Alhamdulillah, Aku bersyukur
Allah telah memanjangkan usia, hingga sampai di Ramadhan dan Idul Fitri 1
Syawwal 1436 H tahun ini.
Teman, Aku punya Kesan yang saaaaaa....ngat mendalam pada Idul Fitri tahun ini. Tepatnya saat Bapak Abdul Nasir Al-Jabbari Dalam Khutbahnya di lapangan Masjid Dzarratul Muthmainnah Komp.
Batan Indah Serpong Tangsel. Yang isi khutbahnya Sangat menyentuh hati,
sangat bermanfaat, sangat bermakna, dan sangat mengena sampai relung hati aku yang paling
dalam.heee....segitunya yah.....
Merenunginginya
sudah otomatis hingga meneteskan air mata! malah, sampai dalam hati aku berkata, memang seharusnya aku tidak Cuma bisa mendengar,
membaca, komentar dan lain-lain tetapi
juga aku perlu belajar ilmu kebaikan, sekalipun kenyataannya begitu berat, heee...itu buat aku teman....
Karena
itu aku menoba untuk mengingat dan menggoreskan catatan kecilku ini, berdasarkan Khutbah
dan Tulisan Bapak Abdul Nasir Al-Jabbar.
- -
Momen
Idul Fitri ini, hendaknya dijadikan waktu untuk menghisab diri dan mengoreksi
diri.
- - Bahwa
Idul Fitri yang kita rayakan ini, adalah kemenangan kecil, belum sempurna,
karena masih banyak tantangan dan godaan bujuk rayu setan yang berat menghadang
kita di hari-hari sebelas bulan kedepan.
Namun
tidaklah mengurangi rasa gembira dan syukur kepada Allah, karena telah mampu
melewati satu tahap yaitu hari penuh tantangan dan godaan selama puasa
Ramadhan.
Semoga
kemenangan dan kesucian ini, akan mampu mengawal perjalanan kita sebelas bulan
kedepan.
Karena itu di sisa usia kita ini selagi
masih diberi kesempatan hidup, mari kita manfaatkan dengan kebaikan-kebaikan,
karena kematian kita telah datang, sesuatu
yang kita banggakan tidak mampu memberi pertolongan untuk mencegah datangnya
kematian sekalipun kita punya Istri yang cantik; suami ganteng yang disayangi; Harta
yang ditumpuk-tumpuk dan disimpan di Bank; Pangkat dan Jabatan yang
disanjung-sanjung dan dibanggakan; Rumah megah dan kendaraan mewah yang membuat
hati jadi pongah. Semua itu tak berarti dan tidak berguna bila kematian telah
datang.
Kemudian Bapak Abdul Nasir Al-Jabbari mengingatkan kepada kita bahwa ada
firman Allah Swt. Ingatlah;
“Dimana saja kamu
berada, kematian pasti akan mendatangi mu, meskipun kamu berada dalam benteng
yang tinggi lagi kuat”.
Saat kematian, kita hanya memakai sehelai kain kafan putih yang melekat di
badan, kemudian dengan keranda kita diusung oleh kaki-kaki yang berjalan, diiringi isak
tangis keluarga, kemudian jasad kitapun masuk kubur terbujur kaku sendirian,
tumpukan tanah yang menjadi saksi tiap pertanyaan, liang lahat pun mendadak
menciut dan menghimpit kita, jika hujan jasad kita kedinginan, sunyipun
mencekam, binatang tanah siap menerkam menghancurkan tubuh kita.
Allahu
Akbar 3x
Jika kita mengaku beriman, apakah kita telah taat mengikuti perintahNya
dan menjauhi laranganNya atau justru menjadi penentang dan pendzolim.
Jika kita menjadi anak, sudahkah kita berbakti kepada orang
tua, apa lagi Ibu yang mengandung dan melahirkan kita dengan penuh perjuangan
dan penderitaan, susah payah mengurus kitas, menangis, menyusui dan lain-lain.
Demikian pula
pengorbanan Ayah, yang berikhtiar mencari nafkah tidak mengenal lelah,
sekalipun terik matahari menyengat
tubuhnya, hujan besar, petir menyambar tak dihiraukannya, Kadang ayah bersedih,
seharian bekerja tak mendapatkan uang, dan untuk Mencari hutanganpun sulit.
Sungguh
besar pengorbanan kedua orang tua kita ya…
Ada
pepatah mengatakan: “Kasih Orang Tua Sepanjang Jalan” – “Kasih Anak Sepanjang
Galah”.
-
Jika anak minta, segera orang tua memberi, jika tidak ada mereka
berusaha mencari.
- Jika anak sakit, orang tua ikut merasa sakit, khawatir, segera berobat, dan menemani sepanjang malam ga’
tidur, karena sayang dan khawatirnya kepada kita anaknya.
- Jika
punya uang ya untuk anak, punya makanan ya untuk anak, punya kendaraan untuk
anak, kamar anak tempatnya di depan, segalanya untuk anak, itulah pengorbanan
orang tua kita, itulah kasih sayang
orang tua kita untuk anaknya.
Tapi apa yang terjadi! anak kepada orang
tuanya, “Bagai air susu dibalas dengan air tuba”.
- Saat
kedua orang tua sudah tua renta, harta habis, tenagapun tiada, pastinya ada harapan
untuk bergantung pada sang anak yang dibesarkannya.
- Tetapi
harapan tinggal harapan, tak sesuai dengan kenyataan
-
Ketika orang tua meminta, anak pelit nan kikir, hardikan, omelan
menyakiti hatinya
- Ketika orang
tua sakit, anak terasa menjauhinya, enggan mendekat
- Ingin makan,
harus lama menunggu pemberian sang anak
- Kepikunan orang tua, membuat anak malu pada tamu-tamunya
- Kamar
tidurpun ditempatkan dipojok dapur
- Akhirnya
anak tidak sadar, orang tuanya diasingkan di panti jompo
Allahu
Akbar 3x
“Itukah
balasan anak pada orang tua?. Itukah derita kedua orang tua?
Oleh karna itu janganlah perlakukan kedua orang tua kita dengan buruk
dan durhaka. Perjuangan dan do’anya, menjadikan kita sukses dan berhasil
seperti sekarang.
Waktu yang pas di
Hari Raya ini, mari kita muliakan keduanya, dengan saling memaafkan dari hati
yang terdalam :
- Bersimpuhlah
anak pada orang tuanya atas dosa dan durhaka yang telah diperbuat
- Bersimpuhlah
istri pada suaminya atas kewajiban yang belum sempurna
- Begitu pula
sang ayah, memohon pada anak dan istri atas kewajiban yang belum terpenuhi
- Para kerabat
dan tetangga, hilangkan rasa benci, dendam dan permusuhan dalam hatinya, ganti
dengan suasana penuh maaf dan kasih sayang
- Kita
tutup halaman lama yang penuh kotoran dan noda, kita ganti dengan lebaran baru
yang penuh harapan, cinta, kasih dan sayang.
”Taqabbalallahu
minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja’alanallaahu minal aidin wal
faizin”
“Semoga
Allah menerima amal-amal kita, Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk dari
orang-orang yang kembali dari perjuangan Ramadhan sebagai orang yang menang.”
Hati yang sehat adalah hati yang mudah memaafkan, maafkan aku ya... Semoga catatan ini
bermanfaat.
Wassalam.
2 komentar:
Hidup pasti ada ujiannya, Mbak
Bung Muhammad Ali Ridho, Sip bener banget!...ujian tanda kita hidup u/berinstropeksi dan belajar agar lbh baik....kl ga diuji mungkin kita tdk inget Allah Swt....makasih ya buat masukannya...
Posting Komentar