Empat Kondisi Hati
Jujur adalah satu sifat dan sikap yang sudah akrab di telinga kita. Kejujuran merupakan kekayaan tak terkira bagi pemiliknya. Ia ibarat perisai karena dapat mengadang tuduhan kejam dan menolak fitnahan keji.
Dengan kejujuran, orang lain akan menghormati pemiliknya. Tidak jarang, kejujuran juga dapat mendatangkan rezeki yang tidak diangka-sangka serta menjadikan orang lain percaya terhadap yang dikatakannya.
Namun kini, kejujuran telah menjadi barang langka. Ia seperti uang recehan di jalanan, tidak berarti dan tidak memiliki nilai lagi. Kejujuran yang pernah dimiliki banyak orang telah ditinggalkan karena dianggap asing dan terpinggirkan.
Kebohongan telah merajalela karena ia dianggap memudahkan urusan dan mempercepat tujuan. Akibatnya, para pelajar dan remaja, misalnya, tidak sungkan-sungkan melakukan kecurangan. Seperti yang diberitakan berbagai media tentang apa yang mereka lakukan saat ujian nasional.
Penyakit semacam ini telah menyerang banyak pihak, baik kalangan bawah, komunitas menengah, bahkan kelas atas. Masih ingat dalam pikiran, kasus-kasus korupsi yang beredar dalam media massa dan menyebar di seantero wilayah. Allah berfirman, "Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambahkan penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena dia berdusta." (QS al-Baqarah [2]: 10).
Dalam satu hadis dari Abu Sa'id Al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda, "Hati itu memiliki empat kondisi, yaitu hati yang bersih dari sifat khianat dan tipu daya. Ia laksana lampu yang bersinar (inilah hati orang Mukmin). Hati yang tertutup dari kebenaran (hati orang kafir), hati orang yang terbalik (hati orang-orang munafik yang mengetahui kebenaran, tetapi mengingkarinya), dan hati yang memiliki dua wajah (keimanan dan kemunafikan)." (HR Ahmad).
Orang jujur memiliki hati yang bersih dari sifat khianat dan tipu daya, sementara seorang pendusta tidak memiliki hati yang dimiliki orang jujur itu. Dan, sebab hati bersih yang dimiliki nabi ini pula, orang-orang Arab Quraisy telah memberi honoris causa kepada Muhammad dengan gelar al-Amiin (orang terpercaya) sebelum ia dinobatkan sebagai nabi dan rasul.
Hadis lain menegaskan, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Mukmin jika melakukan dosa maka dosa itu akan menjadi noda hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, maka (hatinya) akan bersih kembali. Sedangkan, jika ia mengulanginya maka hatinya akan semakin hitam. Itulah 'rana' yang dimaksudkan dalam firman Allah, kalla bal rana 'ala qullubihim ma kanu yaksibun." (HR Ahmad, Tirmizi, dan al-Hakim).
Kejujuran akan mendatangkan cahaya terang yang menyinari jalan kehidupan. Sementara, kedustaan hanya akan mendatangkan kegelapan dan pada akhirnya menjadikan hidup semakin sulit dan tidak berkah meski hal ini jadi bahan pembicaraan banyak pihak.
Oleh karena itu, kejujuran hendaknya dijadikan sebagai fondasi hidup kita. Kejujuran harus dijadikan pakaian sehari-hari oleh setiap lapisan masyarakat. Jika kejujuran terwujud maka kesejahteraan pun akan mengikutinya.
Wallahu a'lam.
Oleh: Faris Al Mushthafa
0 komentar:
Posting Komentar