad baik misal melihat ada sesuatu yang negatif di diri orang lain dan kita peduli, ya berarti kita bantu orang itu. Kalau kita ingin orang itu jadi lebih baik, kita bantu dengan apa yang kita bisa atau kita punya supaya orang itu jadi lebih baik. Tapi yang jelas bukan dengan membalas yang dia lakukan, dengan kita membalas itu sudah menunjukkan itikad dan sikap yang kurang baik juga.
Dalam kehidupan sosial ada banyak contoh lain untuk hal seperti ini, cuma konteksnya saja yang berbeda. Saya rasa anda sudah memahami point dari tulisan ini dan bisa menyimpulkan sendiri dengan contoh-contoh kasus yang lain.
Demikian sharing untuk kali ini, semoga bermanfaat dan ada kebaikan untuk kita semua.
By AD1L
Karena kesal akhirnya tidak mau kalah, beli mobil baru juga, cerita ke tetangga-tetangga yang lain trus bawa mobil muter keliling komplek. Jadi kita menganggap tetangga kita itu sombong atau pamer tapi kemudian kita melakukan hal yang sama dengan yang dia lakukan. Contoh lain ada orang yang begitu membanggakan kemampuannya dalam suatu bidang. Dia sering membicarakan dan membanggakan kemampuannya, bersikap seolah-olah dia yang terhebat. Karena kita berkecimpung di bidang yang sama dengan orang itu, kita jadi terganggu dan emosi. Kemudian gak mau kalah juga, karena terpancing emosi tanpa sadar kita kemudian juga membangga-banggakan kemampuan kita juga.
Ada banyak contoh lain sejenis yang sering terjadi di keseharian di dalam kehidupan sosial.
Jadi sebenarnya kalau kita menyimpulkan yang dilakukan seseorang itu kurang baik tapi kemudian kita membalasnya itu kita jadi sama saja dengan orang itu. Lalu apa bedanya kita dengan orang itu. Konsekuensi dari kita punya persepsi negatif tentang seseorang itu adalah kita harus bisa lebih baik supaya kita ada bedanya dengan orang itu.
Kalau kita menganggap seseorang sombong ya kita harus lebih rendah hati. Tapi kalau kita menyikapi orang yang “Gw bisa begini” dengan cara “Gw bisa begitu” berarti jadi sama saja. Tidak ada bedanya kita dengan orang itu, Di sisi lain, sebenarnya saya pribadi sering heran kenapa ada banyak orang terganggu dengan yang dikatakan atau dilakukan orang lain sedangkan itu tidak merugikan dirinya atau tidak berhubungan dengan dirinya. Maksud saya begini, seperti contoh di atas ada tetangga beli mobil baru dan pamer, kalau itu adalah tetangga saya, tidak ada hal yang perlu saya permasalahkan tentang itu.
Dia membeli mobil dengan duitnya sendiri jadi apapun yang dia lakukan tidak ada ruginya untuk saya. Kalaupun dia suka memamerkan itu ya sebagai orang lain saya kan tinggal melihat saja ‘Aksi’ itu. ” Ooo mobilnya bagus…” sekedar menyimpulkan begitu sudah cukup bagi saya. Tidak ada hal yang perlu dipikirkan atau dipermasalahkan secara berkepanjangan soal itu. Dia suka pamer juga tidak merugikan saya, apakah kalau dia pamer trus saya opname kan tidak. Bahwa mungkin itu hal yang kurang baik dan dosa ya dia sendiri yang akan menanggung itu, bukan orang lain atau kita. Jadi untuk apa kita mempermasalahkan sesuatu yang toh kita juga tidak akan menanggungnya.
Jadi sikapilah sikap-sikap yang tidak baik dengan sikap yang baik, itu baru namanya kebaikan. Kalau kita membalas sikap tidak baik orang lain dengan sikap tidak baik yang lainnya, itu berarti sama saja atau tidak ada bedanya kita dengan orang itu.
Bagi saya pribadi apapun yang dikatakan dan dilakukan orang lain, selama itu tidak mengganggu dan merugikan orang lain tidak perlu dipermasalahkan. Misal ada orang sombong, saya kan cuma tinggal mendengarkan kata-katanya saja. Tapi kalau tidak ada hal yang secara konkrit merugikan saya, tidak perlu saya permasalahkan. Kita tidak bisa menyikapi keburukan dengan keburukan karena itu berarti sama-sama buruk. Apapun yang kita lihat, dengar dan rasakan ingat bahwa kita punya pilihan bagaimana menyikapi itu. Kita bisa memilih untuk menyikapi dengan positif atau negatif. Pada dasarnya sesuatu hanya akan menjadi masalah kalau sebuah masalah ketemu masalah yang lain. Orang yang bermasalah hanya akan menjadi masalah kalau bertemu dengan orang yang bermasalah juga. Tapi orang yang bermasalah tidak akan menjadi masalah kalau bertemu dengan orang yang tidak bermasalah.
Di sisi lain kalau kita punya itikad baik misal melihat ada sesuatu yang negatif di diri orang lain dan kita peduli, ya berarti kita bantu orang itu. Kalau kita ingin orang itu jadi lebih baik, kita bantu dengan apa yang kita bisa atau kita punya supaya orang itu jadi lebih baik. Tapi yang jelas bukan dengan membalas yang dia lakukan, dengan kita membalas itu sudah menunjukkan itikad dan sikap yang kurang baik juga.
Dalam kehidupan sosial ada banyak contoh lain untuk hal seperti ini, cuma konteksnya saja yang berbeda. Saya rasa anda sudah memahami point dari tulisan ini dan bisa menyimpulkan sendiri dengan contoh-contoh kasus yang lain.
Demikian sharing untuk kali ini, semoga bermanfaat dan ada kebaikan untuk kita semua.
By AD1L
0 komentar:
Posting Komentar