Manfaatkan Ramadhan Bulan Taubat
Bulan Ramadhan merupakan penghulu segala bulan dalam setahun, sebagaimana hari Jumat penghulu segala hari dalam seminggu, karena itu mari kita perbanyak amal salih dalamnya, minta ampun dan taubat kepada Allah swt.
Dalam hadist yang panjang disebutkan, bahwa Allah Swt menyeru hambaNya pada awal Ramdhan dengan tiga seruan yaitu: Pertama, siapa yang mencintai Kami, maka Kami akan mencintainya, Kedua, siapa yang mencari Kami, maka Kami akan mencarinya Ketiga, siapa yang minta ampun kepada Kami, maka kami pasti mengampuninya
Firman
Allah Swt, artinya:
Wahai orang yang beriman bertaubatlah kamu
kepada Allah sebagai taubat yang memberi nasihat kepada kamu (QS
Attahrim: 8)
Ayat
di atas menjelaskan bahwa kita wajib taubat setiap waktu, cuma saja
taubat di bulan ramadhan lebih mudah diterima Allah taala, karena
menghormati bulan mulia ini sama seperti orang mengatakan, bek meupat
di beleun ramadhan. Ini bukan berarti mengupat itu boleh pada bulan
selain ramadhan. Di bulan ramadhan lebih di cegah lagi mengupat,
karena menghormati bulan ramdhan dan dosanya lebih besar dibandingkan
dengan mengupat di luar bulan ramadhan.
Bulan
suci ramadhan adalah bulan rahmah, bulan magfirah dan bulan
itguminanar sebagaimana kata setengah ulama, bulan ramadhan dibagi
kepada tiga bagian yaitu: Pertama,
bagian awal di mulai dari tanggal 1 s.d 10 Ramadhan. Dalam 10 awal
bulan ini penuh dengan rahmat atau kasih sayang Allah kepada hambanya
yang berpuasa.
Kedua,
bahagian kedua dimulai tanggal 11 s.d 20 Ramadhan . Dalam pertengahan
bulan ini penuh dengan pengampunan Allah kepada hambaNya yang puasa.
Ini sesuai dengan sabda Nabi dalam satu hadist: Artinya:
barang siapa yang menghidupkan bulan suci ramadhan karena percaya
mendapat pahala disisi Allah dan karena iklas maka diampuni dosanya
yang telah lalu.
Ketiga,
bagian ketiga dimulai dari 21 s.d 30 Ramadhan. Dalam 10 yang akhir ini,
Allah memerdekakan hambaNya yang berepuasa dari api neraka. Kita mohon
kepada Allah agar kita mendapat pengampunan dari Allah dan dapat
selamat dari api neraka. Allah taala telah menyuruh hambaNya bertaubat. Dalam banyak ayat Al-Quran di antarnya:
Artinya: Dan bertaubatlah kamu kepada Allah sekalian kamu hai orang yang beriman (QS An-Nur: 21)
Artinya: Dan bertaubatlah kamu kepada Allah sekalian kamu hai orang yang beriman (QS An-Nur: 21)
Artinya
: Hai kaumku minta ampunlah kamu kepada Allah kemudian bertaubatlah
kamu kepadanya niscaya Allah akan menurunkan hujan kepadamu yang terus
menerus. (QS Hud: 52). Allah Juga mencintai orang orang yang taubat dan
mencintai orang orang yang suci, firman Allah: Artinya:
Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang taubat dan mencintai
orang orang yang suci (QS Al-Baqarah: 222). Banyak lagi ayat lain yang
memerintah kita bertaubat dan memuji orang orang yang bertaubat.
Rasulullah juga memuji orang-orang yang bertaubat setelah melakukan kesalahan dengan sabdanya: Artinya: Tiap tiap anak Adam mempunyai kesalahan dan sebik-baik orang yang salah itu yaitu orang yang mau bertaubat. Taubat menurut bahasa adalah menyesal atas kesalahan yang telah kita lakukan. Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw berkata: Artiya: Taubat itu menyesal.
Pengertian
taubat menurut syariat Islam ialah yaitu menyesal atas segala maksiat
dan dosa-dosa yang telah kita lakukan dan kembali kepada Allah serta
minta ampun kepadaNya. Kalau ada orang orang yang berbuat salah kemudian
dia tidak mau bertaubat, maka dia telah menganiaya dirinya sendiri. Hal
ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran
Artinya: Barang siapa yang tidak bertaubat kepada Allah, maka orang orang itu diangap telah menganiaya dirinya sendiri. (QS Al-Hujarat: 11)
Artinya: Barang siapa yang tidak bertaubat kepada Allah, maka orang orang itu diangap telah menganiaya dirinya sendiri. (QS Al-Hujarat: 11)
Kemudian,
Allah taala dalam Al-Quran menyuruh kita taubat kepadaNya dengan
taubatan nasuha, artinya taubat yang murni. Para ulama telah membuat
syarat untuk sah taubat seseorang dan diangap telah termasuk dalam
taubat nasuha dengan tiga syarat: kalau kesalahan yang kita lakukan itu
berhubungan dengan Allah dan hambaNya tetapi kalau taubat itu
berhubungan dengan manusia, maka syarat sah taubat itu bertambah satu
lagi menjadi empat syarat.
Adapun
syarat taubat nasuha, apabila kesalahan yang dilakukan anak Adam itu
berhubungan dengan Allah, contohnya seperti kita meningalkan salat,
tidak berpuasa di bulan ramadhan dan lain-lain yang berhubungan dengan
Allah taala, maka yang pertama berhenti dari melakukan kesalahan
tersebut dengan segera, jangan menunda-nunda, dan berhenti dari maksiat
tersebut.
Contohnya
seseorang sering minum minuman keras, maka harus segera meniinggalkan
minuman keras dan judi tersebut, seperti hal yang di lakukan oleh
sahabat Nabi, sebagian mareka senang mabuk-mabukan dan berjudi, maka
manakala turun ayat: Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman sesunguhnya arak judi dan berkorban
untuk berhala dan mengundi nasib anak panah adalah perbuatan yang
paling keji dan termasuk perbuatan syaitan maka jahuilah perbuatan
tersebut agar kamu mendapat kemenanagan (QS Al-Maidah 90)
Maka
para sahabat itu langsung berhenti dan meningalkan minum arak dan judi.
Ini namanya taubat nasuha, bukan seperti kita sudah dijelaskan bahwa
itu haram masih menunda-nunda. Rasulullah memberi alamat kepada orang
yang menunda-nunda taubat dengan mengatakan Artiya: Binasalah orang yang mengatakan saufa atubu (saya akan bertaubat)
Syarat
kedua, taubat nasuha adalah menyesal atas segala kesalahan dan maksiat
yang telah kita lakukan. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, taubat itu
dalah penyesalan. Kita menyesal tidak shalat, menyesal tidak berzakat
dan sebagainya. Ini sudah ada syarat dari taubat nasuha. Adapun ketiga,
syarat taubat nasuha rencana tidak kembali lagi kepada kesalahan dan
maksiat yang telah kita lakukan dan dan rencana tidak berpindah maksiat
yang lain yang belum pernah kita lakukan. Adapun seseorang yang berhenti
dan masih berencana kembali lagi kepada maksiat tersebut atau
berpindah ke maksiat lain, maka dia belum dinamakan taubat nasuha dan
dosanya belum diampuni Allah swt.
Kalau
seseorang menghentikan suatu kesalahan atau maksiat bukan dengan
kesadaran, tetapi dengan terpaksa atau kesempatan berbuat maksiat tidak
ada, maka orang tersebut belum dinamakan taubat nasuha, karena dia
masih ada rencana kembali lagi. Kalau kondisi dan situasi memungkinkan,
umpamanya seseorang meninggalkan maksiat main judi dan minuman keras
di Aceh karena situasi dan kondisi tidak mengizinkan, tetapi bila dia
pergi ke Medan atau Jakarta, maka dia akan kembali melakukan lagi
disana, maka orang tersebut belum melaksanakan taubat nasuha.
Adapun
apabila dosa yang dilakukan anak Adam manusia berhubungan dengan
manusia seperti pembunuhan, maka selain harus ada tiga syarat taubat
tadi harus ditambah dengan syarat yang keempat yaitu minta maaf dan
minta dihalalkan oleh anak Adam. Misalnya kita membunuh orang bukan
karena hak (qishas), maka baru ampunan dosa tersebut dengan minta maaf
kepada ahli waris.
Kalau
ahli waris tidak memaafkan, maka harus diberlakukan qishas terhadap
pembunuh, artinya dengan memotong leher orang yang membunuh tersebut.
Adapun orang yang membunuh sengaja bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi dan bukan karena qishas, maka dia seakan- akan telah
membunuh orang seluruh dunia dan sebaliknya seorang yang menghidupkan
satu jiwa, maka ia seperti menghidupkan manusia seluruh dunia. Dalam
hal ini Allah berfirman Artinya:
Bahwasanya seorang yang membunuh suatu jiwa bukan kerena qishas atau
bukan karena berbuat kerusakan di muka bumi, maka orang tersebut telah
membunuh sekalian manusia di seluruh dunia dan barang siapa yang
menghidupkan satu jiwa maka seperti menghidupkan seluruh dunia di segi
pahalanya. (QS Al- Maidah: 32)
Begitu
juga kalau dosa kita karena mencuri hak orang, maka selain syarat yang
tiga, di tambah lagi syarat yang keempat yaitu minta maaf atau halal
terhadap orang yang kita curi hartanya, maka kita harus bayar harta
tersebut kalau anak adam itu tidak memaafkanya.
Akhirnya
saya mengajak kita semua untuk bertaubat di bulan suci ramadhan ini
dari segala kesalahan dan maksiat yang telah kita lakukan, baik sengaja
ataupun tidak, baik dosa antara kita dengan Allah taala maupun dosa
sesama kita, karena bulan ini adalah bulan minta ampun kepada Allah Swt
dan kepada manusia.
Sangat
jauh beda kita taubat di bulan ini dengan bulan di luar bulan ramadhan
di segi kualitasnya, karena taubat di bulan suci ramadhan menyamai
1.000 kali lipat taubat di luar bulan ramadhan yang mendapat 10 kali
lipat saja. Mari kita mempebanyak amalan shalih seperti shalat tarawih,
tasbih, istikarah, baca Al-Quran dan lain-lain dalam bulan ramadhan
serta kita bertaubat kepada Allah sebagai taubat nasuha.
(Khatib, Pimpinan Pesantren Babunnajah Banda Aceh)
0 komentar:
Posting Komentar