Jumat, 12 April 2013

Filosofis Lagu Gundul-gundul Pacul

Makna dan Filosofis Lagu Gundul gundul Pacul

Bagi temen-temen yang berasal dari Jawa mungkin tidak asing lagi dengan lagu Gundul Gundul Pacul yang biasa kita nyanyikan sewaktu kita ngumpul-ngumpul dengan temen-temen baik di lingkungan rumah maupun disekolahan. Liriknya adalah demikian :
 
Gundul gundul pacul-cul,gembe lengan…Nyunggi nyunggi wakul-kul,gembelengan…

Wakul ngglimpangsegane dadi sak latar…

Tembang Jawa ini diciptakan tahun 1400an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

Gundul

Adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang.

Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.

Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul (cangkul)

Adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.

Gundul pacul

Artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), artinya bahwa:

Kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.

2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.

4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan

Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Tetapi dia malah:

1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.

2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia.

3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.

 
Nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi wakul

Artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya.Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya.

Wakul

Adalah simbol kesejahteraan rakyat.

Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.

Kedudukannya di bawah bakul rakyat.

Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul?

Tentu saja pemilik bakul.

Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya.

Dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main).

Akibatnya

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat!

Semoga kita jadi pribadi yang memiliki integritas sehingga siap menjadi suri tauladan dimanapun kita berada.

Sumber : Belik kali bengawan solo

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution