Membedakan Kesenangan dan Ketenangan
Manusia
hidup di dunia umumnya pasti mendamba kesenangan. Bermacam usaha yang
dilakukan manusia tujuannya tidak lain adalah agar memperoleh kesenangan
hidup itu. Persoalannya, apakah kesenangan hidup otomatis mendatangkan
ketenangan hidup?
Islam
membedakan antara kesenangan dan ketenangan. Buktinya banyak orang hidup
senang tetapi justru tidak tenang. Jika meminjam pendapat Imam Ghazali
dalam Al-Munqidz min Al-Dhalal.
Ada empat faktor yang menjadi sumber kesenangan.
Ada empat faktor yang menjadi sumber kesenangan.
Pertama, ilmu pengetahuan. Terlebih di zaman modern ini, orang berilmu berpeluang lebih besar mendapat kesenangan ketimbang orang bodoh. Contohnya, yang bergelar sarjana lebih mudah mendapat pekerjaan mapan daripada yang tidak bergelar.
Kedua, kesehatan.
Pasti tidak ada orang yang ingin sakit. Sehat membuat hidup
menyenangkan, sakit membuat hidup menggelisahkan. Saat sakit, kita tidak
boleh makan sembarangan. Semakin kompleks penyakitnya, semakin banyak
pula pantangannya. Juga kita tidak bebas melakukan apa saja seperti
ketika sehat.
Ketiga, kekayaan. Orang bekerja, sampai menghalalkan segala cara, maksudnya adalah supaya segera kaya. Orang kaya lebih berpeluang untuk senang ketimbang orang miskin. Dengan harta, orang mudah membeli apa saja, rekreasi kemana saja, bahkan berangkat haji ke Tanah Suci.
Keempat, kesenangan bersumber dari jabatan. Jabatan menjadi jaminan kemudahan-kemudahan dalam hidup. Orang yang punya jabatan tinggi juga lebih dihormati ketimbang orang rendahan. Jabatan membuat hidup jadi mentereng, dan karenanya, menjadi sumber kesenangan.
Persoalannya, punya empat hal itu pasti menjamin hidup kita tenang dan tentram? Tidak. Empat hal di atas belum cukup untuk mendatangkan ketenangan. Ketenangan baru didapat ketika kita punya yang kelima, yaitu hubungan baik dengan Allah.
Batin yang terhubung dengan Allah inilah yang membuat hidup jadi tenang, tenteram. Dan sarana untuk membuat kita connect dengan Allah adalah ibadah. Ibadah secara ikhlas, benar, istiqamah akan menjadi sumber ketenangan. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar-Ra'du: 28).
Ibadah juga
potensial menghalangi kita dari dosa (Al-Ankabut: 45), membersihkan jiwa
kita (At-Taubah: 103). Dengan aktif beribadah, hidup kita terbimbing.
Selalu merasa kehadiran Allah. Tidak sombong saat mendapat nikmat, tidak
putus asa ketika ditimpa musibah.
Sebagai
Mukmin, tidak salah kita mendapat ilmu pengetahuan, kesehatan, kekayaan,
dan jabatan. Tapi itu semua harus kita topang dengan ibadah. Semoga
kita termasuk orang-orang yang mendapat kesenangan sekaligus ketenangan.
Kesenangan plus ketenangan itulah kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar