Mengapa menjadi orang baik begitu banyak cobaannya dan begitu berat
ujiannya? Begitulah pertanyaan yang sering muncul di benak kita.
Untuk menjawab pertanyaan ini, tidak tepat kiranya jika berpegang
pada pendapat ahli ilmu filsafat atau kajian ilmu psikologis yang
beranggapan bahwa suatu perbuatan baik pasti mendapat balasan baik dan
perbuatan jahat mendapat balasan jahat.
Karena sering dikehidupan nyata
di dunia ini hal itu selalu bertolakbelakang. Bukankah sudah maklum
terlihat kebanyakan orang-orang yang selalu berbuat jahat dan tidak
berpegang pada syariat agama justru mendapatkan banyak kebaikan (menurut
mata manusia) dalam kehidupan ini.
Bijaksana kiranya jika
pentanyaan ini dijawab dari pengetahuan agama dan kisah-kisah orang
shaleh terdahulu. Sebagai ukuran bahwa semua cobaan dan ujian berat yang
ditimpakan kepada orang-orang baik memiliki hikmah kebaikan dibaliknya.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tinggi derajatnya disisi Allah,
tapi ia juga orang yang paling banyak dan paling berat cobaannya. Para
nabi yang lain juga adalah manusia-manusia paling mulia dan paling
dikasihi Allah SWT tapi mereka juga adalah yang paling banyak dan berat
dicoba oleh Allah SWT.
Kafilah ini lalu diikuti dengan kafilah
para ulama salaf yang shalih, mereka adalah yang paling banyak dan berat
pula cobaannya jika dibanding manusia lainnya. Imam Syafi’i mengalami
pengusiran dari Kufah ke Mesir, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa
bertahun-tahun, dan Imam Malik disiksa sampai mematahkan kedua tulang
bahunya.
Cobaan (ujian) berasal dari kata bahasa Arab fa-ta-na
yang berarti imtihaan, ikhtiyaar, ibtilaa’, yang artinya ujian. Kalimat
fatanu adz-dzahaab berarti membakar emas untuk memurnikannya, artinya
emas perlu dibakar (diuji) dulu sampai ketahuan kualitasnya. Demikian
juga pembakaran batu bata dan pencucian pakaian dilakukan untuk
menguatkannya dan membersihkannya. Demikian pula cobaan dan ujian bagi
manusia diberikan untuk menguatkan jiwanya dan membersihkan dosanya.
Maka cobaan bagi seorang mu’min akan selalu meningkatkan ketinggian dan
kemuliaannya disisi Allah, dan menguji kebenaran keimanannya.
Hikmah yang lain dari cobaan adalah bahwa dengannya seorang mu’min
menjadi semakin matang dan kuat, serta bertawakkal dan semakin berserah
diri kepada Allah SWT.
Dan tidaklah cobaan yang datang kepada
seorang mu’min, kecuali hal itu baik baginya sepanjang ia bersabar dan
bersyukur, sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim & Tirmidzi)
Lihatlah istri Rasulullah SAW, Aisyah ra yang mendapatkan cobaan yang sangat berat dalam sejarah Islam dengan fitnah yang keji.
Imam Ghazali dalam Ihya-nya menceritakan tentang kisah dirinya sendiri,
sangkaannya bahwa ia sudah mencapai kesempurnaan dalam bersabar, maka
ia berdoa pada Allah untuk diberikan cobaan sekehendak-Nya, maka
Allah-pun mengujinya dengan cobaan yang remeh, yaitu tidak dapat buang
air kecil, maka iapun tidak mampu menanggung cobaan tersebut, maka iapun
bertaubat dan Allah SWT menyembuhkannya, maka iapun keluar ke
jalan-jalan sambil berkata pada setiap anak kecil yang dijumpainya:
“Pukullah pamanmu yang bodoh ini nak!”
Cobaan dan ujian adalah
sebuah kemestian dalam kehidupan, tetapi hendaklah kita tidak meminta
untuk diberi cobaan oleh Allah SWT, karena kalau DIA menguji kita, maka
cobaan tersebut pasti sesuai dengan kemampuan kita, karena DIA Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana, tetapi kalau kita yang meminta untuk
diuji, maka ujian yang datang boleh jadi diluar kemampuan kita, karena
DIA Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.
Istiqomahlah dalam perbuatan
baik dan bersabarlah dalam menghadapi cobaan dan ujian. Karena setiap
kesusahan dari cobaan terkandung nilai-nilai kebaikan dan pahala di
sisi-Nya. Dan itu akan menjadi permata-permata yang indah di alam
akhirat bagi orang-orang beriman yang selalu menyebar kebaikan di dunia
ini.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al
Baqarah 214)
0 komentar:
Posting Komentar