Biarkan ia tetap “Perawan”
Bismillah...
Tak salah jika banyak orang yang mengatakan waktu itu
cepat sekali berputar. Fajar ke Maghrib itu bisa ditempuh dengan
berjalan kaki saja. Bahkan senin ke Minggu yang butuh waktu 6 hari jika
dibalik Minggu ke Senin cuma ditempuh sehari saja. Jika bicara soal
waktu tak akan habisnya perumpamaan alam semesta ini mengukir. Yang
pasti, waktu itu tak kenal kita sama saja atau berubah seiring
putarannya.
Ada yang menggelitik benak saya jika bicara soal tema yang satu ini.
Untuk pemuda seusia saya pasti sudah mulai fokus memikirkannya, bahkan
yang jauh lebih muda dari saya sekalipun. Ia tak hanya bisa diterka
dengan gundahan hati yang tak usai singgah setiap hari, atau bahkan
dengan cerita-cerita sedikit lucu disela jam kuliah atau saat istirahat
kerja. Ia butuh konsentrasi tinggkat dewa dalam segi mengakomodasi
seluruh elemen-elemen dan senyawanya. Bahkan yang paling ekstrim ada
seorang sahabat berkata, ” Ia penentu Syurga dan Nerakamu”. Menarik tapi
tak banyak yang berani menjaga.
Menjaga. ya cukup itu saja. Menjaga rasa yang Allah timpakan pada kita lalu punya banyak upaya di sebaliknya.
Ini bicara soal Cinta dan Nikah. Dua kata saja tapi saya pun tidak begitu paham.
Jika kita sering jalan ke Mall, tempat wisata, di kendaraan umum atau
bahkan di jalan raya tak jarang melihat muda-mudi yang tak segan, tak
sungkan, dan tak sopan dengan bukan mahramnya bergandengan tangan,
berpelukan atau bahkan jauh lebih dari itu.Nauzubillah. Tapi saya tidak
akan membahas permasalahan mereka, apakah itu pengaruh lingkungannya,
pendidikan dari orang tuanya atau yang lainnya. Tapi yang perlu saya
sorot disini adalah tentang makna dibaliknya yaitu “Menjaga”.
Fitrah manusia jika seseorang pria tertarik pada lawan jenisnya, dan
sebaliknya, tapi tidak serta merta kita bairkan rasa itu menguasai
bahkan menjadi raja pada diri kita. Bungkuslah ia dengan indah, rapatkan
tutupnya agar tak satupun lalat menciumnya. Jika saatnya tiba, bagi
pria segeralah datang pada keluarganya lalu nayatakan niatmu untuk
menikahinya. Untuk wanita tetaplah diam dalam sopan, bungkam dalam doa,
lirih dalam sujud, ratap dalam harap pada Nya. Jagalah ia agar cukup
Allah saja yang tau, cukup Allah saja tempat berpangku, Allah saja
tempat menagdu. Nenek saya sering bilang ” tak akan kemana jika memang
dia jodoh kamu” dan seorang ustad pernah berpetuah ” jika memang dia
jodohmu maka dengan sesuatu yang tak pernah kau duga pun dia akan tetap
menjadi milikmu, tapi jika dia bukan jodohmu dan andai malaikat pun
mendoakannya agar kamu berjodoh dengannya maka tetap saja kamu tidak
akan berjodoh dengannya”. Ya, biarkan dia tetap ” Perawan” sampai
saatnya tiba.
Jagalah dengan syariatNya hingga Allah akan tentukan waktunya. Sesuatu yang baik diawali dengan hal yang baik pula.
by. Muhammad Wiwil
0 komentar:
Posting Komentar