Merasa Pintar VS Pintar Merasa
“Banyak orang yang merasa pintar, tapi sedikit orang yang pintar merasa.”
Kepintaran adalah cita-cita setiap manusia. Karena kepintaran adalah
sebuah jembatan yang dapat mengantarkan kita pada sebuah kesuksesan.
Tapi kepintaran seperti apa yang harus kita miliki?
Al Mujaadilah ayat 11 : ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Kemudian disusul dengan surat Thahaa ayat 20: ”Ya Tuhanku, Tambahkanlah ilmu pengetahuan.”
Telah jelas bahwah surah tersebut menerangkan bahwa betapa
berharganya seseorang yang memiliki kepintaran. Dengan ilmu yang ia
miliki, ia dapat memberikan kebemanfaatan dirinya kepada orang lain.
Orang yang pintar akan berusaha berbagi ilmunya kepada orang-orang yang
mebutuhkan. Dan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.
“Banyak orang yang merasa pintar”
Sangat naluriyah ketika seseorang merasa bangga atas ilmu yang ia
miliki. Ada sebuah kebahagiaan yang dirasakan. Karena ilmu dapat
menentramkan jiwa. Namun kebanggaan tesebut juga harus diiringi dengan
ke-zuhud-an. Karena jika kebanggaan tersebut berlebihan, ia akan berubah
menjadi sebuah kesombongan. Dan Allah sangat membenci kepada
orang-orang yang berilmu tetapi sombong.
Kepintaran seseorang itu relatif. Tidak ada manusia yang bodoh. Yang
ada adalah manusia yang malas untuk belajar. Setiap manusia dilahirkan
dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Boleh jadi ia bodoh pada
satu perkara, tapi ia pintar pada perkara lain. Allah melahirkan
manusia dengan keadaan yang sempurna. Namun terkadang, nilai
kesempurnaan dimata manusia tidak sama dengan kesempurnaan dimata Allah.
Kepintaran manusia secara umum terbagi menjadi tiga :
1. Intelligent Quotient (IQ)
Kepintaran yang dapat dilahirkan dari ‘brain’ atau daya
pikir otak. Biasanya jenis kecerdasan ini dapat dinilai dengan angka.
Misalnya, nilai raport/IPK. Nilai yang tinggi menunjukkan bahwa IQ nya
cukup baik dan nilai yang rendah menunjukkan IQ yang rendah pula. IQ
disini dapat dilihat dari kemampuan linguistik, analisa, menghitung,
dll.
2. Emotional Quotient (EQ)
Kepintaran disini sangat erat kaitannya dengan
personaliti atau karakter pribadi seseorang. Kepintaran jenis ini tidak
dapat dilihat dengan angka, namun hanya dapat dirasakan melalui
komunikasi dan interaksi sosial. Kepintaran emosional adalah kemapuan
seseorang dalam memanajemen emosinya agar terkonrol dengan baik.
Nilai-nilai kepintaran emosional dapat dilihat dari kesabaran, cara
berbicara, sikap, kepemimpinan, kejujuran, manajerial, dll.
3. Spiritual Quotient (SQ)
Kepintaran spiritual sering kali dilupakan namun ia juga
sangat berpengaruh terhadap IQ dan EQ. Karena seseorang yang memiliki
spiritual yang baik, ia akan meyakini bahwa belajar itu ibadah, maka ia
akan belajar dengan sungguh-sungguh (IQ). Dan komunikasi dan interaksi
sosial nya dilakukan untuk beribadah dan beramal (EQ).
Tentu tidak ada manusia yang sempurna, tapi berusahalah untuk
menyempurnakan. Karena banyak sekali orang-orang yang merasa ilmunya
tinggi dari yang lain, kemudian ia meremehkan dan merendahkan orang
lain. Dan terjerumuslah ia ke dalam jurang kesombongan. Ternyata ilmu
yang ia miliki bukan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah, bahkan ia
semakin jauh dan berlepas diri dari keistiqomahannya.
Banyak orang yang cerdas, namun sedikit yang diberi hidayah.
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Allah maha adil dan bijaksana. Dia memberikan rezeki kepada makhluknya
tanpa pilih-pilih. Lihatlah orang-orang kafir yang dengan jelas
menyekutukan-Nya. Namun mereka diberikan kecerdasan dan harta yang
berlimpah. Tapi ada satu hal yang mereka tidak miliki. Yaitu nikmat Iman
dan Islam. Berbeda dengan kita yang dilahirkan dengan nikmat Iman dan
Islam. Tapi kita kebanyakan tidak bersyukur apa yang telah Allah berikan
kepada kita.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3).
“Tapi sedikit orang yang pintar merasa”
Pintar merasa adalah kesensitifan seseorang dalam menyikapi kondisi
dan situasi yang terjadi di sekitarnya. Kepedulian terhadap kesuliatan,
kesusahan, dan masalah yang dihadapi oleh orang lain. Kepintaran seperti
ini sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Orang yang memiliki kepintaran seperti ini ia akan memiliki rasa
toleransi yang tinggi, tidak egois, dan rendah hati. Karena ia tidak
akan menempatkan dirinya diatas orang lain, tapi tidak juga merendahkan
dirinya dihadapan orang lain.
“Perbedaan itu rahmat, perpecahan itu kiamat”
Maksud dari kalimat diatas ialah seringkali kita dihadapkan pada
pebedaan-perbedaan dalam menilai sesuatu. Sehingga hal ini terkadang
menjadi pemicu keretakan hubungan yang selama ini telah terbina dengan
baik. Sebaiknya kita harus lebih dewasa dalam menghadapi kondisi seprti
ini. Karena masalah tidak akan bisa diselesaikan jika kita tetap
mempertahankan ego masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar