Jumat, 10 Agustus 2012

Ramadhan Bulan Taubat

Manfaatkan Ramadhan Bulan Taubat
 
Bulan Ramadhan merupakan penghulu segala bulan dalam setahun, sebagaimana hari Jumat penghulu segala hari dalam seminggu, karena itu mari kita perbanyak amal salih dalamnya, minta ampun dan taubat kepada Allah swt.

Dalam hadist yang panjang disebutkan, bahwa Allah Swt menyeru hambaNya pada awal Ramdhan dengan tiga seruan yaitu: Pertama, siapa yang mencintai Kami, maka Kami akan mencintainya, Kedua, siapa yang mencari Kami, maka Kami akan mencarinya Ketiga, siapa yang minta ampun kepada Kami, maka kami pasti mengampuninya

Firman Allah Swt, artinya: 

 Wahai orang yang beriman bertaubatlah kamu kepada Allah sebagai taubat yang memberi nasihat kepada kamu (QS Attahrim: 8)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita wajib taubat setiap waktu, cuma saja taubat di bulan ramadhan lebih mudah diterima Allah taala, karena menghormati bulan mulia ini sama seperti orang mengatakan, bek meupat di beleun ramadhan. Ini bukan berarti mengupat itu boleh pada bulan selain ramadhan. Di bulan ramadhan lebih di cegah lagi mengupat, karena menghormati bulan ramdhan dan dosanya lebih besar dibandingkan dengan mengupat di luar bulan ramadhan.

Bulan suci ramadhan adalah bulan rahmah, bulan magfirah dan bulan itguminanar sebagaimana kata setengah ulama, bulan ramadhan dibagi kepada tiga bagian yaitu: Pertama, bagian awal di mulai dari tanggal 1 s.d 10 Ramadhan. Dalam 10 awal bulan ini penuh dengan rahmat atau kasih sayang Allah kepada hambanya yang berpuasa.

Kedua, bahagian kedua dimulai tanggal 11 s.d 20 Ramadhan . Dalam pertengahan bulan ini penuh dengan pengampunan Allah kepada hambaNya yang puasa. Ini sesuai dengan sabda Nabi dalam satu hadist: Artinya: barang siapa yang menghidupkan bulan suci ramadhan karena percaya mendapat pahala disisi Allah dan karena iklas maka diampuni dosanya yang telah lalu.

Ketiga, bagian ketiga dimulai dari 21 s.d 30 Ramadhan. Dalam 10 yang akhir ini, Allah memerdekakan hambaNya yang berepuasa dari api neraka. Kita mohon kepada Allah agar kita mendapat pengampunan dari Allah dan dapat selamat dari api neraka. Allah taala telah menyuruh hambaNya bertaubat. Dalam banyak ayat Al-Quran di antarnya: 

Artinya: Dan bertaubatlah kamu kepada Allah sekalian kamu hai orang yang beriman (QS An-Nur: 21)

Artinya : Hai kaumku minta ampunlah kamu kepada Allah kemudian bertaubatlah kamu kepadanya niscaya Allah akan menurunkan hujan kepadamu yang terus menerus. (QS Hud: 52). Allah Juga mencintai orang orang yang taubat dan mencintai orang orang yang suci, firman Allah: Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang taubat dan mencintai orang orang yang suci (QS Al-Baqarah: 222). Banyak lagi ayat lain yang memerintah kita bertaubat dan memuji orang orang yang bertaubat.

Rasulullah juga memuji orang-orang yang bertaubat setelah melakukan kesalahan dengan sabdanya: Artinya: Tiap tiap anak Adam mempunyai kesalahan dan sebik-baik orang yang salah itu yaitu orang yang mau bertaubat. Taubat menurut bahasa adalah menyesal atas kesalahan yang telah kita lakukan. Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw berkata: Artiya: Taubat itu menyesal.

Pengertian taubat menurut syariat Islam ialah yaitu menyesal atas segala maksiat dan dosa-dosa yang telah kita lakukan dan kembali kepada Allah serta minta ampun kepadaNya. Kalau ada orang orang yang berbuat salah kemudian dia tidak mau bertaubat, maka dia telah menganiaya dirinya sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran 

Artinya: Barang siapa yang tidak bertaubat kepada Allah, maka orang orang itu diangap telah menganiaya dirinya sendiri. (QS Al-Hujarat: 11)

Kemudian, Allah taala dalam Al-Quran menyuruh kita taubat kepadaNya dengan taubatan nasuha, artinya taubat yang murni. Para ulama telah membuat syarat untuk sah taubat seseorang dan diangap telah termasuk dalam taubat nasuha dengan tiga syarat: kalau kesalahan yang kita lakukan itu berhubungan dengan Allah dan hambaNya tetapi kalau taubat itu berhubungan dengan manusia, maka syarat sah taubat itu bertambah satu lagi menjadi empat syarat.

Adapun syarat taubat nasuha, apabila kesalahan yang dilakukan anak Adam itu berhubungan dengan Allah, contohnya seperti kita meningalkan salat, tidak berpuasa di bulan ramadhan dan lain-lain yang berhubungan dengan Allah taala, maka yang pertama berhenti dari melakukan kesalahan tersebut dengan segera, jangan menunda-nunda, dan berhenti dari maksiat tersebut. 
Contohnya seseorang sering minum minuman keras, maka harus segera meniinggalkan minuman keras dan judi tersebut, seperti hal yang di lakukan oleh sahabat Nabi, sebagian mareka senang mabuk-mabukan dan berjudi, maka manakala turun ayat: Artinya: Wahai orang-orang yang beriman sesunguhnya arak judi dan berkorban untuk berhala dan mengundi nasib anak panah adalah perbuatan yang paling keji dan termasuk perbuatan syaitan maka jahuilah perbuatan tersebut agar kamu mendapat kemenanagan (QS Al-Maidah 90)

Maka para sahabat itu langsung berhenti dan meningalkan minum arak dan judi. Ini namanya taubat nasuha, bukan seperti kita sudah dijelaskan bahwa itu haram masih menunda-nunda. Rasulullah memberi alamat kepada orang yang menunda-nunda taubat dengan mengatakan Artiya: Binasalah orang yang mengatakan saufa atubu (saya akan bertaubat)

Syarat kedua, taubat nasuha adalah menyesal atas segala kesalahan dan maksiat yang telah kita lakukan. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, taubat itu dalah penyesalan. Kita menyesal tidak shalat, menyesal tidak berzakat dan sebagainya. Ini sudah ada syarat dari taubat nasuha. Adapun ketiga, syarat taubat nasuha rencana tidak kembali lagi kepada kesalahan dan maksiat yang telah kita lakukan dan dan rencana tidak berpindah maksiat yang lain yang belum pernah kita lakukan. Adapun seseorang yang berhenti dan masih berencana kembali lagi kepada maksiat tersebut atau berpindah ke maksiat lain, maka dia belum dinamakan taubat nasuha dan dosanya belum diampuni Allah swt.

Kalau seseorang menghentikan suatu kesalahan atau maksiat bukan dengan kesadaran, tetapi dengan terpaksa atau kesempatan berbuat maksiat tidak ada, maka orang tersebut belum dinamakan taubat nasuha, karena dia masih ada rencana kembali lagi. Kalau kondisi dan situasi memungkinkan, umpamanya seseorang meninggalkan maksiat main judi dan minuman keras di Aceh karena situasi dan kondisi tidak mengizinkan, tetapi bila dia pergi ke Medan atau Jakarta, maka dia akan kembali melakukan lagi disana, maka orang tersebut belum melaksanakan taubat nasuha.

Adapun apabila dosa yang dilakukan anak Adam manusia berhubungan dengan manusia seperti pembunuhan, maka selain harus ada tiga syarat taubat tadi harus ditambah dengan syarat yang keempat yaitu minta maaf dan minta dihalalkan oleh anak Adam. Misalnya kita membunuh orang bukan karena hak (qishas), maka baru ampunan dosa tersebut dengan minta maaf kepada ahli waris.

Kalau ahli waris tidak memaafkan, maka harus diberlakukan qishas terhadap pembunuh, artinya dengan memotong leher orang yang membunuh tersebut. Adapun orang yang membunuh sengaja bukan karena membuat kerusakan di muka bumi dan bukan karena qishas, maka dia seakan- akan telah membunuh orang seluruh dunia dan sebaliknya seorang yang menghidupkan satu jiwa, maka ia seperti menghidupkan manusia seluruh dunia. Dalam hal ini Allah berfirman Artinya: Bahwasanya seorang yang membunuh suatu jiwa bukan kerena qishas atau bukan karena berbuat kerusakan di muka bumi, maka orang tersebut telah membunuh sekalian manusia di seluruh dunia dan barang siapa yang menghidupkan satu jiwa maka seperti menghidupkan seluruh dunia di segi pahalanya. (QS Al- Maidah: 32)

Begitu juga kalau dosa kita karena mencuri hak orang, maka selain syarat yang tiga, di tambah lagi syarat yang keempat yaitu minta maaf atau halal terhadap orang yang kita curi hartanya, maka kita harus bayar harta tersebut kalau anak adam itu tidak memaafkanya.

Akhirnya saya mengajak kita semua untuk bertaubat di bulan suci ramadhan ini dari segala kesalahan dan maksiat yang telah kita lakukan, baik sengaja ataupun tidak, baik dosa antara kita dengan Allah taala maupun dosa sesama kita, karena bulan ini adalah bulan minta ampun kepada Allah Swt dan kepada manusia.

Sangat jauh beda kita taubat di bulan ini dengan bulan di luar bulan ramadhan di segi kualitasnya, karena taubat di bulan suci ramadhan menyamai 1.000 kali lipat taubat di luar bulan ramadhan yang mendapat 10 kali lipat saja. Mari kita mempebanyak amalan shalih seperti shalat tarawih, tasbih, istikarah, baca Al-Quran dan lain-lain dalam bulan ramadhan serta kita bertaubat kepada Allah sebagai taubat nasuha. 


(Khatib, Pimpinan Pesantren Babunnajah Banda Aceh)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution