Kisah Ujian Istri yang Sabar
Allah Yang Maha Mulia, Maha Halus dan Maha Penyayang pada
hamba-hamba-Nya yang selalu bersabar atas takdir, terutama takdir yang
tidak berkenan yang menimpanya, tidak mencela akan tetapi ridha dengan
mengharap pahalanya dari-Nya. Kepada mereka Allah nyatakan “Sesungguhnya
Allah selalu menyertai orang-orang yang bersabar”.
Berikut ini ada sebuah kisah yang sangat mengharukan mengenai seorang
istri yang sabar atas segala ujian yang menimpanya selama 15 tahun,
kemudian atas kesabarannya tersebut, Allah memberi rizki dan kasih
sayangnya yang tak terkira. Kisah ini adalah kisah nyata yang saya
terjemahkan dari buku Qishasasu Muatsirat Lilfatayat karya Ahmad salim
Badwilan. Kisah ini terjadi di Timur Tengah akan tetapi tidak disebutkan
lokasi tepatnya. Saya hadiahkan terjemahan ini kepada seluruh istri
mukminah yang sabar.
Tatkala malam-malam pengantin menjadi mimpi bagi para pemuda yang
tengah memuncak birahinya, tatkala pernikahan hanya menjadi puncak
tujuan untuk menyalurkan apa yang diinginkan oleh para pemuda, bahkan
sebagian pemuda yang sedang ‘kepanasan’ mencari penyaluran dengan
berbagai upaya. Berlari mencari tempat pelampiasan hawa nafsunya,
sampaipun melakukannya diluar kaedah-kaedah dinul Islam. Entah itu
dengan menggapai kesenangan yang haram, asyik khalwat bertelpon, kholwat
ditempat sunyi atau via internet.
Namun disana, ada seorang akhwat yang sangat menjaga diri yang tidak
pernah sekalipun melihat laki-laki sepanjang hidupnya kecuali mahramnya.
Dia adalah akhwat yang hari ini hampir mustahil bisa menikah tanpa
melalui proses pacaran yang lazim dilakukan para calon pasangan masa
kini. Ini merupakan nikmat dan Allah akan memberikan rizki baginya
seorang laki-laki shalih yang akan mengokohkan agamanya sepanjang usia.
Disinilah kisah itu bermula….
Seorang akhwat muslimah yang sangat menjaga diri, menutup
wajahnya, berpegang teguh pada agamanya dan mulia akhlaknya. Kemudian
Allah dengan pemeliharaan-Nya serta takdir-Nya memberinya rizki seorang
suami muslim tanpa sedikitpun membuka penutup wajah, tangan dan
bagian-bagian tubuh lainnya tidak sebagaimana yang lazim dilakukan para
pemudi hari ini. Para pemudi hari ini sebagian mereka akan bersepi-sepi
berpacaran, berbicara dengan suara keras, tersenyum dan tertawa
dihadapan para lelaki tanpa malu hanya untuk memperoleh jodoh.
Maka, tibalah waktu malam pengantin bersama tuntunan Islam yang
indah. Kedua pengantin bergegas memasuki kediamannya. Sang istri lalu
menyiapkan hidangan pembuka dan berkumpul mesra diruang makan.
Tiba-tiba, keduanya mendengar suara ketukan pintu. Sang suami menghentak dan berkata gusar, “Siapa tamu yang mengganggu ini?”
Berdirilah istri menuju pintu lalu bertanya dari balik pintu, “Siapa?”.
Terdengar jawaban, “Saya adalah pengemis yang meminta sedikit makanan”.
Si istri kemudian menyampaikan kepada suaminya, “Dia pengemis meminta sedikit makanan”.
Marah si suami sembari berkata, “Hanya gara-gara pengemis ini
istirahat kita terganggu apalagi kita sedang menikmati malam pertama?”.
Si suami bergegas keluar dan langsung menghantam pengemis itu secara
bertubi-tubi. Sesat kemudian, terdengar rintihan dan ringisan.
Si pengemis berlalu membawa rasa lapar dan luka yang memenuhi ruh, jasad dan kehormatannya.
Si suami kembali menemui istrinya di dalam kamar pengantin dengan hati yang penuh emosi karena gangguan yang terjadi barusan.
Sejurus kemudian, si suami terkena sesuatu menyerupai penyakit
kesurupan, lalu dia merasa dunia menyempit dan menghimpitnya dengan
keras. Lalu dia berlari keluar rumah dengan menjerit, meninggalkan
istrinya yang ketakutan, namun itulah kehendak Allah.
Sang istri bersabar dan mengharapkan pahalanya di sisi Allah ta’ala, tak terasa lima belas tahun telah berlalu.
Setelah lima belas tahun dari peristiwa itu, seorang muslim datang meminangnya, dia menerima dan berlangsunglah pernikahan.
Pada malam pertama, suami istri tersebut berkumpul didepan hidangan
pembuka yang telah disajikan. Tiba-tiba keduanya mendengar suara ketukan
pintu. Berkata suami kepada istrinya, “Pergilah bukakan pintu”.
Si istri menuju pintu dan bertanya, “Siapa?”.
“Pengemis meminta sesuap nasi”, kata tamu tersebut.
Si istri menemui suaminya yang langsung menanyakan siapa tamu. Si istri berkata, “Pengemis meminta sesuap nasi”.
Maka si suami berkata, “Panggil dia kemari dan siapkan seluruh
makanan ini diruang tamu lalu persilahkan dia makan sampai kenyang”.
Si istri bergegas menyiapkan hidangan, membukakan pintu lalu mempersilahkan pengemis itu untuk makan.
Si istri kembali menemui suaminya dengan menangis. Suaminya bertanya,
“Ada apa denganmu?, Kenapa kamu menangis?, Apa yang terjadi?, Apakah
pengemis itu menghinamu?”
Si istri menjawab dengan linangan air mata yang memenuhi matanya, “Tidak”.
“Dia mengganggumu?”, tanya suami.
“Tidak”, jawabnya.
“Dia menyakitimu?”, tanya suami.
“Tidak”, jawabnya.
“Lalu kenapa engkau menangis?”, tanya suami.
Si istri berkata, “Pengemis yang duduk di ruang tamumu dan menyantap
hidanganmu adalah mantan suamiku lima belas tahun yang lalu. Pada malam
penganti itu, ada pengemis datang dan suamiku memukulinya dengan keras.
Setelah itu mantan suamiku kembali menemuiku dengan dada yang sempit.
Aku menyangkanya dia terkena jin atau kesurupan. Dia lari meninggalkan
rumah tanpa ada kabar sampai malam ini….Ternyata dia menjadi pengemis.”
Si suami tiba-tiba menangis….
Istrinya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
“Taukah kamu siapa pengemis yang dipukul oleh mantan suamimu dulu?”, kata suami.
“Siapa dia?”, tanya sang istri.
“Sesungguhnya pengemis itu, aku….”, suaminya menjelaskan.
Maha Suci Allah yang Maha Perkasa Maha Membalaskan, yang telah
membalas seorang hamba-Nya yang faqir lagi miskin, yang datang dengan
menundukkan kepalanya mengemis kepada manusia demi sesuap nasi untuk
mengganjal rasa lapar dan dahaga. Rasa itu telah berlipat sakitnya
dengan luka penzhaliman pada diri dan kehormatannya.
Sesungguhnya Allah tidak meridhai kelaliman, maka Allah menurunkan
hukuman bagi siapa saja yang menghinakan hamba yang terzhalimi. Cukuplah
bagi dia untuk bersabar atas ujian yang menimpa sampai Allah memberinya
rizki yang berlimpah dan mengkayakannya dihadapan manusia. Kemudian
Allah ganti menguji kepada lelaki yang zhalim, maka Allah mencabut
seluruh kekayaannya dan jadilah dia pengemis nestapa.
Maha Suci Allah Yang Maha Mulia, yang telah memberi rizki seorang ibu
mukminah yang selalu bersabar atas ujian Allah – selama lima belas
tahun -, maka Allah menggantinya dengan suami yang jauh lebih baik dari
pada mantan suaminya dulu.
Semoga menguatkan kesabaran, keyakinan akan janji kasih sayang dari Yang Maha Penyanyang.
Ambil sebuah hikmah dari sebuah pengalaman…….
semoga bermanfa’at
0 komentar:
Posting Komentar