Semua orang pernah salah. Tidak ada orang
yang tidak pernah berbuat salah. Selagi masih disebut manusia, disengaja
atau tidak, kecil atau pun besar pastilah pernah melakukan kesalahan.
Jangankan manusia biasa, para Nabi yang manusia pilihan saja bisa dan
pernah berbuat salah.
Nabi Adam AS.
pernah berbuat salah dengan memakan buah dari pohon terlarang di surga.
Padahal Allah sudah melarangnya, ‘’jangan kau dekati pohon ini’’. Dan
atas kesalahanya, Nabi Adam beserta Hawa, istrinya dikeluarkan dari
surga dan diturunkan ke bumi.
Nabi
Yunus AS. juga pernah melakukan kesalahan, karena tidak tahan atas sikap
dan kelakuan umatnya, dengan hati yang jengkel dan marah beliau pergi
meninggalkan umatnya. Padahal Allah tidak memerintahkan beliau untuk
pergi.
Begitupun sang Nabi pamungkas Muhammad SAW,
pernah juga berlaku khilaf. Waktu itu beliau sedang menerima tamu orang
orang terpandang, saat sedang memberi penjelasan tentang hakikat Islam
dengan harapan mereka sudi beriman dan masuk Islam, mendadak laki-laki
buta yang dikenal dengan nama Abdullah bin Ummi Maktum datang menyela
serta meminta kepada sang Nabi untuk dijelaskan tentang Islam. Hal itu
membuat beliau sedikit kurang berkenan dan nampak muka beliau masam.
Maka turunlah surah Abasa sebagai teguran dari Allah.
Nah,
jika para nabi yang merupakan manusia pinilih saja bisa salah atau
khilaf, namun tentunya jika para Nabi melakukan kesalahan akan langsung
ditegur Allah. Dan yang pasti kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan
para Nabi tidak sampai menjadi aib yang menurunkan derajat nubuwwahnya,
terlebih manusia biasa, tentu akan lebih banyak peluang untuk melakukan
kesalahan.
Dan manusia baik itu memang
bukan manusia yang tidak pernah punya salah, karena tidak ada manusia
yang tidak pernah punya salah. Manusia yang baik adalah manusia yang
menyadari bahwa ia bisa dan atau pernah berbuat salah lalu bertaubat
meminta ampun atas kesalahanya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah,
‘’Semua anak Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya orang
yang berbuat salah adalah yang bertaubat’’ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Hakim).
Oleh karena manusia tidak akan luput dari
kesalahan, tidak akan terhindar dari perbuatan dosa, maka bertaubat
merupakan suatu kewajiban. Memohon ampun kepada Allah adalah sebuah
keniscayaan. Allah berfirman, ‘’Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung’’ (An Nur:
31).
Terbukanya pintu hidayah
masing-masing orang itu tidak sama waktunya. Bersyukurlah jika sejak
awal kehidupan pintu hidayah sudah terbuka. Cahaya Islam telah menyinari
kehidupan. Namun bagi yang sekian lama bergelimang dalam maksiat dan
dosa, tidak perlu berkecil hati apalagi berputus asa. Allah Maha
Pengampun. Pintu taubat senantiasa terbuka bagi hamba-hambaNya yang
menyadari dan menyesali kesalahanya serta serius ingin menapaki jalan
yang lurus.
Sebesar apapun dosa yang dilakukan selagi seorang hamba
sungguh-sungguh mau bertaubat niscaya Allah akan mengampuninya. Allah
berfirman: Katakanlah, ‘’Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi maha Penyayang.’’ (Az-Zumar: 53)
Dan
yang sejak dini sudah mendapat hidayah Islam, berjalan di atas jalan
yang lurus, sudah beramal sholeh hendaknya tidak boleh lengah, apalagi
merasa aman dari dosa dan merasa diri paling suci sehingga melupakan dan
meninggalkan pertaubatan.
Rasa takut
serta khawatir akan nasibnya kelak di akhirat, bagaimana
mempertanggung-jawabkan hidupnya di hadapan Allah harus senantiasa ada
dalam diri seorang muslim. Sehingga hal yang demikian akan menjadikan
dirinya berhati-hati dan senantiasa bertaubat kepada Allah.
Bukankah
Rasulullah Muhammad SAW. manusia paling suci dan sempurna serta sudah
terampuni segala dosanya yang lalu dan yang akan datang, namun beliau
masih saja bertaubat kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan beliau
bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari, ‘’Wahai manusia
bertaubatlah kepada Allah dan mohon ampun pada-Nya, sesungguhnya aku
bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.’’ (HR. Muslim). Sedang
riwayat dari Aisyah RA. menyebutkan sholat malam beliau sampai kedua
kakinya bengkak.
Wallahu ‘alam.
(dakwatuna.com/hdn)
0 komentar:
Posting Komentar