Jumat, 05 April 2013

Innamal a’malu binniyyat

Ketika Popularitas Menjadi Prioritas

“innamal a’malu binniyyat, wa innama likullimriin ma nawa” itulah potongan dari salah satu hadis yand diriwayatkan oleh imam bukhori dan imam muslim yang kurang lebih berarti “sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung kepada niatnya, dan sesungguhnya bagi semua perbuatan adalah apa yang diniatkan kepadanya.”


Semua hal yang dilakukan manusia pasti didasari oleh sebuah niat. Seperti setiap bangunan yang disangga oleh tiang-tiang penyangga. Niat adalah hal yang paling mendasari sebuah perbuatan. Niat pulalah yang menentukan apakah perbuatan tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. Karena tanpa niat yang sungguh-sungguh maka suatu perbuatan tak akan mendapatkan hasil yang bagus.

Dalam hal ibadah niat memiliki posisi yang penting. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa niat menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Jika seseorang melakukan ibadah untuk Allah SWT, maka niatnya itu akan sampai kepada Allah SWT dan insyaallah ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT. Namun, apabila seseorang melakukan ibadah untuk mendapatkan kenikmatan dunia atau untuk mendapatkan wanita yang dicintainya, maka ia kan mendapatkan apa yang ia niatkan.

Mungkin sebagian dari kita sudah tak asing lagi dengan isi dari hadis tersebut. Tapi apakah kita sudah benar-benar memahami kandungan dari hadis tersebut dan mengamalkannya dalam kehidupan kita? Mungkin bagi orang yang memahami hadis tersebut secara bahasa akan mengatakan bahwa mereka telah mengamalkan hadis tersebut. Namun, pengertian sebuah hadis tidaklah hanya sampai disitu masih ada pesan tersembunyi yang harus kita cari.

Sadar atau tidak, kita selalu menginginkan nilai yang bagus dalam setiap ulangan atau mengukur kecerdasan seseorang berdasarkan nilai yang ia dapatkan. Ini adalah sebuah kesalahan yang besar. Ketika kita menargetkan sebuah nilai dalam ujian lalu kita gagal melampaui nilai tersebut mungkin ada sebagian dari kita akan menyesal dan berkata “ah sial harusnya nilai gw g segitu tuh.” Padahal nilai itu hanyalah sebuah angka. Apakah malaikat munkar dan nakir akan menanyai berapa nilai matematika kita? nilai biologi? atau kimia mungkin? Tentu saja tidak. Malaikat munkar dan nakir hanya akan menanyai salat kita, puasa kita dan semua ibadah kita. Dan perlu kita ketahui ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah yang diridoi oleh Allah SWT. Dan ibadah yang diridoi oleh Allah SWT adalah ibadah yang dilandaskan niat yang tulus hanya untuk menyembah kepada-Nya. Ibadah bukanlah hanya ibadah mahdoh. Hal-hal ghoir mahdoh pun jika dilandasi dengan niat yang tulus kepada Allah SWT bisa menjadi  ibadah yang akan mendapatkan rido Allah SWT. Segala perbuatan kita di dunia ini jika kita niatkan dengan tulus hanya untuk menyembah Allah SWT maka akan menjadi sebuah ibadah yang diridoi oleh Allah SWT.

Tak terkecuali tujuan kita menuntut ilmu. Jika kita niatkan menuntut ilmu ini hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, maka insyaallah setiap kita menggoreskan pena untuk menuntut ilmu adalah langkah kita menuju surga-Nya. Oleh karena itu marilah kita bersihkan niat kita hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT bukan untuk mendapatkan nilai yang bagus atau pujian dari orang lain. Karena jika kita berniat hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan kita bonus-bonus yang lain dari-Nya seperti nilai yang bagus dan pujian dari orang lain. Namun jika kita hanya berniat untuk mendapatkan nilai yang bagus, maka kita hanya akan mendapatkan nilai tersebut dan tidak akan pernah mendapatkan rido Allah SWT.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution