Agar Allah tak Membuka Aib Kita
Suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan menyeru dengan suara
yang tinggi,
"Janganlah kalian menyakiti kaum Muslim, janganlah
menjelekkan mereka, janganlah mencari-cari aurat mereka. Karena orang
yang suka mencari-cari aurat saudara sesama Muslim, Allah akan
mencari-cari auratnya. Dan, siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah,
niscaya Allah akan membongkarnya walaupun ia berada di tengah tempat
tinggalnya." (dari Abdullah bin 'Umar)
Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitabnya Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul mengungkapkan, di zaman sekarang ini sulit untuk menemukan orang yang dapat dipercaya dalam menjaga rahasia. Kebanyakan manusia-kecuali manusia yang mendapat pertolongan Allah-tak dapat menjaga rahasia orang lain. Padahal, membuka aib orang lain termasuk bagian dari khianat.
Dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa menutupi aib dan menjaga rahasia termasuk keutamaan. Nabi SAW menganjurkan agar umatnya senantiasa saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.
Namun, kita sering melalaikan
peringatan ini. Kita kerap kali bermain-main dengan aib. Kita lupa kalau
suatu saat Allah SWT pun akan membukakan aib kita tanpa bisa ditolak.
Sesungguhnya, ketika membuka aib orang lain, sama dengan memberitahukan
aib kita sendiri. Padahal, dengan menutup aib orang lain, Allah
akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah
bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan
nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".
Aib merupakan sesuatu yang diasosiasikan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Manusia tidak bisa lari dengan menutup diri terhadap kekurangannya. Manusia harus berintrospeksi dan menghisab diri sendiri untuk memperbaikinya. Umar bin Khattab berpesan, "Hisablah dirimu sebelum diri kamu sendiri dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum perbuatanmu ditimbang."
Dalam hidup, kita terkadang terlupakan
dengan aib-aib sendiri yang begitu menggunung karena begitu seringnya
memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa untuk bersyukur bahwa
Allah telah menjaga aib-aib kita.
Sesungguhnya, manusia bukanlah apa-apa
jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain. (http://www.republika.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar