Kenalilah Siapa Dia : Tips Memilih Teman Akrab
"Satu Sahabat lebih baik dari pada seribu teman yang mementingkan dirinya sendiri"
Wahai saudariku Dalam melewati lorong waktu hidupmu, menyusuri
jalan yang penuh liku dan tipu daya, tak sedikit pula duri tajam dan
bukit terjal yang siap meluluhlantakkan semangat mencari kebenaran ilahi. Tentunya ini tidak mudah engkau lalui
sendiri; engkau butuh seorang teman. Bersamanya engkau bisa saling
membantu, bahu-membahu menuju akhir perjalanan hidupmu. Namun tidak
berhenti sampai di sini.
Mengapa? Teman itu layaknya cermin, jika engkau ingin mengetahui dirimu,
lihatlah dengan siapa engkau berteman. Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda,
“Seorang mukmin merupakan cerminan saudaranya yang mukmin.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, no. 239; Abu Dawud, no.4918 [Ash-Shahihah, no. 926])
Memilih teman bukanlah perkara remeh, Islam memerintahkan kita untuk
memilih siapa yang menjadi teman kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam bersabda,
“Seseorang itu berada pada agama teman karibnya, maka hendaklah
salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman
karibnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
Ketahuilah bahwa tidak semua orang layak dijadikan teman karib.
Karena itu, orang yang dijadikan teman karib harus memiliki sifat-sifat
yang memang menunjang persahabatan:
1. Berakidah lurus dan bermanhaj ahlus sunnah wal jama’ah
Ini menjadi syarat mutlak memilih teman karib. Kita semua tahu kisah kematian Abu Thalib, paman Rasulullah ‘alaihish shalatu was salam. Dalam keadaan terbaring menghadapi kematiannya, ada tiga orang yang menyertainya, mereka adalah Rasulullah ‘alaihish shalatu was salam, Abu Jahl, dan Abdullah bin Abi Umayyah. Dua orang terakhir itu adalah tokoh kafir Quraisy. Rasulullah mengatakan, “Paman, katakan ‘laa ilaha illa llah‘! Satu kalimat yang akan aku jadikan bahan pembelaan bagimu di hadapan Allah.” Sedangkan dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?” Tanpa henti Rasul ‘alahi shalatu wa salam menawarkan kalimat itu, namun dua tokoh kafir pun terus mempengaruhi. Sampai akhirnya Abu Thalib enggan mengucap laa ilaha illallah
dan tetap memilih agama Abdul Muthalib. Ia pun mati dalam kekufuran.
(Lihat hadits riwayat Al-Bukhari, no.1360; Muslim, no.131; An-Nasai, no.
2034) Cobalah lihat buruknya pengaruh orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah membenarkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hatinya.
2. Orang yang berakal
Karena akal/kepandaian merupakan modal yang utama. Tidak ada kebaikan
bergaul dekat dengan orang bodoh, karena bisa saja dia hendak
memberikan manfaat kepadamu tapi justru memberi madharat. Yang dimaksud
“orang berakal” dalam konteks ini adalah orang yang mengetahui segala
urusan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Manfaat bisa diambil dari
dirinya atau dari pemahaman yang diberikannya.
3. Baik akhlaknya
Ini merupakan keharusan sebab berapa banyak orang berakal yang
dirinya lebih banyak dikuasai amarah dan nafsu, lalu dia tunduk padanya
sehingga tidak ada manfaat bergaul dengannya.
4. Bukan orang fasik
Orang fasik tidak pernah merasa takut kepada Allah. Orang yang tak
takut kepada Allah tentu sulit dipercaya. Selain itu, sewaktu-waktu
orang lain tidak aman dari tipu dayanya.
5. Bukan ahli bid’ah
Persahabatan dengannya harus dihindari karena bid’ah yang dilakukannya.
6. Taat beribadah dan menjauhi perbuatan maksiat
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di waktu pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhoannya.” (QS. Al-Kahfi : 28)
7. Banyak ilmu atau dapat berbagi ilmu dengannya
Berteman dekat dengan orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi pengaruh positif yang besar pada diri seseorang.
8. Tidak rakus dunia
Itulah sebagian sifat-sifat teman karib yang harus engkau perhatikan.
Jangan sampai dirimu salah memilih sehingga engkau menyesal di dunia
atau pun di akhirat.
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf : 67)
Rujukan:
- Al-Quran Al-Karim.
- Mukhtashar Minhajul Qashidin (edisi terjemahan), karya Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisi.
- http://almanhaj.or.id/content/3480/slash/0/teman-bergaul-cerminan-diri-anda/
0 komentar:
Posting Komentar