Inilah Lelaki Idamanmu...Saudariku...
Ada seorang akhwat yang mengatakan ingin mendapatkan suami yang punya
penghasilan yang mapan, gagah, bermata teduh, tegap, tampan, senyumnya
menawan, berhidung mancung dan… stop! Ukht, anti mau cari calon suami
apa mau audisi bintang sinetron? Seorang pendamping yang ideal tidak
bisa dinilai dari segi fisik atau materi saja, walau memang lelaki yang
“ganteng” mampu menyejukkan pandangan mata, namun apa artinya kalau mata
sejuk namun hati jadi biru lebam, walaupun suami yang kaya raya mampu
membelikan segala yang engkau inginkan, tapi mampukah dia membelikan
surga buatmu?
Jawabannya adalah “Tidak”! wahai saudariku, bukankah engkau
menginginkan kebahagiaan yang tiada akhirnya, bukankah kasih sayang dan
kelembutan yang selama ini menjadi impianmu, lelaki ideal memang susah
dicari, namun bukan hanya “bentuk ideal” yang mampu membuatmu bahagia
dan mengantarkanmu menuju rumah tangga yang sakinah, lelaki ideal memang
sebuah harapan, namun kadang sebuah harapan yang terpenuhi tak mampu
menghadirkan indahnya bahtera rumah tangga.
Sosok ideal seperti gambaran di atas memang telah menjadi patokan dan
syarat di sebagian besar akhwat (kalau mau jujur), selain alasan agar
sejuk dilihat dan tidak membosankan pandangan, alasan lain adalah agar
tidak memalukan di hadapan umahat yang lain kelak! Duhai kasihan
saudaraku para ikhwan yang tidak masuk kriteria ini, dan juga penulis
mungkin tidak bisa memenuhi syarat-syarat ini, namun sebuah realita dan
kenyataan yang ada di lapangan tetap sebuah fakta.
Kenyataan yang terjadi bahwa para ikhwan juga bukan pelanggan
tempat-tempat fitness, seorang ikhwan pernah menyampaikan, “yaa akhi mau
olah raga yang paling murah lari pagi dan jalan kaki banyak fitnah
pandangan mata, kalau malam memang sepi tapi takut dikira maling atau
teroris, atau malah kena paru-paru basah!” Ishbir ya akhi, tidak sampai
sebegitunya juga kok, meski artikel ini penulis tujukan buat akhwat yang
mau cari suami, buat ikhwan yang sedang mau cari belahan hidup juga
bisa dipakai sebagai introspeksi apakah sudah memiliki kriteria berikut
ini…
PERTAMA : Dia adalah seorang laki-laki yang taat beragama,
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “…Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.” (Al
Baqarah : 221)
Diharapkan sekali menjadi syarat nomor wahid untuk calon suami idaman
(selain sudah muslim tentunya) adalah seorang laki-laki yang taat dan
memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah Ta’ala, karena seorang
calon suami seperti ini telah memenuhi syarat menjadi calon pemimpin
rumah tangga, dengan ilmu agama yang ia miliki dan bekal keimanan-nya,
sangat diharapkan calon suami seperti ini mampu mendidik anak dan
istrinya kelak menjadi seorang yang shalih dan shalihah, menjadi
hamba-hamba Allah Ta’ala yang taat pula, sehingga keharmonisan dan
tersusunnya suatu rumah tangga yang sakinah bisa (insya Allah)
diwujudkan.
KEDUA : Dia adalah orang yang hafal atau mengerti sebagian dari
Al-Qur’an : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menikahkan
seseorang dengan (mahar) beberapa ayat Al-Qur’an yang ia hafal. [HR.
Al-Bukhari (5029), dan Muslim (1425)]
Seorang calon suami yang banyak memiliki hafalan Al-Qur’an merupakan
calon pasangan yang ideal bagi seorang wanita yang shalihah, seorang
calon pemimpin rumah tangga yang ideal tentunya harus saggup mengajarkan
Al-Qur’an kepada keluarganya kelak, menjaga hafalan dan bacaan
Al-Qur’an anak dan istrinya, apalagi jika sang calon suami juga memahami
tafsir ayat dari hafalan Al-Qur’annya, sehingga bisa menerapkan
Al-Qur’an dalam kehidupan rumah tangga kesehariannya.
KETIGA : Dia adalah seorang laki-laki yang mampu memberikan ba-ah
(nafkah) dengan kedua macamnya, yaitu kemampuan untuk berjima’, dan
kemampuan untuk memberikan pembiayaan nikah juga biaya hidup.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan motivasi kepada para
pemuda untuk menikah ketika mereka mampu memenuhi ba-ah, dan beliau juga
berkata kepada Fathimah binti Qais : “Adapun Mu’awiyah adalah seorang
laki-laki yang fakir.” [HR. Muslim (1480), An-Nasa-i (3245), dan Abu
Dawud (2284)]
Walaupun kaya raya bukan merupakan syarat, namun tetap diharapkan
seorang ikhwan memiliki pekerjaan yang mampu dia gunakan untuk biaya
pernikahannya dan untuk menghidupi anak-istrinya, walaupun tiap tahun
menjadi “kontraktor” (tukang kontrak rumah-red), sudah dianggap mampu
untuk memulai kehidupan rumah tangga, selain mampu memberikan kebutuhan
biologis pada istrinya (bukan laki-laki yang impoten), sangat diharapkan
untuk sebuah rumah tangga tidak dimulai dengan kehidupan menumpang
orang tua (Pondok Mertua Indah).
KEEMPAT : Dia adalah seorang laki-laki yang lemah lembut kepada
wanita : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang Abu
Jahm : “Adapun Abu Jahm adalah seorang laki-laki yang tidak pernah
meletakkan tongkat dari pundaknya (suka memukul), maka nikahilah
Usamah.” [HR. Muslim (1480), An-Nasa-i (3245), dan Abu Dawud (2284)]
Hendaklah ada pada diri seorang calon suami sifat lembut dan
romantis, karena akan semakin menambah mekarnya bunga-bunga cinta dalam
rumah tangga, sehingga seorang wanita bisa benar-benar merasakan
ketentraman dalam hidup berumah tangga, seorang calon suami hendaknya
seseorang yang mampu tampil bijak dan mampu menahan amarah ketika
melihat suatu hal yang tidak mengenakkan hatinya pada istrinya. Seorang
calon suami idaman adalah laki-laki yang mampu tampil sebagai pengayom
dalam rumah tangganya, juga seorang laki-laki yang pandai menumbuhkan
suasana tentram dalam rumah, tidak suka teriak-teriak dan tukang marah,
seorang laki-laki yang santun tutur kata dan penuh kasing saying kepada
istrinya kelak.
KELIMA : Istrinya senang melihatnya, sehingga di antara keduanya
tidak ada kerenggangan dan si wanita tidak ingkar ketika hidup
bersamanya. Dalam hal ini memang seorang laki-laki mampu menjaga
penampilan dan badannya, sebagaimana seorang ikhwan mengharapkan calon
istri yang semampai, begitu juga seorang akhwat ingin mendapatkan
seorang calon suami yang memiliki postur ideal (tidak mesti harus tampan
seperti bintang sinetron), maksudnya, hendaknya seorang ikhwan tidak
membiasakan diri punya perut yang gemuk sehingga tidak enak dipandang,
kemudian hendaknya ikhwan menjaga bau tubuhnya agar selalu tampil
menyenangkan saat di hadapan istri, potongan rambut juga jangan
acak-acakan seenaknya, mengenakan pakaian taqwa dengan baik dan rapi,
maka akan menampilkan sosok berwibawa dan sejuk dilihat.
Perkara wajah (tampang) dalam hal ini relatif, tergantung dari pihak
calon istri ketika nazhar (melihat calon istri / suami), namun kami
nasihatkan kepada ukhti fillah agar tidak hanya melihat ketampanan fisik
kemudian melupakan akhlak calon suami, dan ada sebuah tips kecil bagi
akhwat yang kurang berkenan ketika nazhar “bahwa cinta bisa mudah tumbuh
ketika calon suami memiliki akhlak yang mulia”
KEENAM : Dia adalah seorang laki-laki yang tidak mandul. Hal ini
karena adanya riwayat yang menjelaskan tentang keutamaan keturunan
kecuali jika ada beberapa faktor pendukung untuk menikah dengannya.
Buah pernikahan adalah dengan hadirnya anak-anak yang bisa
menyejukkan pandangan dalam rumah tangga, sangat diharapkan akan muncul
benih-benih yang shalih dan shalihah dalam sebuah pernikahan seorang
muslim dengan muslimah, namun jika ada kondisi lain yang tidak
memungkinkan menjadi pengecualian bagi seorang muslimah yang berbesar
hati untuk menikah dengan seorang lelaki yang mandul namun memiliki
akhlak yang mulia, namun hendaknya hal ini disampaikan pada saat proses
khitbah agar diketahui kekurangan masing-masing pihak dan tidak ada
unsur penipuan dalam pernikahan.
KETUJUH : Berasal dari lingkungan yang mulia, Al-Bukhari dan Muslim
telah meriwayatkan dari hadits Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia seperti barang
tambang emas dan perak. Yang terbaik dari mereka pada masa jahiliyah
adalah yang terbaik pula pada masa Islam apabila mereka berilmu.”
Lingkungan kadang berpengaruh besar terhadap akhlak seseorang, maka
pilihlah calon suami yang memiliki pergaulan yang syar’i, bukan
laki-laki yang suka nongkrong di pinggir jalan atau laki-laki yang gemar
berpesta serta suka bergaul dengan sembarang orang, namun carilah
seorang calon suami yang gemar menghadiri ta’lim-ta’lim yang mengajarkan
Islam yang syar’i dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga dari pergaulan yang mulia ini diharapkan mampu muncul sosok
yang bersih dan jauh dari bisikan-bisian maksiyat.
Demikianlah wahai ukhti fillah, termasuk beberapa kriteria seorang
lelaki idaman, dan penulis telah banyak bertemu dengan ikhwan-ikhwan
yang memenuhi semua criteria di atas, jadi bagi ukhti fillah yang sudah
siap menikah tidak susah untuk mendapatkan calon pendamping idaman,
banyak ikhwan yang berakhlak mulia siap untuk mendampingimu, (afwan
penulis tidak membuka kontak jodoh), namun rumah tangga yang sakinah
tidak bisa dibeli dengan harta yang berlimpah atau dengan wajah bak
bintang film laga, bisa jadi mereka yang bercelana “cingkrang” walau
tidak kebanjiran, atau mereka yang berjenggot tipis walau tidak
berhidung mancung seperti orang arab (maklum ras asia), atau juga mereka
yang berbaju gamis dan suka menundukkan pandangan saat berjalan di
tempat umum (walau kadang sering tidak sengaja nabrak rambu-rambu jalan)
adalah calon suami yang engkau cari… Mau?
0 komentar:
Posting Komentar