Makna Tawakal Kepada Allah Swt
Al-Quran di banyak tempat menyebut tawakal kepada Allah sebagai ciri khas orang beriman. Allah swt berfirman, "... Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. al-Maidah: 23)
Dalam tafsir al-Mizan karya Allamah Thabathabai istilah tawakal didefinisikan sebagai berikut:
"Pengaruh kehendak dan sampainya sesuatu yang dimaksud di alam materi
membutuhkan mata rantai sebab dan faktor alami serta silsilah faktor
kejiwaan. Ketika manusia memasuki medan amal dan telah menyiapkan
seluruh faktor alami yang dibutuhkan dan satu-satunya yang berada antara
dirinya dan tujuan adalah sejumlah faktor kejiwaan seperti lemahnya
kehendak, keputusan, takut dan lain-lain.
Dalam
kondisi yang demikian, bila seseorang bertawakal kepada Allah Swt, maka
kehendaknya menjadi kuat dan tekadnya semakin besar. Ketika hal itu
terjadi maka segala bentuk rintangan dan gangguan kejiwaan akan
terkalahkan. Karena manusia dalam posisi bertawakal menyambungkan
dirinya dengan penyebab segala sesuatu dan ikatan ini tidak memberikan
kesempatan adanya kekhawatiran dan ketakutan.
Selain
itu, ada poin penting lain tentang tawakal, yaitu dimensi gaib dan
metafisika. Artinya, Allah Swt membantu orang yang bertawakal dengan dan
bantuan ini lebih tinggi dari sebab alami dan berada di atas tingkat
sebab materi. Lahiriah ayat al-Quran yang menyebutkan, "... Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ..." (QS. At-Talaq: 3) menunjukkan bantuan gaib dari Allah Swt."
Imam Ali as tentang tawakal berkata, "Barang siapa yang bertawakal
kepada Allah Swt, maka setiap kesulitan akan menjadi kemudahan, segala
sebab terpenuhi baginya dan senantiasa merasa tenang, lega dan mulia."
Tawakal sangat berpengaruh dalam kehidupan individu dan sosial manusia,
termasuk kemampuan manusia dalam mengambil keputusan. Yakni, ketika
manusia bertawakal kepada Allah, maka ia akan dapat melanjutkan
pekerjaannya dengan tekad yang kuat dan berdasarkan keputusan yang
pasti. Ayat-ayat al-Quran banyak berbicara tentang hal ini.
Keberanian merupakan pengaruh lain bagi manusia yang bertawakal dan
banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran. Yakni, ketika manusia
bertawakal kepada Allah Swt, berarti ia memasuki satu medan dimana ia
tidak takut akan terhadap seseorang dan sesuatu.
Pengaruh ketiga dari tawakal adalah meninggalkan dosa dan tidak dikuasai
oleh setan. Allah Swt dalam surat Yunus ayat 85 berfirman, "Lalu
mereka berkata: "Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami;
janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim."
Dengan demikian, seberapa besar manusia bertawakal kepada Allah Swt,
maka sebesar itu pula ia keluar dari kendali setan dan akhirnya ia akan
terjaga dari penyesatan yang dilakukan setan.
Pengaruh
tawakal juga disebutkan dalam hadis-hadis seperti kekuatan dan
keberanian. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang ingin dirinya
menjadi orang yang paling kuat, maka hendaklah ia bertawakal kepada
Allah Swt."
Cita-cita yang tinggi juga merupakan
pengaruh dari tawakal kepada Allah Swt. Pengaruh ketiga dari tawakal
kepada Allah Swt yang disebutkan dalam hadis adalah pentingnya bekerja
dan beraktivitas. Sebagai contoh, dalam riwayat disebutkan Rasulullah
Saw melihat sebuah kelompok yang tidak bekerja. Beliau kemudian
bertanya, "Apa yang kalian kerjakan?"
Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah Swt."
Nabi Saw bersabda, "Kalian tidak termasuk orang-orang yang bertawakal, tapi bergantung kepada orang lain."
Sesuai dengan doa Imam Sajjad as menyebut manusia mukmin menyerahkan
segala perbuatannya kepada Allah Swt dan di seluruh tahapan kehidupannya
menilai Allah sebagai pendukungnya. Imam Sajjad as dalam doanya
berkata, "Ya Allah! Saya hanya memohon kepada-Mu dan Engkau sumber
harapanku. Saya hanya meminta dan berlindung kepada-Mu. Saya percaya
kepada-Mu dan Engkau adalah pendukungku. Saya beriman kepada-Mu dan
hanya bertawakal kepada-Mu. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
0 komentar:
Posting Komentar