Kisah Teladan
Saling Memaafkan Pererat Silaturahmi
Dipermalukan di depan orang banyak? Pasti tak enak sekali rasanya.
Marah, kesal, sakit hati, dan juga malu tak ketulungan. Ternyata pada
jaman Rasulullah hal seperti itu pernah juga dialami oleh seorang
Sahabat, Bilal bin Rabah.
Suatu ketika para
sahabat sedang melakukan diskusi serius tanpa kehadiran Rasulullah SAW.
Dalam majelis tersebut hadir antara lain Khalid bin Walid, Abdurahman
bin Auf, Abu Dhar, serta Bilal bin Rabah.
Abu Dhar
mengeluarkan pendapatnya tentang apa yang seharusnya dilakukan tentara
muslimin pada saat musuh datang menyerang. Kemudian saat datang giliran
bicara, Bilal mengeluarkan pendapat yang sama sekali berbeda dengan
pendapat Abu Dhar. Abu Dhar marah besar karena merasa pendapatnya
diremehkan. Lalu Abu Dhar pun mengeluarkan kata-kata yang membuat Bilal
sakit hati, “Berani-beraninya kau menyalahkan pendapatku, hai anak orang
hitam!”
Bilal pun diam tak melawan, lalu bangun
dari tempat duduknya dan berkata, “Demi Allah aku akan adukan hal ini
kepada Rasulullah saw.”
Lalu berangkatlah Bilal ke
rumah Rasulullah dan menceritakan apa yang telah terjadi serta
penghinaan yang dilontarkan Abu Dhar. Berubahlah wajah Rasulullah saw
mendengarkan aduan Bilal. Lalu beliau berdiri dan segera pergi menuju
tempat di mana Abu Dhar berada. Tapi beliau tidak masuk, hanya lewat dan
langsung pergi ke masjid.
Melihat Rasulullah
lewat menuju masjid, Abu Dhar pun langsung menghampirinya. Ia tahu betul
bahwa Rasulullah marah kepadanya. Setelah Abu Dhar memberi salam,
Rasulullah berkata kepadanya, “ Wahai Abu Dhar, kamu telah menghina
Bilal dan menghina asal-usulnya. Ketauilah wahai Abu Dhar sesungguhnya
kamu asal-usulnya adalah orang jahiliyyah sebelum Islam.”
Abu
Dhar merasa terpukul dam sangat menyesal, dan iapun menangis di hadapan
Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, maafkan kesalahanku dan mintalah kepada
Allah untuk mengampuniku,” ujarnya.
Lalu sambil
menangis ia keluar menuju Bilal. Ia menempelkan sebelah pipinya di atas
tanah di muka kaki Bilal seraya berkata, “ Demi Allah wahai Bilal, aku
tidak akan angkat pipiku dari tanah kecuali kamu injak pipiku yang
sebelah lagi dengan kakimu. Demi Allah, sesungguhnya kamu orang
terhormat dan aku yang terhina.”
Apa yang
dilakukan Bilal? Ia dekatkan mukany ke pipi Abu Dhar lalu menciumnya
berkali-kali, kemudian diangkatnya dari tanah. Mereka berdua berpelukan
dengan penuh kasih sayang dan saling bertangisan.
Dari
kisah di atas, kita tahu betapa mulianya akhlak kedua Sahabat tersebut.
Meminta maaf atas kesalahan yang pernah kita lakukan adalah bukan hal
yang mudah. Meminta maaf memerlukan kesadaran hati dan perasaan berdosa.
Dan Abu Dhar melakukannya dengan sepenuh hati.
Di sisi lain, betapa
memaafkan orang yang telah mempermalukan kita bukanlah perkara mudah.
Hanya orang yang berakhlak mulia yang mampu melakukannya, seperti Bilal.
Bilal tidak hanya memaafkan, bahkan juga membalasnya dengan kebaikan
yang tak pernah disangka oleh Abu Dhar sendiri. Dan hal tersebut justru
semakin mempererat hubungan silaturahim antara keduanya, dan mereka
berdua adalah sahabat yang sangat setia.
0 komentar:
Posting Komentar