Arti Ucapan minal aidin wal faizin dan taqabbalallahu minna wa minkum Lebaran
Terucap kata "taqabbalallahu minna wa minkum", "minal aidin wal faizin", "kullu 'am wa antum bikhair",
serta tahni'ah lainnya yang diikuti kalimat mohon maaf lahir batin.
Sebenarnya, bagaimana syariatnya ucapan-ucapan hari raya tersebut?
Beberapa kalangan ulama berpendapat, di hari raya sangat dianjurkan
mengucapkan kalimat tahni'ah. Bahkan diantara mereka memandang wajib
jika tidak melakukannya bisa memicu perpecahan diantara umat Islam.
Syaikh Asy-Syabibi mengatakan,
Syaikh Asy-Syabibi mengatakan,
"Bahkan, wajib mengucapkan ucapan selamat ketika hari raya, jika tidak mengucapkan kalimat ini bisa menyebabkan permusuhan dan terputusnya hubungan sesama," jelasnya seperti diterangkan dalam Al-Fawakih Ad-Dawani (3:244).
Namun, ada juga kalangan ulama yang hanya sebatas membolehkannya. Seperti pendapat Ibnu Taimiyah yang menilai ucapan tahni'ah di hari raya sama dengan ucapan-ucapan selamat di hari biasa. Imam Ahmad juga berpendapat serupa. Dirinya mengaku tak pernah memulai ucapan tahni'ah kepada orang lain. Namun bila ada orang yang mengucapkan tahni'ah kepadanya, maka ia pasti akan menjawabnya.
Imam Ahmad beralasan, menjawab ucapan tahni'ah bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang.
"Siapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh," jelas Imam Ahmad dalam Al Jauharun Naqi (3/320).
Mufti (anggota majelis fatwa) Arab Saudi, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin juga memiliki pendapat serupa. Menurutnya, ucapan tahni'ah tak dikhususkan para waktu tertentu. Demikian pula bentuk ucapan tahni'ah ini tidak ditentukan satu jenis saja. Artinya, ucapan tahni'ah di hari raya boleh dengan ucapan apapun selama mengandung nilai positif. Ucapan itu juga tak mesti di hari raya saja.
Dalam kumpulan fatwanya ia berpendapat, tidak ada syariat yang mengkhususkan ucapan tertentu saat itu.
"Apa yang biasa diucapkan manusia dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung dosa," jelasnya.
Di masa Rasulullah SAW dan para sahabat Nabi, kalimat yang masyhur terucap dari mereka adalah "taqabbalallahu minna wa minka (jamak; minkum)". Artinya, "semoga Allah menerima amalku dan amalmu (jamak; kalian)". Hal ini sebagai bentuk pengharapan dari orang-orang yang telah menjalankan ibadah puasa sebulan lamanya agar amal mereka sama-sama diterima Allah SWT.
Riwayat yang dijadikan dalil dari kalimat ini adalah hadis dari Jubair bin Nufair. Menurut dia, jika para sahabat berjumpa dengan Rasulullah SAW di hari raya, satu sama lain mereka saling mengucapkan "taqabbalallahu minna wa minkum". Riwayat ini diklaim sebagai riwayat hasan (baik) oleh Al Hafizh Ibnu Hajar sebagaimana disebutkan dalam Fathul Bari karangan Ibnu Hajar Al Asqolani.
Riwayat lain dari Ibnu Aqil menceritakan, beberapa hadis mengenai ucapan tahni'ah di hari raya juga menganjurkan ucapan ini.
Ibnu Aqil berdalil dengan hadis dari Muhammad bin Ziyad.
"Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan sahabat Nabi SAW yang lain. Jika mereka kembali dari shalat ied satu sama lain mengucapkan, ‘taqabbalallahu minna wa minka'," jelasnya. Imam Ahmad menguatkan riwayat ini dengan menyebutnya sebagai riwayat yang jayyid (bagus).
Sementara di Indonesia, Malaysia, dan negara-negara serumpun melayu terbiasa mengucapkan kalimat tahni'ah "minal a'idin wal faizin". Ucapan ini bermakna, "dari orang-orang yang kembali, dan orang-orang yang menang." Jadi ucapan ini tidak berasal dari zaman nabi.
Banyak kalangan mempertanyakan kalimat ini karena dinilai masih terlalu majhul (universal) dari segi maknanya. Apakah yang dimaksud dengan "orang yang kembali" dalam kalimat ini? Tentu bisa saja dipelintir maknanya. Bisa saja dimaknai negatif dengan kembali kepada kemaksiatan setelah sebulan berpuasa.
Muhammad Abduh Tuasikal MSc dalam bahasan ucapan selamat pada hari raya Idul Fitri mengatakan, hendaknya ucapan yang majhul dan tidak jelas acuan maknanya ini ditinggalkan. Karena kerancuan dari makna ini, menurut Tuasikal, bisa saja difahami dengan makna lain.
"Minal a'idin" (dari orang-orang yang kembali) bisa saja menimbulkan anggapan bahwa ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah Ramadhan berakhir mereka akan kembali kepada maksiat.
Disamping itu, kebanyakan orang yang mengucapkannya bahkan tidak mengetahui makna dari kalimat ini. Bahkan, ada yang memahami kalimat "minal a'idin wal faizin" artinya adalah "mohon maaf lahir dan batin".
Hal ini disebabkan dua kalimat ini selalu beriringan pengucapannya. Hal ini tentu telah menyimpang dari maksud tahni'ah. Bagaimana mungkin seseorang memberikan ucapan selamat dengan kalimat yang ia tak ketahui maknanya?
Namun, ada juga yang mengatakan ucapan "minal a'idin wal faizin" adalah jenis ucapan penuh makna. Seperti Quraish Syihab dalam tafsir Al Misbah menyebutkan, ucapan minal a'idin adalah singkatan dari "Allahummaj'alna minal a'idin wal faizin" (ya Allah jadikan kami sebagai orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang). Ada kata yang dihilangkan, yakni "Allahummaj'alna".
Menurut kalangan sastra Arab, penghilangan kata ini tak serta-merta membuatnya menjadi majhul. Kata ini sudah masyhur dan dipahami. Sebagaimana orang yang bertanya "makan?" sebagai singkatan dari "apa engkau ingin makan?" Jadi, sama sekali makna kalimat tersebut tak hilang walau ada sebahagian kata yang dihilangkan.
Kesimpulannya, sebagaimana difahamkan Ibnu Taimiyah, kalimat tahni'ah bertujuan untuk memberikan selamat. Dengan adanya kalimat tahni'ah, terjalinlah ikatan hati antar orang yang mengucapkannya. Jadi sebenarnya, tidak perlu menggunakan kalimat-kalimat musykil (sulit difahami) jika orang yang mengucapkan dan diucapkan sama-sama tak mengerti maknanya.
Kalangan ulama Indonesia menganjurkan, sebaiknya menggunakan tahni'ah "taqabbalallahu minna wa minkum" karena kalimat ini lebih jelas maknanya. Disamping itu, kalimat ini juga sudah populer di kalangan ahlussunnah. Banyak riwayat yang berbicara soal popularitas kalimat ini di zaman para sahabat Nabi.
Adapun pengucapan "minal a'idin wal faizin" sebaiknya diiringi dengan irsyadat (pencerdasan) dari orang yang mengerti makna kalimat ini. Agar orang yang belum tahu maknanya, bisa mengerti apa maksud dari kalimat yang terucap kepadanya. Wallahu'alam.
sumber: republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar