Hati-hatilah Dengan Prasangka
“Hati-hatilah dengan prasangka
karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar palsu; jangan
mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang lain; jangan saling mencemburui (iri) satu sama lain; dan jangan memutuskan hubungan satu sama lain; jangan saling membenci satu sama lain dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Bukhori)
Kedamaian dalam hidup
adalah impian setiap orang. Banyak hal dilakukan agar orang bisa
mendapatkan kedamaian. Misalnya bekerja keras untuk memenuhi kehidupan
keluarga, menabung, berbuat baik, tidak mengganggu sesama, belajar dan
menjaga kesehatan adalah contoh-contoh bagaimana kita berupaya agar
bisa hidup damai. Sebab kedamaian tidak datang dengan sendirinya,
tetapi harus diusahakan.
Berbagai cara
juga dilakukan agar kedamaian tidak rusak. Dalam masyarakat terdapat
pandangan bahwa membicarakan aib orang lain di muka umum tidak
bijaksana. Ajaran untuk tidak memfitnah, tidak bersikap kasar dan
porno, ajaran untuk tidak menggunakan barang orang lain tanpa ijin, dan
tidak melanggar kesepakatan-kesepakatan yang diputuskan bersama adalah
contoh yang umum di masyarakat agar kedamaian tidak rusak.
Namun dalam kehidupan sering
terjadi peristiwa yang di luar kebiasaan. Misalnya ada pendatang baru,
yang mempunyai kebiasaan hidup berbeda. Adakalanya kita tidak mudah
menerima sesuatu yang berbeda dengan kita. Sulit menerima kenyataan
orang lain yang berbeda dapat menyebabkan munculnya pikiran-pikiran
bahkan tindakan kita yang tidak baik. Jelas hal ini merusak rasa damai dalam batin dan jiwa kita.
Persoalan
yang membuat kita sulit menerima hal baru yang mungkin berbeda dengan
kita itu adalah prasangka atau anggapan-anggapan yang barangkali keliru
atau tidak seutuhnya benar. Dalam hal ini untuk mengupayakan hidup
damai, kita perlu selalu menjernihkan pikiran agar berdampak pada
ketenangan batin dan jiwa.
Hal
pertama untuk menjernihkan pikiran adalah percaya dan yakin bahwa pada
dasarnya semua orang baik, menyukai kebaikan dan cenderung pada
kebaikan. Bila ada sesuatu yang tidak mengenakan pada seseorang,
barangkali hal itu datang dari luar dirinya, atau ada sebab-sebab
tertentu yang mendorong seseorang berbuat tidak menyenangkan. Bahkan
tidak menutup kemungkinan itu dilakukan di luar kehendak hatinya.
Misalnya ada remaja yang senang mengganggu atau membuat keributan,
belum tentu remaja yang bersangkutan bahagia. Mungkin selama ini dia
kurang mendapat perhatian, selalu diejek atau disalahkan dan kurang
diwongke. Remaja ini tidak puas dengan dirinya dan juga orang-orang di
sekitarnya, kemudian ia ingin melampiaskan sesuatu. Alangkah indahnya
bila kita sudi membantu remaja-remaja seperti ini keluar dari
persoalannya dan bukan menambah beban batinnya. Mengingat kedamaian pada
orang lain akan berdampak memunculkan kedamaian dalam diri kita.
Percaya
dan yakin bahwa pada dasarnya semua orang baik akan membantu kita
jernih dari prasangka atau anggapan-anggapan yang kurang tepat tentang
orang lain. Jernih dari prasangka dan jernih dari anggapan-anggapan yang
tidak benar berarti kita terbebas dari kekeruhan, keruwetan dan
kesumpegan dalam pikiran dan batin. Hidup menjadi lebih ringan dan
melegakan.
Salah
satu prasangka yang cukup kuat berkembang dalam masyarakat misalnya
prasangka bahwa semua orang beragama hendak menjadikan orang lain
sebagai pengikutnya meskipun yang bersangkutan sudah beragama.
Prasangka
tersebut biasanya berkembang menjadi kecurigaan sehingga menimbulkan
sikap-sikap yang tidak santai, membatasi pergaulan dengannya dan
mewaspadai gerak-gerik dan pendapatnya yang sesungguhnya cukup
merepotkan.
Barangkali benar pada masa
lalu banyak misionaris yang tugasnya adalah menjadikan pemeluk agama
lain sebagai pengikutnya sebanyak mungkin. Barangkali juga masih ada
segelintir orang yang sampai saat ini berambisi seperti misionaris.
Tetapi
di sini perlu diketahui bahwa kebebasan dalam memilih dan menjalankan
agama sesuai yang dianut merupakan hak asasi manusia.
Dengan
demikian, sikap memperlakukan setiap pemeluk agama tertentu
seolah-olah mereka hendak menjadikan kita sebagai pengikut mereka,
sungguh suatu tindakan yang tidak adil, merepotkan kita sendiri dan
bisa memunculkan rasa tidak enak yang mengganggu keselarasan hidup
bersama. Justru dengan adanya komunikasi yang baik akan menghindarkan
kita dari prasangka dan anggapan-anggapan buruk yang menyesatkan. Dengan
komunikasi yang baik ini terjadi saling pengertian serta saling menjaga keharmonisan hidup bersama.
Contoh
lain tentang perlunya kita membebaskan diri dari anggapan-anggapan yang
tidak benar adalah berkaitan dengan perbedaan suku. Di kalangan
masyarakat sering muncul anggapan bahwa orang Cina atau orang Minang itu pelit dan kurang membaur dalam masyarakat.
Padahal
bila kita bisa berteman dan berkomunikasi dengan baik, kita akan paham
bahwa setiap perantau, tidak hanya suku Cina dan Minang harus hidup
hemat, bekerja keras dan disiplin, agar mereka bisa bertahan hidup atau
berhasil di tempat mereka merantau. Karena itu kesan yang timbul
adalah mereka pelit dan kurang bermasyarakat, padahal kepribadian yang
demikian itu terbangun dari sejarah mereka dalam memperjuangkan hidup.
Sampai
di sini layak kita sadari bahwa hidup yang damai harus senantiasa kita
usahakan dari hal-hal kecil dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita juga
tidak bisa berharap kedamaian akan langgeng dengan sendirinya bila
kita tidak menjaga dari hal-hal yang merusaknya.
“Hati-hatilah
dengan prasangka karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar
palsu; jangan mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang lain; jangan
saling mencemburui (iri) satu sama lain; dan jangan memutuskan hubungan
satu sama lain; jangan saling membenci satu sama lain dan jadilah
kalian hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Bukhori)
0 komentar:
Posting Komentar