Ketika Popularitas Menjadi Prioritas
“innamal a’malu binniyyat, wa innama likullimriin ma nawa” itulah
potongan dari salah satu hadis yand diriwayatkan oleh imam bukhori dan
imam muslim yang kurang lebih berarti “sesungguhnya segala perbuatan itu
bergantung kepada niatnya, dan sesungguhnya bagi semua perbuatan adalah
apa yang diniatkan kepadanya.”
Semua hal yang dilakukan manusia pasti didasari oleh sebuah niat.
Seperti setiap bangunan yang disangga oleh tiang-tiang penyangga. Niat
adalah hal yang paling mendasari sebuah perbuatan. Niat pulalah yang
menentukan apakah perbuatan tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik
atau tidak. Karena tanpa niat yang sungguh-sungguh maka suatu perbuatan
tak akan mendapatkan hasil yang bagus.
Dalam hal ibadah niat memiliki posisi yang penting. Bahkan ada
sebagian ulama yang mengatakan bahwa niat menentukan sah atau tidaknya
ibadah tersebut. Jika seseorang melakukan ibadah untuk Allah SWT, maka
niatnya itu akan sampai kepada Allah SWT dan insyaallah ibadahnya akan
diterima oleh Allah SWT. Namun, apabila seseorang melakukan ibadah untuk
mendapatkan kenikmatan dunia atau untuk mendapatkan wanita yang
dicintainya, maka ia kan mendapatkan apa yang ia niatkan.
Mungkin sebagian dari kita sudah tak asing lagi dengan isi dari hadis
tersebut. Tapi apakah kita sudah benar-benar memahami kandungan dari
hadis tersebut dan mengamalkannya dalam kehidupan kita? Mungkin bagi
orang yang memahami hadis tersebut secara bahasa akan mengatakan bahwa
mereka telah mengamalkan hadis tersebut. Namun, pengertian sebuah hadis
tidaklah hanya sampai disitu masih ada pesan tersembunyi yang harus kita
cari.
Sadar atau tidak, kita selalu menginginkan nilai yang bagus dalam
setiap ulangan atau mengukur kecerdasan seseorang berdasarkan nilai yang
ia dapatkan. Ini adalah sebuah kesalahan yang besar. Ketika kita
menargetkan sebuah nilai dalam ujian lalu kita gagal melampaui nilai
tersebut mungkin ada sebagian dari kita akan menyesal dan berkata “ah
sial harusnya nilai gw g segitu tuh.” Padahal nilai itu hanyalah sebuah
angka. Apakah malaikat munkar dan nakir akan menanyai berapa nilai
matematika kita? nilai biologi? atau kimia mungkin? Tentu saja tidak.
Malaikat munkar dan nakir hanya akan menanyai salat kita, puasa kita dan
semua ibadah kita. Dan perlu kita ketahui ibadah yang dimaksud disini
adalah ibadah yang diridoi oleh Allah SWT. Dan ibadah yang diridoi oleh
Allah SWT adalah ibadah yang dilandaskan niat yang tulus hanya untuk
menyembah kepada-Nya. Ibadah bukanlah hanya ibadah mahdoh. Hal-hal ghoir
mahdoh pun jika dilandasi dengan niat yang tulus kepada Allah SWT bisa
menjadi ibadah yang akan mendapatkan rido Allah SWT. Segala perbuatan
kita di dunia ini jika kita niatkan dengan tulus hanya untuk menyembah
Allah SWT maka akan menjadi sebuah ibadah yang diridoi oleh Allah SWT.
Tak terkecuali tujuan kita menuntut ilmu. Jika kita niatkan menuntut
ilmu ini hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, maka insyaallah setiap
kita menggoreskan pena untuk menuntut ilmu adalah langkah kita menuju
surga-Nya. Oleh karena itu marilah kita bersihkan niat kita hanya untuk
mengabdi kepada Allah SWT bukan untuk mendapatkan nilai yang bagus atau
pujian dari orang lain. Karena jika kita berniat hanya untuk mengabdi
kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan kita bonus-bonus yang
lain dari-Nya seperti nilai yang bagus dan pujian dari orang lain. Namun
jika kita hanya berniat untuk mendapatkan nilai yang bagus, maka kita
hanya akan mendapatkan nilai tersebut dan tidak akan pernah mendapatkan
rido Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar