Persaksian Allah Atas Para Sahabat Dalam Surat Al-Fath
Adalah sahabat adalah suatu keniscayaan,
dimana yang menjadi saksi akan kebenaran iman mereka yang mendasari
sifat ‘adalah mereka adalah Allah sendiri Sang Maha Mengetahui isi hati
manusia, tiada saksi yang lebih tsiqah daripada Dzat Yang Menciptakan
alam semesta beserta isinya. Persaksian-Nya telah terukir abadi dalam
lembaran – lembaran mushaf Al-Qur’an.
Diantara begitu banyak persaksian Allah
di dalam Al-Quran terhadap keimanan para sahabat yang mendampingi
rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam adalah terdapat dalam surat
Al-Fath. Surat yang terdiri dari 29 ayat tersebut mengisahkan kemenangan
kaum Muslimin ( perjanjian Hudaibiyah), dimana perjanjian Hudaibiyah
ini adalah pintu bagi kemenangan-kemenangan kaum muslimin berikutnya.
Kita mulai dari ayat 4, Allah Azza wa Jalla berfirman:
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي
قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً
حَكِيماً
Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS Al-Fath : 4)
Orang-orang mukmin yang dimaksud dalam
ayat di atas adalah jelas para sahabat yang mendampingi Nabi shalallahu
‘alaihi wasalam saat itu, yang berjuang bersama beliau menegakkan agama
Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً
Sesungguhnya Allah telah ridha
terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon , maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya) (Al-Fath : 18)
Di dalam shahih Muslim dari Jabir bin
Abdullah diketengahkan tentang jumlah mereka. Jabir berkata,”Pada hari
Hudaibiyah, kami berjumlah seribu empat ratus orang, lalu kami membai’at
beliau shalallahu ‘alaihi wasalam”.
Ibnu Katsir berkata, “Allah memberitakan
keridhaan-Nya terhadap orang-orang Mukmin yang membai’at Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasalam di bawah pohon”.(Tafsir Ibnu Katir, 7/342)
Ini adalah berita dari Allah Azza wa
Jalla bahwa Dia ridha terhadap orang-orang mukmin itu. Hal itu menuntut
penetapan keimanan mereka dan keridhaan-Nya terhadap mereka. Dan bila
Allah ridha terhadap seseorang atau suatu kaum, maka Dia tidak akan
murka terhadap mereka, karena ridha-Nya merupakan bukti terus-menerusnya
mereka di atas keimanan.
Dan Allah mengetahui isi hati mereka dan
memberi mereka ketenangan dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat waktunya, siapa lagi selain Allah yang lebih baik
persaksiannya?
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً
Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Fath:19)
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً
تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنكُمْ
وَلِتَكُونَ آيَةً لِّلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطاً
مُّسْتَقِيماً
Allah menjanjikan kepada kamu harta
rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta
rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari
(membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi
bukti bagi orang-orang mu’min dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan
yang lurus. (QS Al-Fath : 20)
Yang dimaksud harta rampasan yang
disegerakan tersebut adalah penaklukan khaibar dimana kaum muslimin
mendapatkan harta rampasan perang yang banyak dan tentunya harta
rampasan yang banyak lainnya dari penaklukkan negeri-negeri yang lain
yang sebelumnya belum pernah dikuasai, sebagaimana diberitakan dalam
ayat selanjutnya berikut ini.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيراً
Dan (telah menjanjikan pula
kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum
dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya . Dan adalah
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Fath : 21)
Ini adalah berita dan janji Allah bahwa
kaum mukminin akan menaklukkan dan menguasai negeri-negeri yang lain,
dimana janji Allah ini terpenuhi dimulai pada masa Abu Bakar dan Umar
radhiyallahu ‘anhuma dimana dua Negara adi daya pada masa itu yaitu
Rumawi dan Persia ditaklukkan oleh kaum muslimin. Pada masa Umar, kaum
muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan) yang amat banyak sekali
dari penaklukkan Romawi dan Persia, dan semuanya dipergunakan di jalan
Allah. kemudian perluasan wilayah yang dikuasai kaum muslimin terus
bertambah pada masa khalifah selanjutnya. Hal ini adalah sebaik-baik
bukti keabsahan kekhalifahan mereka.
Allah Azza wa Jalla :
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي
قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ اللَّهُ
سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ
كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
Ketika orang-orang kafir menanamkan
dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah
menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min
dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka
berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Fath : 26)
Allah menurunkan ketenangan kepada
Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin dan Allah mewajibkan kepada
mereka kalimat takwa (Tauhid).
Sebagai penutup dari surat ini Allah berfirman :
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ
فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Fath : 29)
Adakah persaksian yang melebihi kesaksian
Allah mengenai keimanan dan kelurusan aqidah para sahabat? Apakah
kemudian jika kita mengakui keadilan para sahabat dalam menyampaikan
agama ke generasi berikutnya berdasarkan persaksian Allah atas kebenaran
iman mereka adalah sesuatu yang tidak masuk akal atau sesuatu yang
dipaksakan? Padahal ayat-ayat di atas adalah baru sebagian persaksian
dari Allah mengenai mereka. Gunakanlah akal sehatmu wahai orang-orang
yang mengaku mempunyai akal.
Apakah hanya karena kesalahan yang
dilakukan oleh segelintir dari mereka (jika itu memang benar suatu
kesalahan) kemudian kita batalkan dan hapuskan begitu saja sifat ‘udul
mereka dalam menyampaikan agama? padahal Allah berfirman :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ
تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي
الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم
مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi
janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya
sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan
mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa
yang kamu sukai . Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan
diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah
memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (Ali Imran : 152)
Perhatikan, walaupun sebagian sahabat pada
waktu itu (perang Uhud) telah melakukan kesalahan, tetapi Allah tidak
membatalkan keimanan mereka dan tetap menyebut mereka sebagai kaum
mukminin dan Allah mema’afkan mereka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan para sahabat tidaklah
membatalkan atau menafikkan keimanan mereka yang mendasari ‘adalah
mereka. Maka sungguh suatu kesalahan pemahaman yang fatal jika ada orang
yang membenturkan sifat ‘adalah dengan kema’shuman dan mencoba menolak
‘adalah sahabat hanya karena kekeliruan yang dilakukan oleh sahabat yang
sememangnya mereka tidaklah ma’shum.
Wassalam.
by alfanarku
0 komentar:
Posting Komentar