Kamis, 30 Juni 2016

Memaafkan Pererat Silaturahmi

Kisah Teladan
Saling Memaafkan Pererat Silaturahmi

Dipermalukan di depan orang banyak? Pasti tak enak sekali rasanya. Marah, kesal, sakit hati, dan juga malu tak ketulungan. Ternyata pada jaman Rasulullah hal seperti itu pernah juga dialami oleh seorang Sahabat, Bilal bin Rabah.



Suatu ketika para sahabat sedang melakukan diskusi serius tanpa kehadiran Rasulullah SAW. Dalam majelis tersebut hadir antara lain Khalid bin Walid, Abdurahman bin Auf, Abu Dhar, serta Bilal bin Rabah.


Abu Dhar mengeluarkan pendapatnya tentang apa yang seharusnya dilakukan tentara muslimin pada saat musuh datang menyerang. Kemudian saat datang giliran bicara, Bilal mengeluarkan pendapat yang sama sekali berbeda dengan pendapat Abu Dhar. Abu Dhar marah besar karena merasa pendapatnya diremehkan. Lalu Abu Dhar pun mengeluarkan kata-kata yang membuat Bilal sakit hati, “Berani-beraninya kau menyalahkan pendapatku, hai anak orang hitam!”


Bilal pun diam tak melawan, lalu bangun dari tempat duduknya dan berkata, “Demi Allah aku akan adukan hal ini kepada Rasulullah saw.”


Lalu berangkatlah Bilal ke rumah Rasulullah dan menceritakan apa yang telah terjadi serta penghinaan yang dilontarkan Abu Dhar. Berubahlah wajah Rasulullah saw mendengarkan aduan Bilal. Lalu beliau berdiri dan segera pergi menuju tempat di mana Abu Dhar berada. Tapi beliau tidak masuk, hanya lewat dan langsung pergi ke masjid.


Melihat Rasulullah lewat menuju masjid, Abu Dhar pun langsung menghampirinya. Ia tahu betul bahwa Rasulullah marah kepadanya. Setelah Abu Dhar memberi salam, Rasulullah berkata kepadanya, “ Wahai Abu Dhar, kamu telah menghina Bilal dan menghina asal-usulnya. Ketauilah wahai Abu Dhar sesungguhnya kamu asal-usulnya adalah orang jahiliyyah sebelum Islam.”


Abu Dhar merasa terpukul dam sangat menyesal, dan iapun menangis di hadapan Rasulullah. 

“Wahai Rasulullah, maafkan kesalahanku dan mintalah kepada Allah untuk mengampuniku,” ujarnya.


Lalu sambil menangis ia keluar menuju Bilal. Ia menempelkan sebelah pipinya di atas tanah di muka kaki Bilal seraya berkata, “ Demi Allah wahai Bilal, aku tidak akan angkat pipiku dari tanah kecuali kamu injak pipiku yang sebelah lagi dengan kakimu. Demi Allah, sesungguhnya kamu orang terhormat dan aku yang terhina.”


Apa yang dilakukan Bilal? Ia dekatkan mukany ke pipi Abu Dhar lalu menciumnya berkali-kali, kemudian diangkatnya dari tanah. Mereka berdua berpelukan dengan penuh kasih sayang dan saling bertangisan.


Dari kisah di atas, kita tahu betapa mulianya akhlak kedua Sahabat tersebut. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah kita lakukan adalah bukan hal yang mudah. Meminta maaf memerlukan kesadaran hati dan perasaan berdosa. Dan Abu Dhar melakukannya dengan sepenuh hati. 


Di sisi lain, betapa memaafkan orang yang telah mempermalukan kita bukanlah perkara mudah. Hanya orang yang berakhlak mulia yang mampu melakukannya, seperti Bilal. Bilal tidak hanya memaafkan, bahkan juga membalasnya dengan kebaikan yang tak pernah disangka oleh Abu Dhar sendiri. Dan hal tersebut justru semakin mempererat hubungan silaturahim antara keduanya, dan mereka berdua adalah sahabat yang sangat setia.



 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution