Lidah itu Raja
Aku membayangkan apa yang ditimbulkan kebencian dan perpecahan antar
sesama manusia. Tak aneh bila sebagian orang terasa lebih berat daripada
gunung bagi sebagian yang lain. Karena itu, mereka tak sudi melihat,
duduk dan pergi bersama, bahkan datang memenuhi undangannya. Menurutku,
yang paling banyak menghantarkan seseorang pada kondisi ini adalah salah
satunya karena faktor “Lidah”.
Betapa banyak pertengkaran yang meletus di antara sesama saudara,
suami isteri, dan sebagainya dikarenakan caci maki, gunjingan serta kata
kata kotor.
Selama bisa menyampaikan gagasan dengan cara yang baik, mengapa kita harus bersandar pada cara yang tidak baik?
Konon seorang raja yang diagungkan bermimpi giginya rontok, esok
harinya ia memanggil seorang penafsir mimpi untuk menanyakan artinya.
Mendengar penuturan sang raja, mendadak wajah sang penafsir berubah.
Berkali kali ia mengucapkan, Audzubillah…Audzubillah…
Ada apa dengan mimpiku? Tanya sang raja terkejut.
Sang penafsir berkata ,” Engkau akan menjalani hidup bertahun
tahun, saat itu , anak dan isterimu meninggal dunia semuanya. Dan ,
tinggallah engkau seorang diri dalam istanamu.”
Sang raja marah, sumpah serapah dan kalimat laknat terlontar, sang penafsir pun dihukum dang digiring ke penjara.
Setelah itu, sang raja memanggil penafsir mimpi lainnya,setelah mimpi
itu diceritakan, sang raja menanyakan artinya. Mendengar penuturan sang
raja, wajah penafsir berubah menjadi ceria, senyum merekah. Ia
berkata,”berbahagialah, sungguh baik, wahai raja.”
“Apa arti mimpiku?” Tanya raja penasaran.
Sang penafsir berkata,” Mimpimu punya arti, engkau panjang
umur, engkaulah orang terakhir yang akan meninggal dunia di antara
keluargamu dan , engkau akan menjadi raja sepanjang umurmu”.
Sang raja tersenyum ceria, lalu ia perintahkan agar sang penafsir ini
diberi hadiah. Jadi ia senang terhadapnya, dan tidak suka pada penafsir
yang pertama.
Padahal, coba di pahami, dua penafsiran mimpi itu tiadalah berbeda. Yang pertama menggunakan dengan caranya , dan yang kedua diuraikan apapun dengan cara yang lain.
Ya, lidah memang adalah raja.
0 komentar:
Posting Komentar