Dunia akan jadi tempat
yang lebih indah jika kita masing-masing punya itikad yang baik satu
sama lain dan ingin memberi satu sama lain. Tapi ini juga bukan dunia
yang ideal dimana meskipun kita sudah mempunyai itikad baik terhadap
orang lain dan berusaha bersikap yang seharusnya, mungkin kita akan
mendapati sikap tidak seperti yang diharapkan.
Simple, orang tidak sama begitu juga dengan wataknya. Bertemu dan berinteraksi dengan orang yang mempunyai watak kurang baik atau bahkan jahat itu sendiri adalah bagian dari ujian hidup dimana kita harus bersabar dengan itu.
Mungkin anda pernah merasa kebingungan, kesalahan apa yang anda lakukan sehingga seseorang punya energi dan waktu yang begitu besar untuk ‘memperhatikan’ anda tapi bukan untuk suatu itikad atau tujuan yang baik. Itikad atau tujuan baik itu misalnya peduli, ingin membantu atau berbagi. Tapi yang anda dapati bukan itikad seperti itu.
Simple, orang tidak sama begitu juga dengan wataknya. Bertemu dan berinteraksi dengan orang yang mempunyai watak kurang baik atau bahkan jahat itu sendiri adalah bagian dari ujian hidup dimana kita harus bersabar dengan itu.
Mungkin anda pernah merasa kebingungan, kesalahan apa yang anda lakukan sehingga seseorang punya energi dan waktu yang begitu besar untuk ‘memperhatikan’ anda tapi bukan untuk suatu itikad atau tujuan yang baik. Itikad atau tujuan baik itu misalnya peduli, ingin membantu atau berbagi. Tapi yang anda dapati bukan itikad seperti itu.
Ciri-Ciri Orang Yang Mempunyai Sifat Iri dan Dengki :
Secara naluri orang yang iri dengan anda menganggap anda adalah kompetitornya. Jadi dia ‘khawatir’ anda jadi lebih baik, lebih sukses, lebih kaya atau jadi lebih dalam hal apapun dari dirinya. Dia ingin tahu apa yang anda lakukan atau apa perkembangan anda karena ingin ‘mengantisipasi’ itu. Jadi usahanya dalam mencari tahu yang anda lakukan adalah supaya dirinya bisa melakukan sebuah ‘pembalasan’ atau sekedar ingin menunjukkan kalau dia bisa melakukan hal yang sama.
Jika anda pernah mengalami seperti ini, mungkin anda sedikit terkejut dengan ‘kerasnya’ usahanya untuk mengetahui yang anda lakukan. Bahkan meluangkan banyak waktu dan energi untuk itu seolah-olah dia tidak punya hal lain untuk dikerjakan. Terlebih lagi jika anda mengetahui kalau dia orang yang sibuk dan punya banyak hal yang harus dilakukan, itu membuat anda semakin terkejut karena begitu kerasnya dia masih meluangkan waktu dan energinya untuk anda. Dalam usahanya untuk mengetahui yang anda lakukan itu, dia berusaha menggunakan semua ‘akses’ yang mungkin bisa dia dapat tentang anda. Dan itu bisa apapun.
- Selalu Ingin Tahu Yang Anda Lakukan Dengan Tujuan Yang Tidak Baik
Secara naluri orang yang iri dengan anda menganggap anda adalah kompetitornya. Jadi dia ‘khawatir’ anda jadi lebih baik, lebih sukses, lebih kaya atau jadi lebih dalam hal apapun dari dirinya. Dia ingin tahu apa yang anda lakukan atau apa perkembangan anda karena ingin ‘mengantisipasi’ itu. Jadi usahanya dalam mencari tahu yang anda lakukan adalah supaya dirinya bisa melakukan sebuah ‘pembalasan’ atau sekedar ingin menunjukkan kalau dia bisa melakukan hal yang sama.
Jika anda pernah mengalami seperti ini, mungkin anda sedikit terkejut dengan ‘kerasnya’ usahanya untuk mengetahui yang anda lakukan. Bahkan meluangkan banyak waktu dan energi untuk itu seolah-olah dia tidak punya hal lain untuk dikerjakan. Terlebih lagi jika anda mengetahui kalau dia orang yang sibuk dan punya banyak hal yang harus dilakukan, itu membuat anda semakin terkejut karena begitu kerasnya dia masih meluangkan waktu dan energinya untuk anda. Dalam usahanya untuk mengetahui yang anda lakukan itu, dia berusaha menggunakan semua ‘akses’ yang mungkin bisa dia dapat tentang anda. Dan itu bisa apapun.
- Selalu Ingin ‘Reply’ Yang Anda Katakan Dan Membalas Yang Anda Lakukan
Salah satu kerepotan yang
ditimbulkan orang yang mempunyai sifat iri dan dengki adalah, apapun
yang anda katakan dan lakukan itu diartikan ditujukan ke dirinya,
meskipun sebenarnya tidak. Meskipun anda mengatakan dan melakukan hal
yang biasanya anda katakan dan lakukan ( seperti aktifitas sehari-hari).
Jadi kalau anda harus menuruti itu, seolah-olah anda tidak boleh
mengatakan dan melakukan apapun ( Hanya dirinya saja yang boleh ).
Karena orang yang iri tidak mau kalah, itu membuatnya merasa apapun yang
anda katakan dan lakukan sebagai ‘serangan’ yang dia harus membalasnya.
Jadi kalau anda terlalu memikirkan hal itu, itu bisa menghalangi anda
untuk melakukan apapun yang harus anda lakukan. Seperti halnya semua
orang di dunia ini, anda berhak mengatakan dan melakukan apapun, selama
anda tidak punya itikad buruk kepada orang lain dan tidak merugikan
orang lain.
Satu hal yang pasti, orang yang iri dengan anda berarti menganggap anda istimewa. Kalau tidak karena menganggap anda istimewa, orang itu tidak akan memikirkan anda. Kalau anda tidak punya ‘sesuatu’, orang itu tidak akan mengeluarkan banyak waktu dan energinya hanya untuk memikirkan dan mengurusi hidup anda. Orang yang punya sifat iri dan dengki, pada dasarnya hanya ingin dalam hal apapun, dia jadi yang paling ( Tidak mau orang lain sejajar dengan dirinya ). Darisitu dia punya ‘kepekaan’ mana orang yang keberadaannya mengancam dan tidak mengancam eksistensi dirinya. Dia bisa membedakan mana yang punya potensi dan mana yang tidak. Jadi mungkin anda akan melihat orang yang iri dan dengki mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap orang yang berbeda. Untuk orang yang dia merasa tidak punya potensi mengancam eksistensi dirinya, dia akan bersikap baik dan bahkan mungkin berusaha mengambil keuntungan dari orang itu. Tapi kepada orang-orang yang dia merasa punya potensi mengancam eksistensi dirinya, dia akan bersikap berbeda yaitu sikap iri dan dengki seperti yang sedang kita bahas.
Darisini anda tahu, bersyukurlah jika masih ada orang yang iri dengan anda. Itu artinya anda masih punya ‘sesuatu’. Kalau sudah tidak ada sama sekali orang yang iri dengan anda itu justru bencana. Semakin anda istimewa akan semakin banyak yang iri dengan anda. Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Ingatlah semua orang punya urusan yang penting, jika anda tidak istimewa tidak akan orang mau mengeluarkan waktu dan energi hanya untuk mengurusi anda.
Orang yang iri dan dengki dengan anda, seolah-olah punya TV yang besar sekali di rumahnya yang 24 jam sehari menyiarkan tentang anda. Dan dia meluangkan banyak waktu untuk menonton itu. Apapun yang anda katakan dia selalu ‘Reply’ itu dan apapun yang anda lakukan dia akan selalu berusaha melakukan “Hal-Hal Tandingan”. Kalau anda mengatakan sesuatu, dia akan ‘reply’ yang anda katakan dan berusaha untuk membuktikan kalau yang anda katakan salah. Disaat anda melakukan sesuatu, dia akan berusaha melakukan hal-hal tandingan yang intinya ingin menunjukkan pada anda bahwa “Gw juga bisa”. Orang yang iri dan dengki intinya selalu tidak mau kalah dengan anda. Jadi salah satu ciri terkuat selalu ingin ‘follow’ anda. Misal anda beli baju baru dia juga langsung beli baju baru, anda beli sepatu baru dia beli sepatu baru juga, anda pasang parabola di rumah dia pasang parabola yang lebih besar, anda bikin lapangan futsal dia bikin stadion bola dsb.
Dalam satu dan lain hal mungkin anda akan menemui sikap orang yang iri dan dengki akan aneh sekali. Jika orang iri dengan orang yang hidupnya lebih baik dari dirinya dan mempunyai lebih banyak hal dari dirinya, itu wajar. Tapi kadang ada juga orang yang iri dengan orang yang kehidupannya tidak lebih baik dari dirinya dan mencapai lebih sedikit hal dari dirinya. Itu kan aneh sekali. Tapi hal seperti itu bisa terjadi jika orang yang iri merasa ada orang yang mempunyai potensi menjadi lebih dari dirinya jika mendapatkan kesempatan. Karena orang yang iri itu tahu kalau orang tersebut sekali mendapatkan kesempatan akan bisa mengalahkan dirinya, maka dia bersikap insecure dan iri terhadap orang tersebut.
Seperti yang sudah bisa kita simpulkan, iri dan dengki termasuk dalam sifat yang “Jahat” dan itu bisa memicu orang melakukan hal-hal yang jahat. ‘Ekspresi’ tiap orang dalam menindaklanjuti sifat iri dan dengki berbeda-beda kadarnya. Tapi dalam bentuk yang terburuk itu bisa memicu orang untuk melakukan hal yang sangat jahat. Hal-hal yang jahat itu misalnya orang yang iri dengan anda berusaha menjegal langkah anda, menghalang-halangi langkah anda untuk sukses atau maju, berusaha menggagalkan dan menjatuhkan anda dsb. Tapi yang sampai sejahat ini biasanya jarang, kebanyakan tidak sampai melakukan hal-hal sejauh itu. Hanya sekedar ingin melampiaskan apa yang dirasakannya tentang anda saja, kebanyakan sebatas itu. Hanya ingin mengatakan atau melakukan sesuatu yang bisa membuat dirinya puas dan merasa lebih menang dari anda.
Kalau sekarang pertanyaannya dibalik, kenapa hal-hal yang saya sebutkan di atas itu bisa menjadi ciri-ciri orang yang iri dan dengki?
Sekarang kita logika saja apapun yang anda lakukan kalau itu tidak merugikan orang lain, apa alasan orang-orang tertentu untuk terganggu dengan itu? Isitilah gaulnya kenapa jadi rempong sendiri dengan hal-hal yang anda lakukan sementara anda tidak merugikan dirinya.
Tidak ada alasan untuk orang terganggu dengan anda kalau anda tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, selain orang yang iri dan dengki.
Cara menghadapi orang yang punya sifat iri dan dengki :
Satu hal yang pasti, orang yang iri dengan anda berarti menganggap anda istimewa. Kalau tidak karena menganggap anda istimewa, orang itu tidak akan memikirkan anda. Kalau anda tidak punya ‘sesuatu’, orang itu tidak akan mengeluarkan banyak waktu dan energinya hanya untuk memikirkan dan mengurusi hidup anda. Orang yang punya sifat iri dan dengki, pada dasarnya hanya ingin dalam hal apapun, dia jadi yang paling ( Tidak mau orang lain sejajar dengan dirinya ). Darisitu dia punya ‘kepekaan’ mana orang yang keberadaannya mengancam dan tidak mengancam eksistensi dirinya. Dia bisa membedakan mana yang punya potensi dan mana yang tidak. Jadi mungkin anda akan melihat orang yang iri dan dengki mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap orang yang berbeda. Untuk orang yang dia merasa tidak punya potensi mengancam eksistensi dirinya, dia akan bersikap baik dan bahkan mungkin berusaha mengambil keuntungan dari orang itu. Tapi kepada orang-orang yang dia merasa punya potensi mengancam eksistensi dirinya, dia akan bersikap berbeda yaitu sikap iri dan dengki seperti yang sedang kita bahas.
Darisini anda tahu, bersyukurlah jika masih ada orang yang iri dengan anda. Itu artinya anda masih punya ‘sesuatu’. Kalau sudah tidak ada sama sekali orang yang iri dengan anda itu justru bencana. Semakin anda istimewa akan semakin banyak yang iri dengan anda. Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Ingatlah semua orang punya urusan yang penting, jika anda tidak istimewa tidak akan orang mau mengeluarkan waktu dan energi hanya untuk mengurusi anda.
Orang yang iri dan dengki dengan anda, seolah-olah punya TV yang besar sekali di rumahnya yang 24 jam sehari menyiarkan tentang anda. Dan dia meluangkan banyak waktu untuk menonton itu. Apapun yang anda katakan dia selalu ‘Reply’ itu dan apapun yang anda lakukan dia akan selalu berusaha melakukan “Hal-Hal Tandingan”. Kalau anda mengatakan sesuatu, dia akan ‘reply’ yang anda katakan dan berusaha untuk membuktikan kalau yang anda katakan salah. Disaat anda melakukan sesuatu, dia akan berusaha melakukan hal-hal tandingan yang intinya ingin menunjukkan pada anda bahwa “Gw juga bisa”. Orang yang iri dan dengki intinya selalu tidak mau kalah dengan anda. Jadi salah satu ciri terkuat selalu ingin ‘follow’ anda. Misal anda beli baju baru dia juga langsung beli baju baru, anda beli sepatu baru dia beli sepatu baru juga, anda pasang parabola di rumah dia pasang parabola yang lebih besar, anda bikin lapangan futsal dia bikin stadion bola dsb.
Dalam satu dan lain hal mungkin anda akan menemui sikap orang yang iri dan dengki akan aneh sekali. Jika orang iri dengan orang yang hidupnya lebih baik dari dirinya dan mempunyai lebih banyak hal dari dirinya, itu wajar. Tapi kadang ada juga orang yang iri dengan orang yang kehidupannya tidak lebih baik dari dirinya dan mencapai lebih sedikit hal dari dirinya. Itu kan aneh sekali. Tapi hal seperti itu bisa terjadi jika orang yang iri merasa ada orang yang mempunyai potensi menjadi lebih dari dirinya jika mendapatkan kesempatan. Karena orang yang iri itu tahu kalau orang tersebut sekali mendapatkan kesempatan akan bisa mengalahkan dirinya, maka dia bersikap insecure dan iri terhadap orang tersebut.
- Senang Disaat Anda Susah Dan Susah Disaat Anda Senang
Seperti yang sudah bisa kita simpulkan, iri dan dengki termasuk dalam sifat yang “Jahat” dan itu bisa memicu orang melakukan hal-hal yang jahat. ‘Ekspresi’ tiap orang dalam menindaklanjuti sifat iri dan dengki berbeda-beda kadarnya. Tapi dalam bentuk yang terburuk itu bisa memicu orang untuk melakukan hal yang sangat jahat. Hal-hal yang jahat itu misalnya orang yang iri dengan anda berusaha menjegal langkah anda, menghalang-halangi langkah anda untuk sukses atau maju, berusaha menggagalkan dan menjatuhkan anda dsb. Tapi yang sampai sejahat ini biasanya jarang, kebanyakan tidak sampai melakukan hal-hal sejauh itu. Hanya sekedar ingin melampiaskan apa yang dirasakannya tentang anda saja, kebanyakan sebatas itu. Hanya ingin mengatakan atau melakukan sesuatu yang bisa membuat dirinya puas dan merasa lebih menang dari anda.
Kalau sekarang pertanyaannya dibalik, kenapa hal-hal yang saya sebutkan di atas itu bisa menjadi ciri-ciri orang yang iri dan dengki?
Sekarang kita logika saja apapun yang anda lakukan kalau itu tidak merugikan orang lain, apa alasan orang-orang tertentu untuk terganggu dengan itu? Isitilah gaulnya kenapa jadi rempong sendiri dengan hal-hal yang anda lakukan sementara anda tidak merugikan dirinya.
Tidak ada alasan untuk orang terganggu dengan anda kalau anda tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, selain orang yang iri dan dengki.
Cara menghadapi orang yang punya sifat iri dan dengki :
- Menarik Situasinya Ke Dalam Konteks Yang Luas/Publik
Apapun persepsi anda tentang
orang lain dan sebuah situasi, ingatlah bahwa itu akan selalu “Two
Sides To Every Story”. Anda punya persepsi tentang seseorang dan begitu
juga sebaliknya. Anda punya versi anda tentang orang lain dan
sebaliknya. Yang harus anda catat dari hal ini adalah, situasinya
menjadi subyektif. Ingatlah dari hal itu akan ada orang-orang yang
berada di ‘kubu’ anda dan orang-orang yang ada di ‘kubu’ orang yang iri
tersebut. Seperti apapun persepsi anda tentang orang yang iri tersebut,
orang itu akan bercerita ke orang-orang yang ada di ‘kubunya’
berdasarkan versinya sendiri. Bisa jadi kadang bahkan faktanya dibolak
balik.
Bisa jadi kemudian anda mendapati sekumpulan orang yang tiba-tiba menjadi haters anda bahkan tanpa anda kenal orang-orang tersebut. Atau tidak cukup kenal dan tidak punya alasan untuk menyukai ataupun tidak menyukai anda. Itu terjadi karena cerita versi orang yang iri tersebut tentang anda kepada orang-orang di ‘kubunya’. Orang yang iri dengan anda tersebut sudah menggiring opini orang-orang di kubunya supaya tidak menyukai anda. Jadi mungkin orang-orang itu akan ikut-ikutan membenci anda bahkan disaat anda tidak melakukan apapun terhadap mereka atau mereka tidak punya alasan untuk tidak menyukai anda.
Bisa jadi kemudian anda mendapati sekumpulan orang yang tiba-tiba menjadi haters anda bahkan tanpa anda kenal orang-orang tersebut. Atau tidak cukup kenal dan tidak punya alasan untuk menyukai ataupun tidak menyukai anda. Itu terjadi karena cerita versi orang yang iri tersebut tentang anda kepada orang-orang di ‘kubunya’. Orang yang iri dengan anda tersebut sudah menggiring opini orang-orang di kubunya supaya tidak menyukai anda. Jadi mungkin orang-orang itu akan ikut-ikutan membenci anda bahkan disaat anda tidak melakukan apapun terhadap mereka atau mereka tidak punya alasan untuk tidak menyukai anda.
Dalam situasi tersebut,
apapun yang anda katakan tidak akan merubah keadaan. Tidak akan merubah
persepsi dari ‘haters’ dadakan yang anda dapatkan dari orang yang iri
tersebut. Hal yang harus anda catat disini adalah, selama situasi dan
konteksnya masih berada diantara “Anda + kubu anda” dan “Orang yang iri +
kubunya”, situasinya tidak akan membaik. Karena masing-masing subyektif
dalam menilai situasi yang terjadi. Orang-orang di kubu anda akan tetap
membela anda no matter what, dan orang-orang di kubu yang iri dengan
anda juga akan membelanya no matter what.
Jadi dalam menghadapi orang yang iri, yang sebaiknya anda lakukan adalah ‘menarik’ situasi itu ke konteks publik. Yaitu orang-orang di luar kubu anda dan juga di luar kubu orang tersebut. Karena orang-orang di luar kubu anda dan di luar kubu orang yang iri itulah orang-orang yang OBYEKTIF menilai situasinya. Orang-orang yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang yang iri tersebut itulah orang-orang yang obyektif.
Point dari hal ini adalah supaya situasi yang terjadi menjadi OBYEKTIF. Karena kembali lagi intinya : Apapun yang anda katakan dan lakukan selama itu tidak merugikan orang lain dan anda tidak punya itikad buruk kepada orang lain, maka secara OBYEKTIF anda tidak salah. Anda tidak salah kepada siapapun. Jadi jika anda tidak merugikan siapapun dan ada orang yang bersikap insecure terhadap anda, secara obyektif bisa disimpulkan orang tersebut iri. TAPI yang harus anda sadari adalah, orang-orang yang ada di kubu orang yang iri tersebut tidak akan menyimpulkan dengan cara seperti itu. Mereka dalam hati tahu hal itu tapi secara lahir akan denial terhadap itu dan tetap membela orang yang iri tersebut. Jadi jika anda mempertahankan situasinya dalam scoop yang sempit hanya diantara anda + kubu anda dan orang yang iri tersebut + kubunya, situasinya tidak akan pernah membaik.
Sebaliknya, publik atau orang umum yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang yang iri tersebut akan menilai situasinya dengan obyektif. Jika anda tidak melakukan apapun yang merugikan orang lain dan kemudian ada orang yang tiba-tiba menjadi insecure dan bersikap aneh, maka publik atau khalayak umum akan bisa menilai dengan sendirinya kalau orang tersebut iri. Sekaligus khalayak umum tahu siapa yang sebenarnya mempunyai masalah. Kalau apa yang anda lakukan tidak merugikan siapapun tapi ada orang yang selalu insecure, kepo dan rempong sendiri dengan itu maka khalayak umum bisa menilai sendiri apa yang terjadi.
Jika anda menghadapi orang yang iri, anda butuh situasi yang obyektif. Anda butuh orang-orang yang netral, anda butuh ‘wasit’ yang fair dan itu adalah publik/ orang-orang yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang itu.
Jadi bawalah permasalahan anda ke konteks publik, bicarakan itu dalam konteks publik dimana khalayak umum yang luas bisa mengetahui situasi tersebut.
Kalau anda punya banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan, sebaiknya anda diamkan saja. Karena kalau anda terpancing dalam ‘lingkaran’ ini pada dasarnya anda akan membuang waktu dan energi untuk hal yang tidak produktif. Sadarilah bahwa kalau anda terpancing, apapun yang anda katakan dan lakukan akan jadi percuma. Kalaupun yang anda katakan benar, dia akan selalu mencari sisi salahnya. Dan kalaupun hal yang anda lakukan hebat, dia akan berusaha menunjukkan kalau dia bisa lebih hebat. Jadi tidak akan ada selesainya kalau anda meladeni hal seperti itu.
Anda akan menjadi serba salah, apapun yang anda katakan dan lakukan akan jadi salah untuk orang itu. Karena ini bukan tentang anda benar atau salah tapi tentang orang yang tidak mau sepaham dengan anda. Tidak mau paham dengan tidak paham itu berbeda. Kalau tidak paham akan ada titik dimana jadi paham selama maksud kita terjelaskan dengan baik, tapi kalau tidak mau paham sebenarnya paham tapi memang tidak mau berdiri di sisi yang sama dengan anda. Jadi kalau orang yang punya sifat iri dan dengki, seolah-olah memang kita gak boleh seneng dan cuma dia yang boleh seneng.
Tapi kembali lagi kalau itu ‘dilawan’, dia akan semakin menjadi-jadi jadi kita harus bijak menyikapinya. Lebih baik disikapi dengan didiamkan saja. Punyalah sedikit selera humor supaya orang itu lega atau puas bilang ke dia sudah simpulkan saja kalau gw buruk dan lo baik atau gw bego dan lo hebat, setelah itu kasih piala trus udah selesai. Hidup anda terlalu berharga untuk meladeni hal seperti ini. Ini bukan dunia yang ideal, anda tidak bisa berharap melakukan sesuatu dan endingnya akan seperti di sinetron-sinetron dimana seseorang akan sadar kemudian bilang ” Oh ternyata selama ini aku salah, maafkan aku “. Itu sangat jarang terjadi di dunia nyata.
Sebaiknya anda membuang jauh-jauh ide bahwa anda bisa mengatakan atau melakukan sesuatu yang sifatnya keras dan ‘membalas’ kemudian berharap bisa membuat orang itu sadar. Semakin anda keras dan ‘melawan’, dia juga akan semakin keras dan bahkan kadang semakin kalap. Itu akan tergantung dari kedewasaan orang yang iri dan dengki itu, semakin dia kekanakan akan semakin kalap kalau anda lawan. Sebuah urusan yang tidak akan selesai kalau terus anda ladeni. Kita semua pernah mengalami fase dimana kita ‘suka berpemikiran’, keras berpendirian dan ingin membuat semua hal dan semua orang di dunia ini jadi benar menurut persepsi kita.
Kita semua pernah menjadi seperti itu minimal sekali dalam hidup. Tapi dengan berjalannya waktu kedewasaan kita pasti tumbuh dan membuat kita berubah termasuk jadi lebih sabar dalam menyikapi hal seperti ini. Dalam definisi apapun, saya rasa mengalah adalah tindakan yang lebih benar. Ini mungkin tidak akan mudah, karena meskipun anda bersikap biasa saja dan menjalani hidup seperti biasanya, itu tidak berarti dengan sendirinya membuat orang yang iri dengan anda juga ‘berhenti’.
Anda mungkin mengatakan dan juga melakukan beberapa hal dimana itu sebenarnya bagian dari aktifitas anda sehari-hari. Tapi itu tidak berarti membuat orang yang iri berhenti mengartikan itu sebagai apapun yang dia inginkan. Kalau apa yang anda lakukan sebagai “Aktifitas sehari-hari” itu ternyata diartikan olehnya bahwa itu ditujukan untuk dirinya dan kemudian ingin terus ‘menandingi’, ya anda tidak bisa berbuat apapun. Dia mungkin tidak berhenti ‘memprovokasi’ anda bahkan mungkin disaat anda diam saja dan tidak melakukan apapun terhadap dirinya.
Intinya disini kita berusaha melakukan apa yang harus kita lakukan seperti biasa dan tidak usah terpengaruh atau terpancing dengan itu. Biarkan saja melakukan apapun yang dia mau dan tidak usah ditanggapi. Sebisa mungkin hindari konfrontasi.
Dimana di dunia ini disaat ada hal-hal yang penting untuk dilakukan seperti mencari uang, mengurus keluarga untuk yang sudah berkeluarga, berkarir, mengembangkan bisnis dsb, dan orang akan lama berlarut-larut dengan hal seperti ini. Apakah ini tidak menghabiskan energi dan waktu? Jadi di pihak orang yang iri pun seharusnya dengan cepat menyadari kalau ada yang lebih penting untuk dia lakukan daripada sekedar mengurusi dan menindaklanjuti rasa irinya. Bagaimanapun mungkin anda bisa saja bertemu dengan orang yang menjadi perkecualian.
Ada 2 tipe orang yang akan bersedia hidup lama berlarut-larut dalam urusan seperti ini, yang pertama orang yang masih kekanakan dan yang kedua orang yang tidak bahagia dengan hidupnya.
1. Orang yang masih kekanakan
Orang yang masih kekanakan karena jiwanya masih anak-anak di dalam benaknya belum banyak berfikir tentang hal-hal yang serius atau penting. Nalurinya masih bermain atau hal yang belum bersifat tanggung jawab. Jadi kalau kebetulan orang yang iri dan berurusan dengan anda itu adalah orang yang masih kekanakan, dia akan betah untuk “Stay in the game”. Karena bagi dirinya ‘permainan’ ini adalah hal yang penting untuk diurus. Seperti halnya bagi anak-anak bermain layang-layang dengan temannya di lapangan itu penting. Jadi kalau anda menemui yang tipenya seperti ini, sebisa mungkin menghindari konfrontasi adalah pilihan terbaik. Fokuslah pada hidup anda dan apa yang harus anda lakukan, simpan energi dan waktu anda untuk hal-hal yang lebih penting.
2. Orang yang tidak bahagia dengan hidupnya
Mungkin anda pernah mendengar ungkapan : “Jatuh cinta dunia serasa milik berdua.” Maksud dari ungkapan ini sebenarnya adalah, karena saking bahagianya orang yang jatuh cinta seolah-olah tidak ada hal lain di dunia ini yang penting selain dirinya dan pasangannya. Seolah-olah di dunia ini hanya ada dirinya dan pasangannya. Nah beginilah SEHARUSNYA sikap orang yang bahagia. Kalau orang memang bahagia dengan dirinya dan hidupnya dan itu tidak ada hubungannya dengan anda, kenapa anda dan apa yang anda miliki dan lakukan menjadi begitu penting untuk dirinya? Kenapa dia begitu ‘peduli’ dengan anda kalau dia benar-benar sudah memiliki semua yang membuatnya bahagia? Jika seseorang sudah bahagia dengan hidupnya, apakah anda sekarang punya rumah baru, mobil baru, pacar baru, baju baru, sepatu baru atau apapun itu tidak penting.
Simple kalau orang sudah bahagia dengan hidupnya akan lebih memilih untuk menikmati kebahagiaannya dan sibuk dengan itu. Orang yang bahagia itu orang yang sudah move on dengan apapun di masa lalu dan menikmati hidup. Meskipun seseorang mengatakan dia begitu bahagia dengan hidupnya tapi kalau terlalu banyak melihat dan mengurusi orang lain biasanya yang sebenarnya terjadi adalah dia tidak bahagia. Bahagia itu menimbulkan rasa aman di dalam diri. Semakin besar kebahagiaan semakin besar rasa aman di dalam diri. Rasa aman di dalam diri membuat anda tidak terganggu dengan hal apapun di luar anda, termasuk apapun yang dimiliki orang lain.
Jika seseorang begitu merasa terusik atau terganggu dengan yang dimiliki orang lain itu indikasi sebuah rasa tidak aman di dalam dirinya, dan rasa tidak aman adalah indikasi ketidakbahagiaan. Dengan kata lain disaat anda menghadapi orang yang iri dan berlarut-larut berurusan dengan hal ini seringnya adalah anda sedang menghadapi orang yang tidak bahagia. Dan orang yang tidak bahagia selalu butuh sesuatu untuk melampiaskan ketidakbahagiaannya.
Sekarang bisa anda simpulkan sendiri, maukah anda ‘menyediakan’ diri anda untuk menjadi pelampiasan ketidakbahagiaan orang lain? Tentu saja tidak. Dan ini sekali lagi membuktikan bahwa pilihan sikap terbaik untuk menghadapi orang yang iri dan dengki adalah dengan membiarkannya saja dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi dengan dirinya. Akhir kata Semoga kita dihindarkan dari sifat-sifat semacam ini.
By AD1L
Jadi dalam menghadapi orang yang iri, yang sebaiknya anda lakukan adalah ‘menarik’ situasi itu ke konteks publik. Yaitu orang-orang di luar kubu anda dan juga di luar kubu orang tersebut. Karena orang-orang di luar kubu anda dan di luar kubu orang yang iri itulah orang-orang yang OBYEKTIF menilai situasinya. Orang-orang yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang yang iri tersebut itulah orang-orang yang obyektif.
Point dari hal ini adalah supaya situasi yang terjadi menjadi OBYEKTIF. Karena kembali lagi intinya : Apapun yang anda katakan dan lakukan selama itu tidak merugikan orang lain dan anda tidak punya itikad buruk kepada orang lain, maka secara OBYEKTIF anda tidak salah. Anda tidak salah kepada siapapun. Jadi jika anda tidak merugikan siapapun dan ada orang yang bersikap insecure terhadap anda, secara obyektif bisa disimpulkan orang tersebut iri. TAPI yang harus anda sadari adalah, orang-orang yang ada di kubu orang yang iri tersebut tidak akan menyimpulkan dengan cara seperti itu. Mereka dalam hati tahu hal itu tapi secara lahir akan denial terhadap itu dan tetap membela orang yang iri tersebut. Jadi jika anda mempertahankan situasinya dalam scoop yang sempit hanya diantara anda + kubu anda dan orang yang iri tersebut + kubunya, situasinya tidak akan pernah membaik.
Sebaliknya, publik atau orang umum yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang yang iri tersebut akan menilai situasinya dengan obyektif. Jika anda tidak melakukan apapun yang merugikan orang lain dan kemudian ada orang yang tiba-tiba menjadi insecure dan bersikap aneh, maka publik atau khalayak umum akan bisa menilai dengan sendirinya kalau orang tersebut iri. Sekaligus khalayak umum tahu siapa yang sebenarnya mempunyai masalah. Kalau apa yang anda lakukan tidak merugikan siapapun tapi ada orang yang selalu insecure, kepo dan rempong sendiri dengan itu maka khalayak umum bisa menilai sendiri apa yang terjadi.
Jika anda menghadapi orang yang iri, anda butuh situasi yang obyektif. Anda butuh orang-orang yang netral, anda butuh ‘wasit’ yang fair dan itu adalah publik/ orang-orang yang tidak kenal anda dan juga tidak kenal orang itu.
Jadi bawalah permasalahan anda ke konteks publik, bicarakan itu dalam konteks publik dimana khalayak umum yang luas bisa mengetahui situasi tersebut.
- Mendiamkan Jika Anda Tidak Punya Banyak Waktu Dan Energi Untuk Itu
Kalau anda punya banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan, sebaiknya anda diamkan saja. Karena kalau anda terpancing dalam ‘lingkaran’ ini pada dasarnya anda akan membuang waktu dan energi untuk hal yang tidak produktif. Sadarilah bahwa kalau anda terpancing, apapun yang anda katakan dan lakukan akan jadi percuma. Kalaupun yang anda katakan benar, dia akan selalu mencari sisi salahnya. Dan kalaupun hal yang anda lakukan hebat, dia akan berusaha menunjukkan kalau dia bisa lebih hebat. Jadi tidak akan ada selesainya kalau anda meladeni hal seperti itu.
Anda akan menjadi serba salah, apapun yang anda katakan dan lakukan akan jadi salah untuk orang itu. Karena ini bukan tentang anda benar atau salah tapi tentang orang yang tidak mau sepaham dengan anda. Tidak mau paham dengan tidak paham itu berbeda. Kalau tidak paham akan ada titik dimana jadi paham selama maksud kita terjelaskan dengan baik, tapi kalau tidak mau paham sebenarnya paham tapi memang tidak mau berdiri di sisi yang sama dengan anda. Jadi kalau orang yang punya sifat iri dan dengki, seolah-olah memang kita gak boleh seneng dan cuma dia yang boleh seneng.
Tapi kembali lagi kalau itu ‘dilawan’, dia akan semakin menjadi-jadi jadi kita harus bijak menyikapinya. Lebih baik disikapi dengan didiamkan saja. Punyalah sedikit selera humor supaya orang itu lega atau puas bilang ke dia sudah simpulkan saja kalau gw buruk dan lo baik atau gw bego dan lo hebat, setelah itu kasih piala trus udah selesai. Hidup anda terlalu berharga untuk meladeni hal seperti ini. Ini bukan dunia yang ideal, anda tidak bisa berharap melakukan sesuatu dan endingnya akan seperti di sinetron-sinetron dimana seseorang akan sadar kemudian bilang ” Oh ternyata selama ini aku salah, maafkan aku “. Itu sangat jarang terjadi di dunia nyata.
Sebaiknya anda membuang jauh-jauh ide bahwa anda bisa mengatakan atau melakukan sesuatu yang sifatnya keras dan ‘membalas’ kemudian berharap bisa membuat orang itu sadar. Semakin anda keras dan ‘melawan’, dia juga akan semakin keras dan bahkan kadang semakin kalap. Itu akan tergantung dari kedewasaan orang yang iri dan dengki itu, semakin dia kekanakan akan semakin kalap kalau anda lawan. Sebuah urusan yang tidak akan selesai kalau terus anda ladeni. Kita semua pernah mengalami fase dimana kita ‘suka berpemikiran’, keras berpendirian dan ingin membuat semua hal dan semua orang di dunia ini jadi benar menurut persepsi kita.
Kita semua pernah menjadi seperti itu minimal sekali dalam hidup. Tapi dengan berjalannya waktu kedewasaan kita pasti tumbuh dan membuat kita berubah termasuk jadi lebih sabar dalam menyikapi hal seperti ini. Dalam definisi apapun, saya rasa mengalah adalah tindakan yang lebih benar. Ini mungkin tidak akan mudah, karena meskipun anda bersikap biasa saja dan menjalani hidup seperti biasanya, itu tidak berarti dengan sendirinya membuat orang yang iri dengan anda juga ‘berhenti’.
Anda mungkin mengatakan dan juga melakukan beberapa hal dimana itu sebenarnya bagian dari aktifitas anda sehari-hari. Tapi itu tidak berarti membuat orang yang iri berhenti mengartikan itu sebagai apapun yang dia inginkan. Kalau apa yang anda lakukan sebagai “Aktifitas sehari-hari” itu ternyata diartikan olehnya bahwa itu ditujukan untuk dirinya dan kemudian ingin terus ‘menandingi’, ya anda tidak bisa berbuat apapun. Dia mungkin tidak berhenti ‘memprovokasi’ anda bahkan mungkin disaat anda diam saja dan tidak melakukan apapun terhadap dirinya.
Intinya disini kita berusaha melakukan apa yang harus kita lakukan seperti biasa dan tidak usah terpengaruh atau terpancing dengan itu. Biarkan saja melakukan apapun yang dia mau dan tidak usah ditanggapi. Sebisa mungkin hindari konfrontasi.
- Biasanya orang yang iri dengan anda jadi kepo, apapun yang anda
katakan dan lakukan, dia merasa itu ditujukan untuk dirinya meskipun itu
tidak. Jadi anda bicara apapun dan melakukan apapun itu akan ‘dibalas’
atau di ‘reply’. Orang yang iri dengan anda, pikirannya dan hidupnya
akan banyak berisi tentang anda. Energinya besar untuk mencari hal-hal
yang bisa melampiaskan rasa irinya.
Entah itu sekedar kalimat yang bisa dia katakan dan itu membuat dia merasa menang atau sampai melakukan sesuatu untuk ‘menandingi’ anda. Darisitu bisa anda simpulkan bahwa sikap terbaik untuk menghadapi orang yang iri dan dengki adalah didiamkan atau tidak usah ditanggapi. Ego anda mungkin akan berontak untuk melakukan ini karena secara naluri anda ingin terus melawan dan tidak mau mengalah. Tapi coba pikirkan lagi, kalaupun anda ingin selalu balas membalas apa keuntungan yang bisa anda dapat? Sama sekali tidak ada. Kepuasan dari “Merasa Menang” itu sifatnya semu tapi tidak merubah apapun secara konkrit.
Tapi sebaliknya anda sudah belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik dengan berusaha menahan diri dan mengalah. Di sisi lain, anda adalah seperti biasanya anda seperti apapun persepsi orang itu atau orang lain terhadap anda. Jadi tidak perlu untuk anda mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang darisitu anda ingin ‘membelokkan’ persepsi orang itu tentang anda. Persepsi orang lain tidak bisa menyakiti anda selama anda tidak mengijinkan hal itu menyakiti anda. Peduli pada kekurangan diri kita sendiri dan berusaha membenahinya itu lebih penting. Hilangkan keinginan untuk terus ‘reply’, melawan atau menandingi dimana tujuannya untuk membelokkan persepsi seseorang, itu tidak akan berhasil.
- Karena orang yang iri dengan anda biasanya kepo, ada baiknya juga
kalau sikap anda bisa menunjukkan bahwa apapun yang dia katakan dan
lakukan itu sudah tidak berpengaruh ke anda. Tapi jangan mengatakan
hal-hal seperti : Lo mau ngomong apa kek atau mau ngapain gw udah gak
peduli! Karena kalimat seperti itu justru akan menegaskan kalau anda
masih peduli.
Kalau anda masih menanggapi itu berarti anda masih peduli. Dan bagi dia itu masih sebuah ‘Reply’ yang tentu saja akan dia reply lagi. Ada baiknya anda menunjukkan kalau anda sama sekali sudah tidak peduli. Misal dia mengatakan “A” kemudian anda mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan “A”. Misal bahas saja hal-hal yang ringan misal membahas bola, film, lagu yang sedang trend dsb. Sekali lagi hindari konfrontasi dan kembali ke kehidupan anda yang biasanya.
- Satu-satunya hal yang harus anda pikirkan adalah , apapun yang anda lakukan yang penting tidak merugikan orang itu ( Dan juga orang yang lain). Apapun yang anda lakukan kalau anda tidak merugikan orang lain, dalam definisi apapun anda tidak akan salah.
- Selain itu siapapun orang yang punya sifat iri dan dengki itu, dia
juga punya kehidupan. Dia sendiri punya hal-hal yang harus dia pikirkan
dan lakukan dan itu tidak berhubungan dengan ‘urusannya’ dengan anda.
Dia hanya akan terus ‘memusuhi’ anda selama anda masih meladeni
permainannya. Dan dia tidak akan berhenti selama belum merasa menang.
Tapi kalau anda diamkan saja, lama kelamaan dia akan bosan sendiri dan kembali ke hal-hal yang harus dia lakukan ( urusan-urusannya sendiri yang tidak berhubungan dengan anda ). Kalau anda diamkan saja ( tidak diladeni ) , dia akan kembali ke kehidupannya. Memikirkan hal-hal yang harus dia pikirkan, menyelesaikan masalah-masalah yang harus dia selesaikan dan mengerjakan hal-hal yang harus dia kerjakan dsb. Itu akan membuat dia sibuk.
Selama anda diamkan saja , dia akan terus begitu dan dia akan kembali ke kehidupannya yang normal. Jadi dalam menghadapi orang yang punya sifat iri dan dengki, kalau anda mendiamkan saja itu secara tidak langsung anda sudah memberikan kebaikan(sedekah) kepada orang itu. Karena anda menghindarkan dirinya dari urusan yang tidak baik ( musuhan atau tanding-tandingan ) dan dia jadi kembali melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan.
Dengan mendiamkan, anda melakukan kebaikan ke diri anda sendiri dan juga orang itu. Anda sudah menjaga orang itu untuk tidak melakukan hal yang kurang baik meskipun mungkin dia sendiri tidak menyadari itu.
Dimana di dunia ini disaat ada hal-hal yang penting untuk dilakukan seperti mencari uang, mengurus keluarga untuk yang sudah berkeluarga, berkarir, mengembangkan bisnis dsb, dan orang akan lama berlarut-larut dengan hal seperti ini. Apakah ini tidak menghabiskan energi dan waktu? Jadi di pihak orang yang iri pun seharusnya dengan cepat menyadari kalau ada yang lebih penting untuk dia lakukan daripada sekedar mengurusi dan menindaklanjuti rasa irinya. Bagaimanapun mungkin anda bisa saja bertemu dengan orang yang menjadi perkecualian.
Ada 2 tipe orang yang akan bersedia hidup lama berlarut-larut dalam urusan seperti ini, yang pertama orang yang masih kekanakan dan yang kedua orang yang tidak bahagia dengan hidupnya.
1. Orang yang masih kekanakan
Orang yang masih kekanakan karena jiwanya masih anak-anak di dalam benaknya belum banyak berfikir tentang hal-hal yang serius atau penting. Nalurinya masih bermain atau hal yang belum bersifat tanggung jawab. Jadi kalau kebetulan orang yang iri dan berurusan dengan anda itu adalah orang yang masih kekanakan, dia akan betah untuk “Stay in the game”. Karena bagi dirinya ‘permainan’ ini adalah hal yang penting untuk diurus. Seperti halnya bagi anak-anak bermain layang-layang dengan temannya di lapangan itu penting. Jadi kalau anda menemui yang tipenya seperti ini, sebisa mungkin menghindari konfrontasi adalah pilihan terbaik. Fokuslah pada hidup anda dan apa yang harus anda lakukan, simpan energi dan waktu anda untuk hal-hal yang lebih penting.
2. Orang yang tidak bahagia dengan hidupnya
Mungkin anda pernah mendengar ungkapan : “Jatuh cinta dunia serasa milik berdua.” Maksud dari ungkapan ini sebenarnya adalah, karena saking bahagianya orang yang jatuh cinta seolah-olah tidak ada hal lain di dunia ini yang penting selain dirinya dan pasangannya. Seolah-olah di dunia ini hanya ada dirinya dan pasangannya. Nah beginilah SEHARUSNYA sikap orang yang bahagia. Kalau orang memang bahagia dengan dirinya dan hidupnya dan itu tidak ada hubungannya dengan anda, kenapa anda dan apa yang anda miliki dan lakukan menjadi begitu penting untuk dirinya? Kenapa dia begitu ‘peduli’ dengan anda kalau dia benar-benar sudah memiliki semua yang membuatnya bahagia? Jika seseorang sudah bahagia dengan hidupnya, apakah anda sekarang punya rumah baru, mobil baru, pacar baru, baju baru, sepatu baru atau apapun itu tidak penting.
Simple kalau orang sudah bahagia dengan hidupnya akan lebih memilih untuk menikmati kebahagiaannya dan sibuk dengan itu. Orang yang bahagia itu orang yang sudah move on dengan apapun di masa lalu dan menikmati hidup. Meskipun seseorang mengatakan dia begitu bahagia dengan hidupnya tapi kalau terlalu banyak melihat dan mengurusi orang lain biasanya yang sebenarnya terjadi adalah dia tidak bahagia. Bahagia itu menimbulkan rasa aman di dalam diri. Semakin besar kebahagiaan semakin besar rasa aman di dalam diri. Rasa aman di dalam diri membuat anda tidak terganggu dengan hal apapun di luar anda, termasuk apapun yang dimiliki orang lain.
Jika seseorang begitu merasa terusik atau terganggu dengan yang dimiliki orang lain itu indikasi sebuah rasa tidak aman di dalam dirinya, dan rasa tidak aman adalah indikasi ketidakbahagiaan. Dengan kata lain disaat anda menghadapi orang yang iri dan berlarut-larut berurusan dengan hal ini seringnya adalah anda sedang menghadapi orang yang tidak bahagia. Dan orang yang tidak bahagia selalu butuh sesuatu untuk melampiaskan ketidakbahagiaannya.
Sekarang bisa anda simpulkan sendiri, maukah anda ‘menyediakan’ diri anda untuk menjadi pelampiasan ketidakbahagiaan orang lain? Tentu saja tidak. Dan ini sekali lagi membuktikan bahwa pilihan sikap terbaik untuk menghadapi orang yang iri dan dengki adalah dengan membiarkannya saja dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi dengan dirinya. Akhir kata Semoga kita dihindarkan dari sifat-sifat semacam ini.
By AD1L
0 komentar:
Posting Komentar