Tiga Orang Kecewa dan Merugi
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
menaiki mimbar (untuk berkhutbah). Menginjak anak tangga pertama beliau
mengucapkan amin. Begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga.
Seusai shalat Sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan amin?
Beliau lalu menjawab,
“Malaikat Jibril datang dan berkata, ‘Kecewa dan
merugi orang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucap shalawat
atasmu.’ Lalu aku berucap amin.”
“Kemudian malaikat berkata lagi, ‘Kecewa dan merugi orang yang
berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tapi dia tidak sampai
bisa masuk surga.’ Lalu aku mengucapkan amin.”
“Kemudian katanya lagi, ‘Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan
(hidup) pada bulan Ramadhan tapi tidak terampuni dosa-dosanya.’ Lalu aku
mengucapkan amin.” (Riwayat Ahmad)
Melalui Haditsnya di atas Rasulullah hendak menjelaskan kepada kita
tentang orang-orang yang kecewa dan merugi. Menurut beliau, orang yang
kecewa adalah orang yang mendapatkan kesempatan besar lalu mereka tak
memanfaatkannya secara optimal, baik karena ketidaktahuannya
(kebodohannya) atau karena keengganannya (tertipu hawa nafsu) atau
karena keingkarannya.
Peluang pertama, ketika ada orang menyebut nama Muhammad, bagi kita
adalah peluang untuk menyahutnya dengan membaca shalawat. Barangsiapa
yang membaca shalawat saat disebut nama Muhammad, maka pahala dan
syafaat darinya. Sebagaimana sabda Rasulullah.
”Orang yang berilmu pasti tahu bahwa kelak nanti di akhirat
ada suatu masa di mana semua manusia akan mencari syafaat Nabi
Muhammad. Orang yang terbiasa membaca dan memperbanyak shalawat kepada
Rasulullah di masa hidupnya tentu akan mendapat prioritas atas
syafaatnya. Orang yang tidak berilmu tidak memahami hal tersebut sehingga mereka lalai dan tidak melakukannya.”
Salah satu tanda cinta kita kepada Rasulullah adalah sering menyebut
namanya, mendoakannya dengan membaca shalawat, serta meneladaninya.
Kedua, peluang lain yang tak kalah besarnya adalah berbuat baik
kepada orang tua. Orang yang mengetahui dan menggunakan peluang ini akan
memperoleh keberuntungan yang luar biasa, yaitu surga. Siapa yang tidak
ingin hidup dan menikmati segala fasilitas di surga?
Caranya mudah, birrul walidain. Jika sekarang kita masih
hidup bersama orang tua, maka peluang emas itu jangan sia-siakan.
Hindari segala perkataan, perbuatan, maupun sikap yang mengundang marah
kedua orang tua. Jauhi apa yang tidak mereka sukai, tinggalkan semua
yang dibenci. Sebaliknya, mintalah selalu keridhaannya dengan perbuatan
baik, amalan yang makruf, dan sikap yang santun. Hormati mereka,
bantulah mereka, dan jangan pernah berkata “ah”, yang membuat luka
hatinya.
Alangkah naifnya orang yang masih bersanding dengan orang tuanya, tapi tidak mendapatkan keberuntungan berupa surga.
Ketiga, orang rugi besar dan kebangkrutan yang tak ternilai harganya
adalah orang yang diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan tapi
tidak mendapat ampunan dari Allah. Bukankah kita telah mengetahui bahwa
Ramadhan merupakan bulan ampunan?
Saat ini kita berada di bulan Ramadhan. Kesempatan untuk meminta
ampuan Allah sangat terbuka lebar. Tergantung kita, mau memanfaatkan
kesempatan baik atau menyia-nyiakannya. Rasulullah bersabda:
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap
pahala (keridhaan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (Riwayat Bukhari) Suara Hidayatullah
0 komentar:
Posting Komentar